Seorang kartunis bernama Walt Kelly pernah menulis, “Ketika sudah bertemu dengan musuh kita, dan dia adalah diri kita sendiri.” Aplikasi yang dia maksudkan bisa jadi salah, namun naluri manusia kita bisa jadi musuh terbesar untuk kita mencapai kebahagiaan. Kita semua lahir dengan dosa, jadi kita pun sudah korupsi sejak lahir, karena itu perlu dilahirkan kembali.
Dalam awal abad ke-20, teologia Amerika Cyrus Scofield mempopulerkan keesaan dari tiga bagian tubuh. Sama seperti Allah yang Tritunggal, manusia juga terdiri dari tiga bagian yaitu tubuh, pikiran, dan roh. Ada juga orang lain yang melihat ketiga hal ini sebagai pusat lingkaran. Martin Luther membawa perbandingan antara ide ini dengan kuil Perjanjian Lama, ada latar luar, tempat kudus, dan tempat maha kudus.
Pararel tambahan yang dijabarkan kemudian bahwa Yesus Kristus menebus roh kita saat penebusan, Roh Kudus bekerja di dalam pikiran/jiwa kita saat ini, dan Bapa yang akan menerima tubuh kita dan mengubahnya dengan penuh kemuliaan di kemudian hari.
Karena itu, bagian dari diri kita yang mati di dalam dosa dibuat hidup di dalam Kristus. Inilah penyelamatan, pengalaman sekali seumur hidup, yang merupakan dasar kehidupan kita. Bagian inilah yang berhubungan dengan kebahagiaan kita selama proses pengudusan tersebut. Paulus mengatakan, “Kejarlah keselamatanmu” (Fil 2:12). Proses ini merupakan batang dari roh kita – sukacita keselamatan. Makin kita menyelaraskan pikiran kita dengan roh kita, kita akan semakin bahagia.
Paulus juga menjabarkan pergumulannya melalui kalimat ini, “Sebab bukan apa yang kukehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak baik aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Pertarungan itu tentu terjadi di dalam pikiran. Untuk itulah, kita perlu memperbaharui pikiran kita terus menerus. Dimana pemikiran, keinginan dan emosi kita bersama Roh Kudus. Umat Kristen harus memikul salibnya setiap hari dan membunuh kebiasaan kita yang lama.
Helen Keller menulis, “Kebahagiaan sejati tidak terbentuk melalui kepuasan diri, tapi melalui kesetiaan mencapai tujuan sejati.” Bagi umat percaya Tuhan, tujuan sejati adalah kerajaan Allah.
Karena itu, sekali kita mengenali bahwa naluri alami dosa kita adalah penghalang bagi kebahagiaan kita, kita mengerti bahwa kematian keinginan daging tersebut bukanlah pengorbanan yang sangat menyakitkan, tapi kebebasan dari kepahitan hidup. Karena itu, kita perlu bertanding dan mengalahkan keinginan daging dan melepaskan buah berkat dari Roh, termasuk sukacita.
Baca juga :
Mari Jadi Dampak Buat Indonesia Melalui Media
Bagaimana Caranya Memberkati Musuh?
Berbagai Masalah Anak dan Cara Penanganan Orangtua
Tips Mudah Cara Benar Pakai Parfum
Mengenal Makanan Tradisi Indonesia : Tumpeng
Haii, JCers yang Gabung di Bulan Maret 2013!!
Sumber : cbn.com by lois horiyanti/jawaban.com