Pada tahu 1937 suatu penelitian dilakukan oleh Harvard University untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kebahagiaan hidup manusia. Penelitian tersebut diberi nama The Harvard Study of Adult Development. Hal ini mereka rancang sebagai penelitian jangka panjang karena dilakukan selama 68 tahun.
Setiap dua tahun sekali, di dalam masa penelitian yang sepanjang 68 tahun tersebut dilakukan pengumpulan data tentang kesehatan jasmani dan mental, kualitas pernikahan, kenyamanan karir dan pension, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan usia serta berbagai aspek kehidupan lainnya dari para responden yang menjadi obyek penelitian. Singkat kata, ini merupakan suatu penelitian yang massif untuk mengetahui rahasia kebahagiaan manusia.
Di dalam masa 42 tahun terakhir penelitian ini dipimpin oleh seorang ilmuwan yang bernama Dr.George Vaillant. Lalu pada tahun 2008 seseorang bertanya kepada yang bersangkutan: “Berdasarkan hasil riset selama puluhan tersebut apakah kesimpulan Anda tentang kebahagiaan manusia?”
Tentu kebanyakan orang mengharapkan suatu jawaban yang rumit dari seorang ilmuwan Harvard University. Namun justru sebaliknya Dr.Vaillant menjawab dengan satu kalimat sederhana. Ia berkata: “Satu-satunya hal yang benar-benar penting dalam kehidupan adalah kualitas relasi yang Anda kembangkan.”
Wow ternyata rahasia kebahagiaan tergantung dari kualitas relasi yang bisa kita kembangkan dan bukan tentang pencapaian prestasi maupun kekayaan yang bisa kita raih.
Kualitas suatu hubungan yang paling sempurna bisa kita temukan di dalam pribadi Yesus Kristus, begitu juga kebahagiaan yang dimiliki dan terpancar dariNya begitu sempurna.
Dari Yesus Kristus inilah kita dapat pelajari bahwa hidup yang bermakna sangat ditentukan kualitas relasi kita dengan Tuhan, diri sendiri, dan orang lain seperti yang dicatat dalam [kitab]lukas2:39-52[/kitab]
Relasi dengan Allah
Sebagai manusia, Kristus Yesus memberikan teladan nyata (bukan semu) bahwa Ia berkenan dan dikasihi Allah karena sebagai Anak, Ia pun mengasihi dan taat kepada Bapa-Nya.
Pertumbuhan relasi yang sehat dengan Allah merupakan faktor yang sangat penting di dalam kebahagiaan hidup. Relasi ini sangat menentukan kesehatan aspek rohani dan berkaitan erat dengan relasi terhadap diri sendiri.
Relasi dengan diri sendiri
Sebagai manusia, Yesus juga memiliki kesempurnaan dalam relasinya terhadap dirinya sendiri. Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa hikmatNya bertambah. Kata hikmat atau sophia dalam bahasa yunani berarti kemampuan untuk gunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah dengan tepat dan bijak.
Seseorang yang terus membenci atau tidak menyukai dirinya sendiri memiliki selfimage yang buruk dan akan sulit untuk membuat keputusan yang penuh hikmat dan bijaksana. Dan pada akhirnya berkaitan dalam hal relasinya terhadap sesama atau orang lain di sekitarnya.
Relasi dengan orang lain
Hal yang ketiga yang bertumbuh dan bertambah serta nampak sempurna dalam diri Yesus Kristus adalah keberadaanNya sebagai manusia bisa berdampak dan bahkan Lukas 2:52 tersebut mencatat bahwa Ia makin dikasihi manusia/sesamanya.
Dari sejak bayi hingga Ia dewasa Yesus Kristus bukan trouble maker melainkan Ia berhasil disukai atau dikasihi baik oleh Yusuf, Maria, Para Gembala, Orang Majus, Tetangga-Tetangga Yesus, Kawan-Kawan, Saudara-Saudara dan bahkan oleh Orang-Orang Berdosa sekalipun.
Oleh sebab itu sebagaimana dicontohkan Yesus Kristus tentang hidup yang bermakna, maka kita juga perlu berupaya untuk meningkatkan/mengembangkan hubungan atau relasi kita dengan Allah, diri sendiri dan sesama sehingga semakin hari kita serupa dengan Yesus Kristus.
Baca Juga :
Makanan Penambah Umur Panjang (Part 1)
Lebih Dari 4000 Siswa Komit Jadi Misionaris
Pribadi Yang Sangat Peduli Kebahagiaan Manusia
Suku Manasye Kembali ke Israel, Nubuatan Digenapi
Kristen di RRC Pakai Sosial Media Internet Untuk Misi
Bagaimana Memulai Doa Dengan Pasangan Anda
Jalan Cepat 3 Jam Per Minggu Lindungi Wanita dari Stroke
Sumber : charismanews.com / Bambang Wijaya