Peran ayah sangat penting dalam mengembangkan kegigihan dan ketekunan dalam diri anak. Karakter tersebut menjadi landasan bagi anak dalam menghadapi tekanan kehidupan dan berhasil dalam hidupnya. Peranan ayah dalam mendidik anak sangatlah berpengaruh besar. Hal ini sebenarnya sudah diajarkan Alkitab.
Profesor Laura Padilla-Walker dan Randal Day School of Family Life di Brigham Young University mencapai kesimpulan itu setelah mengikuti perkembangan 325 keluarga selama beberapa tahun. Seiring berjalannya waktu, sifat gigih diperoleh anak dari para ayah. Sikap ini berdampak postif yakni lebih tingginya keterlibatan anak di sekolah dan tingkat kenakalan lebih rendah.
Dalam penelitian tersebut mereka bertanya apakah anak mampu bertekun pada sebuah tugas, menyelesaikan sebuah proyek, serta membuat tujuan dan menyelesaikannya. Kemampuan anak untuk bertekun dan gigih menjadi landasan penting bagi anak untuk berkembang, maju, dan mampu menghadapi stres serta tekanan kehidupan. Dalam studi itu juga disimpulkan sifat gigih dan tekun dapat diajarkan.
Sekitar 52 persen ayah dalam studi itu yang berperan aktif mengasihi dan menjadi teladan, anak-anaknya dapat mengembangkan kegigihan dan ketekunan. Studi ini meneliti anak-anak umur 11-14 tahun. Kedua peneliti itu menyarankan, para ayah harus terus berusaha lebih terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka dan melakukan interaksi yang berkualitas, walaupun secara kuantitas terbatas, ujar Padilla-Walker.
Di bawah ini ada contoh perbandingan yang cukup signifikan untuk menjadi perenungan bagi setiap kita yang merindukan anak dan cucu kita menjadi orang yang berhasil dan berguna bagi dirinya, keluarganya, orang lain bahkan bagi bangsanya.
Pada abad ke-19 ada dua orang Amerika yang memiliki kisah dan nasib hidup yang berbanding terbalik.
1) Max Jukes hidupnya memilih untuk menjadi seorang atheis dan menentang TUHAN. Dari 560 keturunannya; 300 orang mati sebagai pengemis, 150 orang menjadi penjahat, 7 orang diantaranya adalah pembunuh, 100 orang terkenal sebagai pemabuk dan lebih dari setengah keturunannya yang perempuan adalah pelacur.
2) Berbeda dengan Jonathan Edwards, seorang Kristen yang cinta TUHAN dan setia. Hidup pada tahun yang sama dengan Jukes, namun Jonathan Edwards tekun belajar dan berkarya untuk kemuliaan nama TUHAN. Selain fasih banyak bahasa ia juga gigih memberitakan Injil.
Tidak ada satu keturunan dari Jonathan Edwards yang merugikan negara maupun pemerintah Amerika. Suatu kisah nyata yang menarik untuk dipelajari bukan? Masih tidak percaya betapa hebatnya peranan bapak atau ayah bagi anak perempuan maupun pria?