Wanita terlahir lemah dan hanya manggut-manggut saja saat disuruh, sementara pria terlahir sebagai pemimpin yang memerintah dan (mungkin) keras. Apakah stigma demikian selalu benar? Ternyata tidak. Banyak pasangan suami-istri merupakan kombinasi pria yang pasif dan wanita yang dominan. Banyak rumah tangga dikendalikan istri, sementara suami lebih banyak diam dan mengalah. Namun, kondisi seperti demikian tidaklah ideal untuk sebuah pernikahan yang baik.
Jika seorang wanita bersifat dominan, apakah salah? Tunggu dulu, ini bukan masalah stereotip gender—bahwa wanita seharusnya pasif dan pria-lah yang dominan. Masalahnya terletak pada sifat dominan itu sendiri.
Seperti apakah perilaku dominan dalam diri seseorang? Berikut ini adalah karakteristik dari pribadi yang dominan:
-melihat segala sesuatu dalam kategori hitam atau putih. Artinya, jika seseorang tidak penyayang, maka dia pasti pembenci. Atau, jika seorang anak tidak jenius, berarti dia idiot. Sama sekali tidak ada ‘abu-abu’ dalam cara dia berpikir.
-suka mengendalikan pembicaraan
-harus selalu dalam posisi paling benar meskipun belum tentu dirinya benar
-berusaha membuktikan bahwa orang lain salah
-dingin, kaku
-suka memaksa, menuntut orang lain agar membuat janji yang sesuai dengan kemauannya
-suka mempermalukan orang lain
Perlu diperhatikan, kebanyakan orang umumnya tidak sadar bahwa ia berperilaku dominan terhadap pasangannya. Tetapi akibat dari perilaku dominan akan dirasakan ‘korbannya’! Menurut penelitian yang dilakukan konselor pernikahan Joe Beam, seseorang yang menikah dengan pasangan yang dominan akan merasa ketakutan, tidak berharga, terkucilkan dari keluarga dan teman, tidak percaya diri, dan depresi. Beberapa orang yang menjadi subjek dominasi pasangannya juga umumnya suka memberontak.
Crazy Cycle, Ketika Kebutuhan Kedua Pihak Sama-sama Penting
Paulus mengatakan di Efesus 5:33 (FAYH), “… seorang laki-laki harus mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri; dan istri harus menghargai suaminya, mematuhi serta menghormatinya.” Suami memerlukan respek dari istrinya. Suami ingin menjadi dirinya apa adanya tanpa harus berpura-pura agar dirinya sesuai dengan kriteria yang diinginkan istrinya. Nah, bagaimana mungkin wanita yang dominan dapat memenuhi kebutuhan suaminya tersebut?
Banyak pasangan yang bergumul dengan kondisi dimana sang istri suka mengendalikan, dan akibatnya si suami menjadi pasif. Parahnya, semakin diam sang suami, semakin meledak-ledaklah emosi sang istri. Akibatnya, konflik pun bermunculan tanpa henti. Ini sebetulnya menandakan pasangan suami-istri sedang memasuki Crazy Cycle.
Terbentuknya crazy cycle sulit untuk diketahui asal-mulanya, karena itu adalah siklus tak berujung. Yang pasti, crazy cycle terjadi saat seorang istri merasa tidak dikasihi oleh suami dan akibatnya ia cenderung bereaksi dalam cara-cara yang kurang hormat kepada suaminya. Hal yang serupa juga terjadi pada sang suami, dimana ia merasa sang istri tidak menghormati dirinya, kemudian dia akan cenderung bersikap seakan-akan dia tidak mengasihi istrinya. Crazy cycle menjadi gambaran bahwa wanita pada dasarnya ingin selalu dikasihi dan pria butuh dihormati.
Sifat Dominan dapat Diubah
Wanita, mengendalikan sifat dan perilaku suami Anda hanya akan membuat dia merasa tidak aman saat bersama Anda. Suami pun menjadi enggan menyampaikan opini dan perasaannya karena opini dan perasaan itu akan selalu dihakimi oleh Anda. Padahal, tidak ada seorangpun yang ingin dihakimi, bukan?
Apa yang bisa Anda lakukan untuk berubah? Dr. David Hawkins, direktur Marriage Recovery Center, menghimbau agar wanita yang dominan ‘memutarbalik’ perilakunya, atau disebut juga dengan pattern interruption. Begini caranya:
-terimalah perilaku dan sifat suami Anda,
-minta maaf pada suami Anda dan jelaskan bahwa Anda sungguh-sungguh ingin berusaha menjadi pribadi yang penuh penerimaan, toleran, sabar, dan penuh belas kasihan,
-minta suami Anda untuk mengingatkan jika Anda mulai bertindak atau berkata-kata di luar batas, dan
-ciptakan ruang dalam hubungan Anda agar pengampunan bisa tumbuh di dalamnya.
Wahai istri-istri, menghormati suami Anda adalah peran mulia yang diberikan Tuhan kepada Anda. Perilaku Anda yang baik akan berpengaruh baik kepada pasangan, demikian juga sebaliknya.
“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.” (1 Petrus 3:1-2)
BACA JUGA:
Istri Dominan VS Suami Pasif, Salah Dalam Penggunaan Otoritas
Persib dan Persija Bertemu, Jakmania Dilarang ke Bandung
Apple Tolak Semua Aplikasi Bernama 'Flappy'
Ingin Cantik dari Hati? Nadine Chandrawinata Punya Resepnya
Paus Francis: Jangan Menikah Karena Faktor Emosi Semata
Sumber : Jawaban.com | Berbagai Sumber | yk