1 Petrus 3:5-7
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Seorang istri dominan pada akhirnya membuat suami menjadi pribadi yang pasif. Sama seperti seorang istri dominan sangat sulit untuk belajar melepaskan hak untuk memimpin, demikian juga seorang pria pasif, merupakan sesuatu yang berat untuk mulai mengambil tanggung jawab kepemimpinan. Namun hal itu bukan berarti tidak mungkin, namun butuh sebuah pengorbanan dan kerendahan hati untuk melakukannya.
Menjadi suami yang pasif tidak sama dengan seorang suami yang memiliki hati melayani. Suami yang pasif membiarkan istri mengambil alih kepemimpinan dalam keluarganya. Disini terjadi pengambilalihan otoritas oleh sang istri.
Hal ini bukan berarti bahwa seorang wanita dengan jiwa kepemimpinan adalah hal buruk dalam keluarga, namun seorang istri harus mempergunakan kemampuan untuk mempengaruhi dan kepemimpinannya untuk mendorong dan mendukung kepemimpinan suaminya. Hal itu akan membuat sang suami menjadi pribadi yang maksimal.
Jika Anda merupakan salah satu istri yang dominan itu, maka untuk membangkitkan kepemimpinan dalam diri suami Anda, beberapa hal berikut Anda harus lakukan :
- Mulailah melepaskan hak untuk memutuskan dan menyerahkannya pada suami Anda.
- Hormatilah dia secara utuh dan juga setiap keputusan-keputusannya
- Belajarlah percaya kepadanya, apapun resiko yang harus dihadapi
- Tahanlah lidah Anda, jangan mengkritik suami Anda, sebaliknya berilah dia semangat dan pandangan positif untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.
Besarnya kepercayaan yang Anda berikan kepada suami Anda dalam membuat keputusan-keputusan akan mempengaruhi perkembangan kemampuannya memimpin. Pada akhirnya keberhasilannya dalam memimpin keluarga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan Anda kepadanya. Semuanya itu seperti sebuah roda mesin yang saling berhubungan, dan situasi tidak akan berubah kecuali Anda membuat langkah pertama terlebih dahulu.
Baca juga artikel lainnya :
Bahaya Dominasi Dalam Pernikahan
Nasehat Bagi Seorang Pengendali dan Seorang Toleran
Paus Francis: Jangan Menikah Karena Faktor Emosi Semata
Roger Danuarta Sakaw Namun Tidak Mati