Cara Berkomunikasi Yang Efektif Dalam Pernikahan (2)
Sumber: poweroftwomarriage.com

Marriage / 31 October 2013

Kalangan Sendiri

Cara Berkomunikasi Yang Efektif Dalam Pernikahan (2)

Puji Astuti Official Writer
5796

Menindak lanjuti artikel "Cara Berkomunikasi Yang Effektif Dalam Pernikahan (1)", pada artikel hari ini saya ingin memfokuskan pembicaraan saya pada solusi atau jalan keluar dari komunikasi yang effektif.

Apakah solusi atau jalan keluarnya agar komunikasi yang efektif dan sehat dapat dicapai? Jika anda berada dalam situasi dimana anda tidak dapat mengontrol emosi anda untuk tidak berkata-kata secara kasar ataupun melayangkan tangan maupun kaki anda bahkan mempergunakan benda-benda yang dapat menyakiti orang lain karena emosi anda yang tidak terkontrol maka anda perlu beristirahat sejenak dari lingkungan dimana masalah tersebut muncul dengan meninggalkan tempat tersebut. Untuk tujuan ini anda dapat meminta waktu sejenak untuk menenangkan diri anda dan mengizinkan pikiran anda menjadi tenang. Anda tidak mempunyai kuasa untuk menghalangi orang lain untuk memprovokasi anda namun anda mempunyai kuasa untuk tidak meresponi perilaku orang lain dengan mengizinkan emosi anda untuk bertindak.

Jika masalah muncul dalam keluarga dan cara berkomunikasi sudah tidak terarah, demikian juga kata-kata yang dipergunakan, anda dapat mengatakan pada suami/isteri anda untuk istirahat sejenak dan pada saat anda berdua sudah menjadi tenang anda dapat meneruskan untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan dengan menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan, ini adalah suatu perilaku yang sangat dewasa. Jika salah satu pihak masih ingin bertengkar dengan tujuan ingin menang dan bukan untuk menyelesaikan masalah yang ada, izinkan saya menganjurkan anda berdua untuk mengenakan topeng terlebih dahulu sebelum melanjutkan pertengkaran yang tidak berkesudahan tersebut. Kenapa saya memilih topeng, karena anda sedang menampilkan peribadi yang berbeda dari peribadi anda sendiri, peribadi anda yang sebenarnya ada dibelakang topeng. Bukankah menggunakan kata-kata yang tidak selayaknya diucapkan itu anda pelajari dari dunia dimana anda bertumbuh dan dibesarkan? Dengan demikian jika emosi anda lebih cepat dari alam pikiran anda yang sehat maka emosi andalah yang mengambil alih logika anda sehingga anda berperilaku seperti yang diingini emosi anda. Saya yakin dalam keadaan tenang anda tidak berperilaku seperti itu dan hal ini menandakan bahwa peribadi anda yang sebenarnya baik adanya. Jangan putus asa belajar itu adalah suatu proses.

Bagaimana memilih topik yang akan dibicarakan dimeja makan? Anda dapat memilih satu topik yang ringan yang dapat anda bicarakan dimeja makan, namun topik tersebut bukanlah topik yang dapat mengundang kemarahan dimeja makan. Saya yakin anda pasti tahu kesukaan pasangan hidup anda, topik apa yang ia sukai dan topik apa yang dapat menekan tombol kemarahannya. Meja makan merupakan tempat untuk membangun hubungan yang sehat, meja makan merupakan tempat yang menyenangkan, meja makan merupakan tempat untuk berbagi kasih dan informasi, meja makan bukan tempat untuk memecahkan masalah yang ada atau tempat untuk membicarakan keuangan rumah tangga karena hal ini dapat memancing kemarahan dan dapat menimbulkan pertengkaran sedangkan meja makan bukanlah merupakan tempat untuk bertengkar tapi tempat untuk menikmati makanan yang ada yang dapat menyenangkan hati.

Jika anda ingin menyampaikan pesan karena sesuatu hal yang anda tidak sukai pada pasangan hidup anda, sampaikan hal itu dengan terbuka dan secara baik-baik tapi bukan bersifat keritik tajam yang ditujukan pada orangnya dan meja makan bukanlah tempatnya. Sebagai contoh yang konkrit adalah, jika salah seorang anak anda yang duduk dikelas tiga mengatakan delapan kali tujuh itu lima belas, maka anda dapat menanyakan kepada anak anda tersebut kenapa ia memberikan jawaban lima belas, mungkin kah anak tersebut melihat tanda kali sebagai tanda tambah? Jika anda bertanya kepada anak anda seperti ini maka anak yang berbuat salah akan melihat kesalahan tersebut dan memperbaikinya. Tapi jika anak yang dikritik dan bukan masalahnya, seperti "Kamu bodoh masa kamu tidak tahu berapa delapan kali tujuh" atau anak dikecam secara berlebihan, maka anak tersebut tidak pernah akan belajar, tapi bertumbuh menjadi orang yang kurang percaya diri yang penuh dengan pikiran negatif.

Jika isteri anda lupa untuk membayar tagihan credit card, mungkin saja isteri anda sedang sibuk mengurus anak yang sedang sakit atau kegiatan lainnya yang anda tidak ketahui. Untuk itu anda dapat mempergunakan kata-kata yang baik yang bersifat bertanya dari pada mempergunakan kata-kata yang bersifat mengeritik atau menghakimi seperti misalnya "masa bayar tagihan credit card aja ga tahu, apa mesti tunggu aku semuanya, dasar tidak pernah mau belajar". Pilihan manakah menurut anda yang lebih baik dalam berkomunikasi? Tahukah anda setiap perkataan negatif yang bersifat menghakimi dan merendahkan seorang anak yang keluar baik dari mulut seorang dewasa maupun dari teman-teman anak tersebut harus diimbangi dengan empat perkataan positif yang dapat memberikan pengharapan, martabat, rasa percaya diri.

Tahukah anda bahwa para peneliti yang ahli dalam perilaku manusia menemukan bahwa tujuh puluh tujuh persen dari kata-kata yang kita dengar negatif adanya. Mari kita bersama-sama membuka pintu hati kita dan masuk kedalam "dunia belajar" dengan meningkatkan kata-kata positif yang bersifat membangun, yang memberi pengharapan, yang memberi rasa nyaman dan percaya diri dan bukan kata-kata yang bersifat menghakimi yang penuh dengan keritik yang menjatuhkan martabat atau rasa percaya diri seseorang atau yang bersifat mempermalukan orang. Semoga bermanfaat.

 

Penulis

Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

 

Baca juga artikel lainnya :

Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-kata (1)

Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-Kata (2)

Sarkasme Bisa Hancurkan Pernikahan Anda

Memberkati Lewat Perkataan

Mau Voucher Belanja Online GRATIS??

Sumber : Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami