Cara Berkomunikasi Yang Efektif Dalam Pernikahan (1)
Sumber: poweroftwomarriage.com

Marriage / 24 October 2013

Kalangan Sendiri

Cara Berkomunikasi Yang Efektif Dalam Pernikahan (1)

Puji Astuti Official Writer
6349

Selama dua minggu terakhir ini saya telah membahas beraneka ragam cara berkomunikasi dan dampak yang dapat terjadi akibat berkomunikasi dengan emosi yang tidak terkendalikan dalam artikel yang berjudul "Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-Kata". Bagian pertama dari artikel ini di tayangkan pada tanggal 11 Oktober 2013 dan bagian kedua ditayangkan pada tanggal 17 Oktober 2013. Bagi anda yang belum berkesempatan untuk membaca kedua artikel tersebut, anda belum terlambat dan masih mempunyai kesempatan, saya persilakan anda untuk klik "Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-Kata".

Hari ini saya ingin mengajak anda sekalian yang membaca artikel saya untuk berhenti sejenak dari kesibukan anda dan dari segala kegiatan anda dengan mematikan ponsel, radio maupun televisi anda agar anda dapat merenungkan kebenaran yang akan segera saya sampaikan. Jika anda dapat menangkap kebenaran yang saya sampaikan pada hari ini, maka anda pasti akan bebas dari cara berkomunikasi yang selama ini anda praktekkan yang telah membawa rumah tangga anda kedalam jurang kemarahan, pertengkaran, ketidak harmonisan, sakit hati, dan lain-lain sebagainya.

Sudah barang tentu pada saat ini anda jadi penasaran karena anda ingin mengetahui bagaimana caranya berkomunikasi yang effektif dalam pernikahan karena anda ingin dibebaskan dari cara-cara anda selama ini yang tidak membawa hasil yang positif yang dapat membahagiakan pasangan hidup dan anak-anak anda. Anda tidak sendirian, banyak diantara pembaca mempunyai masalah dalam berkomunikasi dengan pasangan hidup, anak-anak ataupun dengan orang-orang disekitar anda termasuk berkomunikasi dengan cara yang salah dengan pembantu, rekan-rekan sekerja maupun dengan bawahan anda di kantor dimana anda bekerja.

Masih ingatkah anda pada saat anda jatuh cinta dengan pasangan hidup anda? Bukankah anda memilih kata-kata yang layak diucapkan untuk menyenangkan dia yang anda kasihi? Ataukah anda berkata-kata apa adanya tanpa memperdulikan perkataan yang anda ucapkan? Kesan apakah yang ingin anda tinggalkan pada saat anda menggunakan perkataan tertentu? Apakah perkataan yang anda pergunakan pada saat bercakap-cakap dapat memberikan rasa nyaman pada telinga yang mendengarkannya? Ataukah perkataan yang anda pergunakan dapat memberikan rasa gejolak dalam hati orang yang mendengarnya dalam bentuk kemarahan, sakit hati, merasa terhina, tersinggung, dan lain-lain sebagainya.

Apakah anda dapat mengingat kembali kapan anda merubah cara anda berkomunikasi dengan pasangan hidup anda? Dulu anda memilih kata-kata yang menyegarkan yang dapat memberikan rasa nyaman dan sekarang anda menjadi masa bodoh. Apakah yang menjadi pencetus perubahan ini? Apakah pada saat anda memilih pasangan hidup anda, cara berbicara merupakan salah satu faktor yang penting bagi anda dalam memutuskan dengan siapa anda ingin menghabiskan waktu hidup anda bersama-sama? Apakah bagi anda yang mengalami perubahan cara berbicara kearah negatif, dapat kembali lagi seperti sedia kala, yaitu pada saat anda pertama kali jatuh cinta? Apakah anda dapat memupuk cinta anda kepada pasangan hidup anda secara sehat? Bukankah dengan mencintai pasangan hidup anda, sebetulnya anda sedang jatuh cinta setiap hari, dengan demikian anda akan memilih kata-kata anda yang dapat memberikan rasa nyaman, rasa diterima bukan tertolak, perasaan dimengerti, perasaan aku dicintai, aku dihormati. Jika hal ini dapat anda lakukan sebenarnya anda sedang mengirimkan suatu pesan, yaitu aku peduli terhadap keberadaanmu, aku cinta kamu, aku ingin berkorban bagimu, dan seterusnya.

Tidak ada satu orangpun yang sempurna didunia ini, karena itu harus ada jaminan dalam setiap keluarga untuk memberikan suatu kebebasan untuk boleh berbuat salah. Pada saat kesalahan terjadi, itu sudah berlalu, dan tidak dapat ditarik kembali. Yang dapat dirubah adalah perilaku pada saat ini. Apakah dengan memukul, memaki, mengusir orang yang bersalah membuat yang salah menjadi benar? Bukankah pada saat perlakuan kasar tersebut terjadi akan menimbulkan ketegangan dan orang yang bersalah merasa dirinya sangat tidak berharga, apalagi jika hal ini terjadi di tempat umum atau didengar oleh orang lain. Kata-kata anda mungkin benar tapi jika diucapkan dengan nada marah dan tinggi akan menimbulkan kesan negatif atau kata-kata yang anda gunakan mungkin tidak layak diucapkan namun anda berdalih dengan mengatakan saya mengucapkannya dengan nada suara yang sangat rendah, inipun akan memberikan kesan negatif. Jadi anda harus memperhatikan nada suara selain kata-kata yang akan anda pergunakan. Solusi selalu berfokus pada masalah yang ingin di bereskan, kritik selalu berfokus pada orang yang melakukan kesalahan. Komunikasi yang benar selalu mengarah kepada solusi jika konflik timbul bukan pada kritik.

Jika anda mengatakan saya tidak dapat menahan emosi saya / kemarahan saya, saya sangat jengkel pada saat ini. Pertanyaan saya adalah pada saat kemarahan anda mencapai titik puncaknya dan anda dipanggil oleh CEO anda, apakah perasaan marah anda ini dapat anda kontrol pada saat anda berbicara denga CEO anda, dapat anda kontrol pada hari pertama anda jatuh cinta, dapat anda kontrol pada saat anda berhadapan dengan komplotan penjahat yang mengacungkan pistol kepada anda, dapat anda kontrol pada saat anda berhadapan dengan binatang buas yang lepas dari kandangnya? Bukankah waktunya relatif singkat, antara perasaan sedang marah sekali dan situasi lain yang menghendaki anda untuk berperilaku tenang. Jika anda dapat melakukan semuanya ini, kenapa anda memberikan alasan saya tidak dapat menahan kemarahan saya dan oleh karena itu keluarlah kata-kata yang tidak seharusnya saya ucapkan. Apakah kata-kata yang anda pilih untuk anda ucapkan pada anggota keluarga anda pada saat anda marah, adalah kata-kata yang juga akan anda pergunakan jika anda berbicara dengan CEO anda atau dengan calon mertua anda pada hari pertama anda berkenalan dengan mereka? Jika kata-kata yang akan anda pergunakan berbeda, apakah anda dapat memilih perkataan yang membangun pada saat anda berbicara dengan anggota keluarga anda? Jika hal ini dapat anda lakukan maka anda telah melakukan suatu tindakan heroik dengan mengalahkan keinginan anda untuk mengatakan kata-kata yang dapat membuat anda menyesal setelah mengucapkannya.

Pada akhirnya saya ingin mengingatkan kita sekalian suatu ayat yang saya kutip dari kitab suci yang saya yakini yaitu, "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya" (Lukas 6:45). Semoga bermanfaat!

Penulis

Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

 

Baca juga artikel lainnya :

Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-kata (1)

Komunikasi, Bukan Hanya Sekedar Kata-Kata (2)

Sarkasme Bisa Hancurkan Pernikahan Anda

Memberkati Lewat Perkataan

Mau Voucher Belanja Online GRATIS??

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami