Sanggupkah Aku Hidup Bila Suamiku Meninggal

Marriage / 3 October 2012

Kalangan Sendiri

Sanggupkah Aku Hidup Bila Suamiku Meninggal

Papa Henokh Hizkia Immanuel Simamora Official Writer
33047

Tragedi adalah cerita dan kisah yang menyedihkan yang datang dengan tidak disangka atau diprediksi. Dalam tragedi tokohnya biasanya memiliki kualitas-kualitas yang baik namun mengalami nasib yang buruk dan menyebabkan dirinya mengalami masalah yang berat.

Salah satu tragedi terberat dalam kehidupan berumah tangga adalah bila suami atau isteri tercinta meninggal dunia.

Bila suami ditinggal isteri maka kebanyakan orang mengatakan bahwa suami tidak akan terlalu bersedih karena bisa menikah lagi namun tidak demikian bila isteri yang ditinggal suami. Para isteri pada umumnya akan mengalami kesedihan yang mendalam serta mengalami stres yang cukup tinggi sehingga cukup lama untuk mengambil keputusan menikah lagi.

Seperti tercatat dalam data sensus Amerika Serikat. Rata-rata pria di AS akan menikah kembali dalam waktu 3 tahun, sedangkan wanita 5 tahun setelah kematian pasangannya.

Elizabeth Kubler-Ross, psikiater sekaligus pencetus studi tentang kematian, merumuskan beberapa tahapan yang terjadi saat seseorang ditinggal mati pasangannya.

Tahapan ini terdiri dari penolakan dan shock, negosiasi dengan diri sendiri, kemarahan, depresi, dan penerimaan.

Kubler-Ross menegaskan, tak ada urutan pasti dalam fase ini dan seseorang dapat mengulang kembali tahapan yang dia pikir telah berhasil diatasi.

Sulit memang, namun fase ini terbilang normal dalam kondisi berduka akibat kehilangan pasangan hidup. Persoalannya, berapa lama seseorang akan melewati fase ini dan kembali menjalani kehidupan seperti semula, tanpa air mata dan penyesalan?

1. Menangis Itu Baik

Sebagian orang beranggapan, saat seseorang menangisi sang arwah pun akan turut merasa sedih dan berat meninggalkan orang terkasihnya. Namun dalam hal medis, menangis justru hal yang baik untuk dilakukan saat berduka.

Dr. Joyce Brothers menyebut air mata sebagai "emotional first-aid" alias pertolongan pertama bagi luka emosional.

Menangis dinilai ampuh menyembuhkan luka psikis dan mampu menurunkan beban pikiran jika "diledakkan" dalam bentuk tangisan.

About Marriage mencatat, air mata mengandung leucine-enkephalin, zat penyembuh luka alamiah yang terdapat dalam otak.

Air mata juga mengandung hormon yang mendorong sekresi air mata, yaitu prolactin. Wanita memiliki kandungan prolactin (zat penghasil air mata) lebih besar daripada pria, yang menjadikan wanita lebih mudah menangis.


2. Mencari Sandaran

Orang-orang yang diliputi duka cenderung melakukan hal-hal yang bagi kebanyakan orang dirasa konyol atau mendramatisir. Kondisi ini wajar, karena kekalutan yang terjadi akibat kematian pasangan membuat pemikiran realistis perlahan menurun.

Jika Anda kehilangan pasangan hidup dan mulai merasakan hal-hal yang tidak wajar dalam perilaku psikologis Anda, jangan ragu untuk mencari orang lain sebagai sandaran. Kehadiran keluarga dan sahabat akan baik bagi pemulihan kondisi mental Anda.


3. Luangkan Waktu untuk Berlibur

Apa pun yang terjadi, life must go on. Anda tak bisa terus-menerus hanyut dalam kesedihan dan perlahan belajar untuk kembali bangkit.

Luangkan akhir pekan atau libur panjang untuk berlibur bersama keluarga atau sahabat. Lepaskan emosi yang selama ini menekan pikiran Anda dan biarkan otot-otot wajah Anda rileks. Manfaatkan momen-momen seperti ini untuk melakukan hal-hal baru yang selama ini belum pernah Anda coba.


4. Rencanakan Masa Depan

Karena hidup harus terus berjalan dan Alkitab juga mendukung seseorang yang ditinggal mati pasangannya maka tidak salah jika Anda berniat untuk mendapatkan pasangan yang baru dan membangun bahtera rumah tangga yang baru dalam pernikahan yang kudus.

"Jika ada pria lain yang layak untuk berbagi hidup dengan saya, akan tetap ada ruang kosong di jiwa saya. Saya tahu apa yang pernah saya miliki dan apa yang hilang dari diri saya," tutur Dr. Joyce Brothers dalam bukunya, Widowed.

Brothers menambahkan, walau ruang kosong itu akan terus ada akibat kehilangan yang begitu mendalam, namun dia tak akan mengasihani dirinya sendiri, apalagi menghabiskan hidupnya seorang diri.

Namun yang pasti, Anda harus menikah karena cinta, bukan karena kesepian ditinggal pasangan. Ingatlah akan apa yang dituliskan Alkitab bahwa segala sesuatu bisa terjadi menimpa orang yang mengasihi Tuhan namun hal itu pun bisa menjadi kebaikan dan memuliakan nama Tuhan.

Sumber : artikel-populer.blogspot.com / jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami