Konflik adalah suatu hal yang lumrah terjadi di dalam kehidupan pernikahan. Namun jika terjadi secara berkepanjangan, dapat menyebabkan hancurnya rumah tangga. Konflik tidak hanya terjadi pada pernikahan yang berusia muda namun juga bagi pasangan yang telah lama menikah.
Konflik dalam pernikahan adalah suatu hal yang harus segera diselesaikan. Jika tidak maka akan menjadi bom waktu. Mengatasi konflik dalam pernikahan bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika pasangan suami istri masih dikendalikan oleh kepribadian yang egois dan tidak mau melangkah maju menuju sebuah perubahan, serta tidak berusaha memperbaiki konflik tersebut secepat mungkin. Konflik akan selesai jika pasangan suami istri mau mengadopsi prinsip saling menerima dan saling memberi, dalam arti terbuka kepada pasangan, sehigga tindak lanjut untuk mengatasi konflik dapat dilakukan dengan langkah berikut ini:
a. Menghindari konflik dengan hati yang mengucap syukur.
Hati yang mengucap syukur hanya dimiliki oleh orang-orang yang memahami berkat yang sudah diterima dari Tuhan. Orang yang suka mengucap syukur jarang terlibat konflik (Ibrani 13:15). Untuk menghindari terjadinya konflik, jangan bosan mengucapkan “terima kasih” kepada pasangan Anda untuk hal-hal kecil yang dia lakukan, seperti ketika pasangan Anda mengambilkan sesuatu untuk Anda. Ucapkan terima kasih karena terima kasih merupakan kalimat yang memberi dampak positif bagi seseorang dan dapat disebut sebagai “magic words”. Ucapan terima kasih juga membuat kita merasa lebih dihargai, sehingga menimbulkan keinginan untuk melakukan lebih kepada orang yang mengucapkannya. Prinsipnya adalah jika kita ingin dihargai, maka hargailah orang lain terlebih dahulu. Jika kita ingin dihormati, maka hormatilah orang lain terlebih dahulu. Ini prinsip hidup yang paling mendasar dan berlaku mutlak bagi pasangan suami istri.
b. Buatlah daftar sebanyak mungkin hal-hal yang dapat kita banggakan dari pasangan kita.
Setiap hari nikmati bersama lima dari hal tersebut selama satu minggu sampai daftar tersebut habis. Berikan kritikan yang dapat membuat pasangan Anda semakin baik. Tetapi cara memberikan kritikan haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi. Seseorang dapat menerima kritikan dengan baik sangat bergantung pada cara menyampaikan kritikan tersebut.
c. Membina komunikasi yang baik dan sopan, serta mendiskusikan bersama hal-hal yang menjadi harapan dan impian dalam keluarga.
Hal ini bisa dimulai dengan membicarakan hal-hal umum, seperti memilih rumah idaman, menata dekorasi rumah, merencanakan anggaran biaya sekolah anak, dan lain-lain. Semakin tinggi frekuensi pasangan melakukan diskusi akan membuat hubungan menjadi lebih akrab. Mengapa hal seperti ini begitu penting? Setiap pasangan, bahkan yang paling berbahagia sekalipun, pasti akan melewati masa-masa sulit ketika mereka menemui ketidaksepahaman dalam memecahkan sebuah masalah. Dengan demikian, akan timbul perasaan dalam diri keduanya sebagai sebuah tim yang harus mencapai cita-cita, yakni mempertahankan keutuhan pernikahan.
d. Usahakan selalu menghargai pendapat pasangan Anda.
Ketika saling bertukar pikiran, jangan pernah saling menjatuhkan. Sebaliknya, jadikan ajang komunikasi tersebut sebagai sarana untuk mengekspresikan rasa setia, mempertebal komitmen, serta memperkuat cinta. Jika hal itu terlaksana dengan baik, maka tiap-tiap pihak akan merasakan keuntungan hidup berumah tangga dan ini merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.
Selain menyikapi konflik secara positif, 10 hal berikut ini pantang untuk Anda lakukan saat konflik sedang terjadi dalam pernikahan Anda:
1. Membiarkan konflik. Konflik yang tidak diselesaikan akan terus menumpuk dan menjadi subur. Membiarkan konflik berkepanjangan hanya akan menambah ‘borok’ dalam hubungan pernikahan Anda. Jangan sampai konflik ini dipendam lalu meledak di saat yang salah. Bisa-bisa hubungan pernikahan Anda tak lagi bisa diselamatkan.
2. Tak mau disalahkan. Baik Anda maupun pasangan pasti memiliki kesalahan sendiri. Tak ada seorang manusiapun yang luput dari kesalahan. Untuk itu jangan pernah marah jika kesalahan Anda dibahas oleh pasangan. Cobalah introspeksi diri, sehingga kelak Anda tak mengulanginya lagi.
3. Generalisasi semua hal. Satu kesalahan kecil membuat Anda menuduh pasangan melakukan kesalahan yang besar. Coba pikir, pernahkah Anda mengatakan: ‘Kamu memang selalu begitu!’, ‘Kamu memang tidak pernah mau mendengarkan!’ dan sebagainya, hanya karena satu kali kesalahan yang dilakukannya? Jika jawabannya iya, jangan lakukan lagi. Hal itu akan membuat pasangan merasa terpojok.
4. Merasa selalu benar. Merasa benar akan membuat Anda mengulangi kesalahan yang sama. Tak ada keinginan untuk introspeksi diri, sehinga konflik akan terus terjadi.
5. ‘Membaca pikiran’. Walau Anda telah mengenal pasangan bertahun-tahun, namun bukan berarti Anda mengenalnya secara utuh. Mengira-ngira apa yang dirasakan pasangan ketimbang menanyakannya langsung hanya akan menimbulkan kesalahpahaman. Lebih baik bukalah jalur komunikasi, tanyakan langsung padanya apa yang ia rasakan. Hal itu juga berlaku bagi Anda. Jangan pernah menganggap pasangan bisa membaca pikiran Anda. Jika ada yang mengganjal, sebaiknya utarakan langsung.
6. Tak mau mendengar. Komunikasi akan berjalan lebih lancar ketika salah satu pihak berbicara dan pihak yang lain mendengarkan. Jika keinginan untuk mendengar tidak ada, maka konflik tak akan selesai. Karena kedua belah pihak hanya ingin didengar, bukannya mendengarkan.
7. Selalu menyalahkan. Konflik dalam rumah tangga tak akan selesai jika Anda maupun suami hanya sibuk saling menyalahkan. Ingat, Anda berdua pasti memiliki kesalahan masing-masing. Jadi berhenti saling menyalahkan, dan mulai introspeksi diri.
8. Ingin menang dalam argumentasi. Adu argumentasi dalam penyelesaian konflik bukan bertujuan untuk mencari pemenang. Namun tukar pikiran untuk mencapai kata mufakat. Jika Anda terus berusaha untuk menang dan dianggap benar, maka hadiah yang akan didapat adalah kegagalan pernikahan.
9. Menyematkan label negatif. Menyematkan label negatif pada pasangan akan membuat Anda berpikir bahwa ia seburuk label yang diberikan. Jika lupa menutup pintu kamar mandi atau sering menumpahkan makanan membuat Anda menyebut suami ‘Si ceroboh’, maka secara tidak langsung Anda sudah menganggapnya buruk.
10. Membuat batasan. Jangan menambah buruk konflik dengan membuat batasan dengan pasangan. Saat Anda membangun ‘dinding’ dalam sebuah pernikahan, maka secara tidak langsung, komunikasi akan berkurang. Kurangnya komunikasi yang baik akan menjadi awal kehancuran pernikahan Anda.
Sumber : jimpress.net