Menjadi seorang istri hari-hari ini sangat berbeda jauh keadaannya dengan zaman dahulu. Selain karena semakin cerdasnya kaum perempuan masa kini, kesadaran para suami untuk menempatkan istri sebagai partner, bukan bawahan juga semakin meningkat jumlahnya.
Akan tetapi sungguh disayangkan dalam masa yang seperti ini, justru terjadi degradasi pengertian akan emansipasi perempuan. Salah satu contohnya adalah fenomena istri-istri yang “anti” akan pekerjaan dapur.
Dengan alasan tidak dapat memasak dan kurang terbiasa dengan alat-alat seperti kompor, wajan, dan peralatan masak lainnya, perempuan-perempuan dari tingkat pendidikan tinggi ini langsung menyerahkan total segala urusan berkaitan dengan makanan maupun kebersihan alat-alat dapur kepada sang pembantu. Jika tidak ada pembantu maka biasanya sang suami lah yang akan disuruh berperan disini.
Fakta ini justru bertolak belakang dengan apa yang digambarkan di Alkitab mengenai seorang istri. Pada Amsal 31: 15, dituliskan disana seorang istri yang cakap itu saat malam hari, ia bangun menyediakan makanan untuk seisi rumahnya.
Bila merujuk kepada ayat tersebut maka dengan kata lain tidak ada alasan bagi seorang istri untuk enggan melakukan pekerjaan dapur atau malah menyuruh suaminya melakukan hal ini. Adalah memang tugasnya perempuan yang sudah menikah untuk mengerjakannya.
Kepada para istri harus diingat bahwa status atau nilai Anda tidaklah menjadi rendah ketika melakukan pekerjaan dapur di rumah. Sebaliknya, Anda akan semakin disayang dan dipuji oleh orang-orang di rumah Anda karena perbuatan baik Anda ini.
Emansipasi janganlah dipandang sebagai legitimasi melepaskan kodrat dan tugas seorang perempuan di dalam sebuah rumah tangga. Karena bila ini yang dipahami maka yang terjadi justru adalah ketidakharmonisan.
Tuhan sudah memberikan peran masing-masing kepada suami dan istri dan itu semua ada maksudnya. Ketika kita mengikuti sesuai rel-Nya ini, kebahagiaan senantiasa pasti Anda dan seisi rumah Anda rasakan.
Sumber : Jawaban.Com / budhianto marpaung