Ketika cinta sudah memudar, konflik berkepanjangan, sakit hati yang tak kunjung padam membuat suami maupun istri seperti kura-kura yang masuk ke dalam cangkangnya. Ini adalah cara alami untuk melindungi diri dari bahaya luar. Untuk menghindari sakit hati yang lebih dalam, banyak pasangan yang mencari perlindungan atau pelarian. Kita menyebutnya affair.
Affair yang kita kenal biasanya adalah orang ketiga yang hadir dalan suatu pernikahan. Diperkirakan ada 1 dari 3 pasangan yang pernah selingkuh baik yang hanya melalui chatting, sms atau hubungan lebih serius. Banyak yang mengalami ‘hidup kembali’, ‘kembali muda’, ‘bersemangat’ dan ‘berbunga-bunga’ tidak beda dengan versi masa pacaran mereka dulu. Bahkan tidak sedikit yang melaporkan bahwa mereka belum pernah merasakan cinta yang begitu dalam sebelumnya.
Affair adalah bentuk pelarian seseorang dari pasangannya baik secara emosional maupun fisikal. Sebenarnya ada banyak bentuk affair yang dilakukan oleh pasangan yang terikat pernikahan. Pekerjaan, hobi, teman-teman, gadgets, internet, computer game, aktivitas sosial, televisi, pekerjaan rumah dan anak-anak adalah beberapa di antaranya.
Komunikasi Yang Rusak
Ketika aktivitas yang normal menjadi tempat pelarian atau cara untuk menghindari pasangannya, maka boleh dikata seseorang telah memiliki affair. Pernikahannya sedang mengalami stagnasi atau bahkan kemerosotan. Komunikasi dalam hubungan mereka bukan lagi komunikasi yang membahagiakan dan membawa pemenuhan melainkan membawa kepedihan.
Cara untuk menguji apa semua itu adalah bagian yang normal atau sudah merupakan affair, seseorang dapat bertanya pada dirinya, “Apakah bekerja lembur lebih baik daripada menghadapi omelan istri di rumah?”, “Apakah menonton TV atau membaca koran dapat menghidari komunikasi yang membawa luka dengan pasangan?”, “Apakah dengan menyibukkan diri dengan anak-anak, maka rasa sakit hati Anda teralihkan?”, “Apakah hobi menjadi lebih penting dari suami atau istri?”
Saya mengenal pasangan suami istri yang telah menikah puluhan tahun. Mereka dikaruniai anak-anak yang telah dewasa dan banyak cucu. Komunikasi mereka tentulah bukan yang didambakan oleh pasangan manapun. Di rumah mereka ada pertengkaran dari pagi hingga malam hari. Dibuka dengan protes suami untuk sarapan yang tidak enak yang akan dibalas oleh kata–kata sengit sang istri dan malam hari ditutup oleh pertengkaran mereka mengenai channel TV yang akan di tonton. Di tengah hari mereka akan bertengkar karena masalah keuangan, anak, cucu, keluarga, tetangga, pakaian, rumah, agama, hobi, masa lalu, masa sekarang, masa depan, atau apa saja.
Sebaliknya saya pernah punya pengalaman menarik saat masih tinggal di Korea. Pada waktu itu saya berkerja sebagai English Tutor bagi anak-anak Korea. Biasanya setiap 3 kali seminggu saya di antar-jemput oleh 3 orangtua anak yang berbeda. Hal ini saya kerjakan selama bertahun-tahun. Jadi selama itu pula saya mengenal salah satu pasang suami istri yang selalu menjemput saya. Mereka selalu datang berdua. Segera sesudah pintu mobil ditutup dan menyapa saya, mereka akan terlibat dalam suatu percakapan yang sangat akrab seakan-akan mereka baru saja bertemu setelah lama berpisah. Bertahun-tahun, di perjalanan pulang pergi itu saya mendengar mereka berbicara banyak hal, bercanda, berencana dan bertukar informasi seperti tidak pernah kehabisan bahan percakapan.
Komunikasi seperti apa yang menjadi dambaan setiap insan ketika mereka hendak menikah? Apakah yang penuh dengan kepahitan dan kegetiran? Atau yang penuh dengan kasih dan pengertian?
Kita dapati bahwa sulit untuk mendapatkan komunikasi yang kita inginkan, jika tidak dibangun dasarnya terlebih dahulu. Apalagi jika alam bawah sadar kita penuh dengan trauma yang ingin dilupakan. Pernikahan akan membawa kembali semuanya ke permukaan yang membuat kita mengenal dan berhadapan muka ketemu muka dengan luka yang lama tidak kita sadari. Tanpa membawa luka-luka batin ini ke permukaan dan menyelesaikannya satu persatu, kita tidak dapat membangun sesuatu yang kuat dan utuh di atasnya. Sama halnya tidak seorang pun dapat membangun suatu bangunan tanpa mengetahui karakteristik fondasinya, demikian pernikahan yang harmonis tidak bisa dibangun di dasar yang tidak jelas.
Bagaimana Akhir Sebuah Affair?
Mengadakan affair adalah cara seseorang untuk membangun kembali apa yang tidak berhasil dibangun sebelumnya. Suami akan jatuh cinta pada teman sekerja yang lebih muda dan penurut dibanding dengan istrinya yang cerewet dan suka menuntut. Ia seperti mendapatkan kembali kelakian-lakiannya yang selama ini dilecehkan oleh pasangannnya. Romantika cinta yang ia rasakan, PEA kembali aktif bekerja, membuat ia hanya mengenal yang indah dan manis dengan selingkuhannya, sementara otak normalnya mengenal semua yang negatif tentang istrinya. Yang sebenarnya terjadi adalah alam bawa sadarnya yang sama dengan seekor kuda yang tidak bisa kendalikan sedang mencari jalan pemulihan dari luka masa lalu.
Alam bawah sadar yang tidak dikenali akan memegang kontrol dalam diri seseorang untuk memilih apa yang ia mau. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk seseorang mendapatkan bahwa apa yang sedang mereka hindari itu yang mereka dapatkan. Selingkuhan yang muda dan penurut ternyata adalah seorang yang berkeinginan kuat untuk mengontrol dan memanipulasi. Tanpa disadari orang ini sebenarya telah jatuh cinta dengan orang tidak jauh berbeda dari istrinya.
Demikian juga banyak wanita yang jatuh ke dalam peluk rayu seorang PIL yang dianggapnya penuh perhatian. Jauh berbeda dengan sikap suami yang dingin dan tanpa perasaan. Suaminya yang sering lupa hari ulang tahun atau moment yang dianggapnya penting. Suami yang juga tidak pernah menghargai apapun yang dikerjakannya. Suami yang jarang memuji apalagi mengungkapkan kasih lewat perkataan. Ketika bertemu dengan pria yang bisa memberi apa yang tidak diterimanya dari suami, seorang wanita sering lupa diri bahkan bila pria selingkuhannya ternyata telah beristri pula.
Sang wanita tersebut tidak menyadari bahwa ia baru saja masuk ke dalam perangkap yang sama ketika ia menikahi suaminya. Pria yang dikiranya penuh perhatian dan menyanjung-nyajungnya, menyimpan rapat hubungan mereka agar tidak diketahui siapapun. Ia tidak siap jika reputasi dan nama baiknya menjadi cemar demi cinta. Ia juga tentu tidak mau mengorbankan istri dan keluarganya. Ia hanya membutuhkan wanita itu untuk menjadi mainan atau simpanan, tidak lebih dari itu. Ternyata, ia sama tidak menghargainya bahkan lebih buruk lagi dari suami wanita tersebut.
Affair adalah ilusi yang menjebak korbannya untuk masuk ke dalam konflik yang lebih rumit untuk diselesaikan. Dikatakan ilusi karena hubungan yang terjadi dalam suatu affair hanya indah sebatas impian semata. Ketika terjaga, kenyataan yang lebih pahit harus mereka hadapi.
Penulis adalah seorang konselor profesional dan juga penulis buku "Turning Hurt Into Hope" (Metanoia 2009).
Artikel ini termasuk dalam Serial Menemukan Cinta Sejati Part 3