Untuk suami: Berikan ruang untuk mengeluarkan isi hatinya.
Saya cenderung berpikir dengan "bersuara". Saya perlu berkata-kata untuk membantu diri saya mengerti isi pikiran saya dan perasaan saya tentang sesuatu. Terkadang saya tidak menginginkan solusi, saya hanya mengeluarkan pemikiran atau perasaan saya. Ini membuat suami saya, Ron, merasa tidak nyaman karena dia ingin memperbaikinya, melupakannya, dan bergerak maju. Sedangkan saya suka berlama-lama menyelami dan memahami masalah-masalah saya sebelum saya berpikir untuk mencari solusinya.
Contohnya, saat kami baru menikah, kami pindah ke lingkungan yang berbeda dan mulai beribadah di gereja yang baru. Saya hampir tidak mempunyai teman karena saya agak pemalu dan menunggu pendekatan yang hangat dari orang lain. Jadi saya berbagi perasaan saya dengan Ron, "Aku kesepian. Aku berharap aku mempunyai seorang teman yang akrab..." Ron, dengan niatnya yang terbaik, mulai berusaha membantu saya mengatasi masalah itu. Dia memberi saya "kuliah" dengan judul "Persahabatan 101". Dia berkata, "Untuk mempunyai teman kamu harus menjadi seorang teman. Apa yang sudah kamu lakukan untuk menjalin persahabatan dengan orang lain?" lalu dia menulis di sebuah kertas, "Sasaran Persahabatan Nancy" dan dia mulai menggambar sebuah diagram. Dia bingung ketika saya mulai menangis dan berkata, "Aku tidak mau diagram. Aku mau teman!"
Sekarang jika saya hanya ingin curhat, saya mengatakannya pada Ron di awal pembicaraan. Dia bahkan belajar untuk bertanya lebih dulu pada saya, "Kamu mau nasehatku atau hanya telingaku?" Kami menghindari banyak sekali perasaan sakit hati dengan bertanya lebih dulu tentang harapan kami masing-masing kepada yang lainnya.
Untuk suami: Mau membuatku senang? Jangan goda aku.
Banyak pasangan salng mengoda satu sama lain, dan jika Anda bisa melakukannya dengan tepat, itu akan menyenangkan. Tapi jika selera humor Anda melibatkan sesuatu yang sensitif tentang orang lain, itu berbahaya.
Suami saya adalah pria yang lucu, dia suka komedi dan dia selalu mencari hal-hal untuk ditertawakan. Jadi saat masakan saya gagal atau berat badan saya naik, dia berpikir itu bisa dijadikan bahan komedi. Saya pikir komentarnya benar-benar tidak sopan dan kasar. Kami pernah beberapa kali bertengkar hebat karena definisinya akan humor. Setelah saya menjelaskan betapa itu menyakiti perasaan saya, dia berhenti menjadikan saya bahan leluconnya. Dia masih lucu, dan kami kadang menulis naskah komedi bersama untuk drama komedi Kristen. Tapi sekarang, kami menyetujui aturan yang sama: lelucon yang pribadi tidaklah lucu.
Untuk istri: Jadilah spesifik agar perkataan Anda didengar.
Beberapa tahun lalu, saya menemukan prinsip yang menyelamatkan kami dari banyak kesalahpahaman da perdebatan. Suatu sore, saya sibuk membersihkan rumah untuk menyiapkan pesta ulang tahun anak kami, Nick. Ron sedang duduk membaca koran. "Ron, bisakah kamu memindahkan kertas-kertas itu dan membersihkan halaman depan? Tamu-tamu sebentar lagi datang!"
"Uh..." dia menggumam, tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku ambil itu sebagai jawaban ya," teriak saya sambil terburu-buru ke atas untuk menata rambut dan berdandan. Dua puluh lima menit kemudian, saya melihat keluar jendela, dan sudah ada mobil tamu di halaman. "Mereka sudah di sini!"
Saya dengar Ron terburu-buru melompat dari kursinya, membuang kertas-kertas ke tempat sampah, dan membawa sapu ke depan pintu. Dia menyapu beranda kami saat tamu-tamu sedang berjalan memasuki halaman! Ron tidak tahu alasan kenapa saya marah. Setelah tamu-tamu pulang, saya bertanya, "Kenapa kamu tidak melakukan apa yang aku minta?"
Dia menjawab, "Sudah!"
"Tapi kamu baru melakukannya setelah para tamu datang!"
"Ya memangnya kenapa? Kamu tidak bilang kapan aku harus melakukannya."
Dia benar, saya memang tidak bilang. Saya mempunyai harapan dia akan melakukannya sesegera mungkin setelah saya minta, tapi saya tidak mengatakan kapan waktunya dengan spesifik.
Ingatlah ini. Pasangan Anda tidak bisa membaca pikiran Anda.
Sekarang saya akan bertanya pada Ron, "Bisakah kamu menyelesaikannya jam 6?" atau "Bisakah semua ini selesai hari Selasa?" Jika dia tidak bisa melakukannya, dia akan bilang pada saya, dan saya akan bisa membuat rencana lain atau melakukannya sendiri.
Untuk istri: Isyarat tidak akan berhasil.
Cara lain dimana saya sudah membuat Ron bingung adalah saat saya melemparkan atau mengatakan sebuah isyarat tentang sesuatu dan lalu marah karena dia tidak menanggapi isyarat itu. Contohnya, satu hari yang panas saat kami sedang di mobil menuju ke arah jalan yang melewati toko es krim Baskin Robbins, saya berkata, "Aku suka lemon sherbet." Dia terus saja menyetir mobil. Beraninya dia! Saya kira dia tidak tahu bahwa isyarat saya berarti, "Hentikan mobilnya. Aku mau es krim!" Teman wanita saya pasti mengerti isyarat itu dan berkata, "Ide yang bagus. Kita beli beberapa es krim!" Tapi Ron tidak menangkapnya, dia berpikir saya hanya mengatakannya begitu saja.
Para pria jarang sekali melemparkan isyarat karena mereka telah belajar meminta secara langsung apa yang mereka inginkan. Jika para wanita berhenti melemparkan isyarat dan langsung meminta apa yang kita inginkan, kita cenderung akan mendapatkannya.
Perubahan-perubahan ini tidak terjadi dalam semalam. Jika saya melihat Ron sudah berusaha, saya akan memberi dia ruangan untuk kadang-kadang gagal. Karena jika saya terus-menerus "menyerang" dia setiap kali dia lupa, dia akan menjadi malas dan berhenti mencoba. Jadi, setiap kali Anda melihat pasangan Anda mulai mengembangkan kebiasaan yang baru, pujilah dia dan berilah sedikit kelonggaran jika terkadang dia lupa. Pastikan Anda memujinya secara verbal dan perhatikan saat dia melakukannya dengan benar. Pernikahan Anda akan bertumbuh semakin manis seiring dengan makin sedikitnya konflik dan makin bertambahnya pengertian dan kesabaran.
"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Petrus 3:7)