Dominasi dalam pernikahan selalu bersifat menghancurkan. Dominasi adalah masalah penting yang mempengaruhi pernikahan dan anak-anak secara negatif. Adanya pasangan yang dominan berarti juga ada pasangan yang didominasi. Baik pria maupun wanita bisa saja mendominasi pasangannya. Orang yang dominan biasanya selalu menikahi seseorang yang secara emosional cocok untuk mereka. Orang dominan menghindari orang lain yang mempunyai pendirian kuat dan percaya diri yang akan menantang mereka. Orang dominan biasanya tertarik pada mereka yang membiarkan dia yang memegang kendali. Orang yang didominasi seringkali mempunyai rasa percaya diri yang rendah, kepribadian yang pasif, atau punya latar belakang dibesarkan dalam lingkungan dimana mereka terbiasa untuk dikendalikan.
Mendominasi artinya jika seseorang mempunyai kendali yang berlebihan atas suatu hubungan dan hal-hal yang terlibat di dalamnya, termasuk anak-anak, seks, uang, persahabatan, dan lainnya. Jika Anda bisa membayangkan melihat ke dalam sebuah rumah boneka yang atapnya diangkat, orang yang dominan mempunyai ruangan terbesar dalam rumah. Tergantung dari seberapa besar dominasinya, ukuran ruangannya dapat membesar atau mengecil, yang berarti juga mempengaruhi ukuran ruangan pasangannya. Dalam beberapa kasus ekstrim, pasangan yang didominasi bahkan tidak mempunyai ruangan sama sekali. Pasangan yang dominan mengendalikan setiap area dalam pernikahannya. Tapi ada juga pernikahan yang dominasinya terpisah, dimana satu pasangan mengendalikan anak-anak dan kehidupan rohani, sementara yang lain mengendalikan keuangan dan kehidupan seks. Dalam kedua kasus, dominasi bersifat menghancurkan dan tidak akan membuat pernikahan berhasil. Mengapa?
Pertama-tama kita perlu melihat kembali pada rancangan Tuhan atas pernikahan. Dalam Kejadian saat Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, dan juga dalam Efesus bab 5 tentang peran seorang suami dan peran seorang istri, konsep dominasi tidak pernah disebutkan.
Kadang ada beberapa pria yang berkata, "Alkitab mengajarkan bahwa wanita seharusnya tunduk kepada pria. Karena itu, pria tidak bisa dikatakan dominan bila dia menjadi kepala atas rumah dan menjadi bos. Itu Firman Tuhan!" Efesus 5:22 yang mengatakan wanita harus menghormati suaminya didahului dengan ayat 21 yang mengatakan: "dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Ayat 22 juga diikuti dengan penjelasan bagaimana seorang suami akan mengasihi istrinya dengan cinta yang mau berkorban, mengasihi istrinya seperti dia mengasihi dirinya sendiri.
Meskipun saya percaya para istri harus tunduk pada suami mereka seperti kepada Tuhan, saya juga percaya para suami seharusnya tunduk pada istri mereka dalam takut akan Tuhan. Suami adalah pemimpin keluarga dan rumah karena dialah yang menginisiasikan, bukan karena mendominasi. Istrinya adalah seseorang yang sepadan dengan dia, apa yang istrinya pikirkan dan rasakan sama pentingnya dengan apa yang dia pikirkan dan rasakan. Seorang suami juga menjadi pemimpin keluarga karena dia memenangkan hati istri dan anak-anaknya melalui pengorbanannya dan kasihnya, bukan karena dia yang paling kuat atau karena dia bisa menyebutkan ayat-ayat dari Efesus seperti peluru rohani untuk mematikan "pemberontakan" apapun yang mengancamnya.
Tuhan menciptakan pernikahan untuk menjadi suatu bentuk kemitraan dimana kedua orang, suami dan istri, sama-sama dihormati dan dihargai. Peranan mereka menurut Efesus 5 memastikan bahwa baik suami maupun istri adalah anggota-anggota yang sepadan dalam hubungan mereka, dengan masing-masing kebutuhan khusus mereka yang dipenuhi melalui pengabdian satu sama lain yang tidak egois. Dominasi bukanlah rencana Tuhan, karena akarnya adalah egoisme, yang yang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, tanpa memperdulikan akibat buruknya bagi mereka. Dominasi juga adalah kesombongan, percaya bahwa dia tidak membutuhkan input atau teguran dari orang lain. Semua itu berlawanan dengan teladan Yesus. Dalam Matius 11:29, dikatakan bahwa Dia lemah lembut dan rendah hati, dan akan memberikan ketenangan pada jiwa kita yang datang kepadaNya. Tuhan yang adalah penguasa dari segalanya, namun caraNya adalah cinta, bukan paksaan.
Entah apakah seseorang menjadi dominan karena kepribadiannya yang kuat, latar belakang keluarga, frustasi, rasa takut, atau alasan lain, kita semua harus mengatasi hal ini jika kita mau pernikahan kita berhasil. Untuk memeriksa apakah Anda mengalami masalah ini, jawablah pertanyaan berikut ini dengan jujur:
1. Apakah Anda sering disebut sebagai pihak yang dominan?
2. Apakah Anda melihat pernikahan sebagai kemitraan yang sepadan?
3. Apakah Anda merasa didominasi oleh pasangan Anda?
4. Apakah Anda yang membuat hampir semua keputusan tanpa masukan dari pasangan Anda?
5. Apakah Anda merasa dihomati dan dihargai oleh pasangan Anda?
6. Apakah Anda merasa terancam dengan pendapat dan masukan dari pasangan Anda dalam satu atau beberapa area kehidupan Anda?
7. Apakah Anda dibesarkan dalam rumah dengan orang tua yang dominan?
8. Apakah Anda mewarisi perilaku dari orang tua yang dominan atau orang tua yang didominasi?
9. Apakah Anda sering merasa benci atau marah pada pasangan Anda karena cara dia memperlakukan Anda?
10. Apakah Anda mengalami kesulitan untuk membuat pasangan Anda terbuka kepada Anda?
Jika jawaban Anda sama dengan yang tertulis pada bagian akhir artikel ini, maka Anda mungkin berada dalam pernikahan yang merupakan kemitraan yang sepadan sesuai dengan rancanganNya. Kalau itu benar, bukan hanya Anda yang diberkati, tapi juga anak-anak Anda. Jika Anda menjawab satu atau lebih pertanyaan di atas dengan jawaban yang berbeda, Anda perlu memeriksa pernikahan Anda untuk mencegah kerusakan yang lebih parah akibat adanya dominasi.
Jika Anda adalah pasangan yang dominan, Anda perlu bertobat pada Tuhan dan minta maaf pada pasangan Anda. Karena terlepas dari apakah pasangan Anda membenci Anda atau tidak, dominasi sudah melawan rancangan Tuhan dan merusak keintiman dalam ikatan pernikahan.
Tuhan telah merancang pernikahan sedemikian rupa sehingga kita tidak bisa mencapai potensi penuh kita tanpa pasangan kita. Karena itu, dominasi mengutuk kita dan pasangan kita. Buatlah komitmen di area-area dimana Anda telah bersikap dominan, Anda akan tunduk pada pasangan Anda dan menghormati serta menghargainya dalam setiap isu pernikahan dan keluarga Anda. Jika Anda adalah pasangan yang telah didominasi, Anda perlu berdiri dan menolak untuk didominasi. Tanpa kata-kata kemarahan atau ancaman, katakan saja kepada pasangan bahwa Anda telah tersakiti oleh perilaunya dan ingin diperlakukan sepadan dalam hubungan Anda. Jangan terintimidasi oleh kepercayaan bahwa bersikap diam akan menghasilkan perubahan atau sesuatu yang positif. Berbicaralah dalam kasih, lalu berdoalah dan percayakan hasilnya pada Tuhan. Seperti inilah cara Karen mengubah pernikahan kami. Karena sikapnya dan doanya, itu menyebabkan konflik di antara kami yang digunakan Tuhan untuk mengubah hati saya.
Jika Anda mencintai pasangan Anda, jangan biarkan dia mendominasi Anda, dan juga jangan mendominasi dia. Hormatilah satu sama lain dan jadilah satu tim sebagaimana yang Tuhan rancangkan untuk Anda berdua. Bukan hanya pernikahan Anda akan diberkati, tapi juga anak-anak Anda dan seluruh keluarga.
Jawaban:
1. tidak, 2. ya, 3. tidak, 4. tidak, 5. ya, 6. tidak, 7. tidak, 8. tidak, 9. tidak, 10. tidak.