Banjir bandang yang disebut “tsunami himalaya” dan telah menghantam negara Bagian Uttarakhand, India Utara selama sepuluh hari membuat korban jiwa berjatuhan dengan jumlah yang besar dan ratusan ribu penduduk telah mengungsi dari daerah yang rawan banjir susulan.
Melihat tingginya jumlah korban tewas yang sudah melebihi 800 orang, para imam di India akhirnya sepakat untuk mengkremasi ratusan korban banjir itu secara massal, pada Selasa (25/6). Bukan tanpa alasan, kremasi massal dilaksanakan untuk menghindari wabah penyakit akibat mayat yang membusuk.
“Kremasi massal berjalan khidmat dan penuh kedukaan, tapi semua bisa terlaksana dengan baik berkat bantuan semua pihak. Kami memang harus memutuskan kremasi massal itu segera digelar karena menghindari datangnya wabah penyakit akibat membusuknya jenazah yang ditimbun,” ungkap pejabat dari Manajemen Bencana Negara, KN Pandey.
Kota Kedarnath adalah tempat yang dianggap suci bagi warga di seluruh Uttarakhand. Para warga Hindu India menganggapnya sebagai tanah para dewa. Namun bencana alam ini justru mengubah tempat yang dianggap suci tersebut sebagai tempat dilangsungkannya kremasi massal. Selain itu tempat ini terisolasi dari dunia luar akibat akses yang tertutup. Akibatnya para warga tak punya persediaan makanan dan air lagi.
Pemerintah setempat memperkirakan bahwa korban tewas akan melebihi 1.000 orang dan lebih dari 580 orang dinyatakan hilang. Sementara itu ribuan tentara juga tim penyelamat telah dikerahkan untuk membantu ribuan orang yang kini terisolasi dalam kepungan daerah rawan banjir susulan.