Jangan tertipu oleh penampilan pengemis yang kumal dan seperti kekurangan makan, faktanya sehari bisa mencapai Rp.500.000,- hingga Rp.700.000,- perhari atau mencapai 21 juta rupiah sebulan. Kondisi ini membuat para pengemis sulit untuk direhabilitasi oleh pemerintah.
Keluhan sulitnya menangani pengemis di Jakarta disampaikan oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.
"Pola pikir (pengemis) sudah sulit diubah, terlanjur dimanja dengan enaknya hidup di jalanan," demikian pernyataan Miftahul yang dikutip Kompas.com, Rabu (26/6).
"Jangan terkecoh penampilan. Jika ingin memberi sumbangan, salurkan ke masjid, panti asuhan, dan yayasan-yayasan sosial yang resmi," demikian sarannya.
Walau demikian, tidak sedikit pula pengemis dan gelandangan yang berhasil dibina oleh pemerintah. Miftaful memaparkan bahwa pihaknya juga telah berhasil membina para pengemis dan gelandangan yang masih muda serta menyalurkannya untuk bekerja di perkebunan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Pengemis di Jakarta dengan mudah ditemui di berbagai tempat, mulai di halte, terminal bahkan di jembatan penyebrangan. Untuk itu masyarakat hendaknya bijaksana dengan tidak memberikan bantuan uang secara langsung karena hal tersebut tidak membuat mereka mandiri. Terlebih menjelang bulan puasa atau bulan Ramadhan, banyak pengemis musiman yang akan menyerbu kota-kota besar untuk meminta sedekah. Seperti yang disarankan oleh Miftaful tadi, bantuan hendaknya disalurkan melalui lembaga yang dapat mempertanggung jawabkannya.
Sumber : Kompas.com | Puji Astuti