Suatu kali sahabat atau kerabat Anda datang dan menceritakan permasalahan beratnya, seperti, “Mobilku baru saja tertabrak” atau “Anakku sakit keras dan harus dioperasi”. Kemudian mereka bertanya apakah bisa meminjam uang dari Anda dalam jumlah yang tidak sedikit. Anda tentu berniat untuk membantu mereka, bukan?
Ketika ada seseorang yang memerlukan uluran tangan, adalah wajar jika hati kita kemudian tergerak dan memenuhi apapun yang mereka butuhkan. Menurut sebuah sumber yang dikutip dari www.cfinancialfreedom.com, setidaknya ada 3 alasan mengapa kita ingin memberikan pinjaman:
#1 Kita ingin menolong
#2 Kita akan merasa bersalah jika menolak untuk menolong
#3 Kita ingin menjaga hubungan. Kita tidak ingin hubungan terganggu karena sahabat atau kerabat itu kecewa atau marah karena tidak diberikan pinjaman oleh kita.
Masalahnya, bagaimana jika peminjaman uang yang kita pikir akan berjalan mulus, ternyata berakhir tidak seperti yang diharapkan? Bagaimana jika mereka tidak mengembalikan uang pinjamannya?
Tahukah Anda, bahwa sebuah hubungan persahabatan atau kekeluargaan dapat terganggu gara-gara pinjam-meminjam uang? Meskipun niatnya adalah memberikan bantuan, meminjamkan uang kepada teman atau kerabat sebenarnya harus dilakukan dengan cara-cara tertentu agar terhindar dari akibat buruk yang tidak diinginkan. Meminjamkan uang harus sama profesionalnya dengan dipinjami uang. Tentunya kita ingin memberkati orang lain tanpa membuat bangkrut diri sendiri, bukan?
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan untuk bijak dalam meminjamkan uang:
Kenali siapa orang yang hendak meminjam uang dari Anda
Apa tujuan dia meminjam uang? Apakah dia memiliki pekerjaan sebagai sumber pendapatan? Berapa besar pendapatannya tiap bulan? Bagaimana riwayatnya dalam meminjam uang dari orang yang sebelumnya (jika ada)?
Dengan mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda bisa memutuskan untuk:
-memberi pinjaman atau tidak;
-menetapkan besarnya uang yang akan Anda pinjamkan;
-menetapkan besarnya cicilan uang yang dia kembalikan kepada Anda.
Pinjamkan uang sesuai dengan kemampuan
Terutama jika Anda telah berkeluarga, ingatlah bahwa uang yang Anda pinjamkan tidak boleh sampai mengganggu budget kebutuhan rutin sehari-hari. Perhatikan anggaran untuk uang sekolah anak, cicilan utang, dan tabungan sebelum meminjamkan kelebihan uang Anda kepada orang lain.
Tetapkan jangka waktu pengembalian
Kepada teman atau kerabat, acapkali kita merasa enggan atau tidak tega menetapkan jangka waktu pengembalian. Namun, hal ini penting dilakukan demi kenyamanan kedua belah pihak. Anda berhak memberikan tenggat waktu pinjaman atau menawarkan beberapa cara pengembalian, misalnya dengan dicicil per bulan atau dibayar saat terima THR.
Buat perjanjian hitam di atas putih
Usahakan membuat surat perjanjian utang yang bermeterai, terutama jika jumlah pinjamannya besar. Dalam surat perjanjian tersebut, cantumkan secara detail kesepakatan peminjaman uang. Terkesan terlalu formal? Sebenarnya tidak, karena ini untuk menjamin keamanan uang Anda.
Tetapkan barang jaminan
Selain surat perjanjian, barang jaminan juga bisa digunakan untuk peminjaman dalam jumlah besar. Tujuannya, agar si peminjam lebih bertanggungjawab dan berkomitmen untuk mengembalikan. Tetapkan barang jaminan yang nilainya relatif sama dengan besar pinjaman uang.
Meminjamkan uang adalah bentuk pertolongan yang baik, jika tujuan peminjaman tepat dan prosedurnya sesuai. Jika Anda terlalu royal dalam meminjamkan uang, bisa-bisa teman atau kerabat Anda menjadi “ketagihan” meminjam. Kalau sudah begini, lama-kelamaan Anda mengajarkan mereka untuk jadi tukang berhutang. Jadi, selamatkan hubungan Anda dengan sesama melalui proses pinjam-meminjam uang yang bijak.
BACA JUGA:
Kisah Nyata: Hobi Belanja Buat Anneke Terlilit Hutang Rentenir
Kartu Kredit: Berhutang tanpa Malu-malu
Melihat dan Melunasi Hutang secara Alkitabiah
VIDEO: Telusuri Fenomena Rentenir bersama Aidil Akbar
Bebas Utang? Merdekakan Hidup dengan Sikap Ini!