Pornografi menjadi masalah global saat ini, bahkan Indonesia beberapa hari ini dihebohkan oleh wacana tes keperawanan karena banyak remaja yang terjerat seks bebas, salah satunya adalah akses terhadap pornografi yang begitu mudah melalui internet.
Namun yang cukup mengejutkan adalah alasan mereka mengakses pornografi. Ahli kesehatan seksualitas di Australia melakukan survei dan memberikan hasil yang mengejutkan, bahkan menyarankan pornografi sebagai sarana pendidikan seks di negeri kanguru tersebut.
Di Australia sendiri, pengakses pornografi terbesar adalah remaja di usia 12-19 tahun. Dalam survei di tahun 2012 "Let's Talk About Sex" yang dilakukan oleh Australian Youth Affairs Coalition dan Youth Empowerment Against HIV/AIDS menanyakan kepada anak-anak muda tentang bagaimana mereka pelajari tentang seks. Jawabannya adalah : 85 persen menjawab melalui internet, 69 persen di sekolah dan 64 persen melalui pornografi.
Berdasarkan hasil survei ini, pejabat dari Youth Health Program menyimpulkan bahwa salah satu alasan para remaja mengakses pornografi adalah mereka tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka tentang seksualitas dalam kurikulum pendidikan seksual. Mereka tidak menemukan apa yang ingin mereka ketahui tentang tentang seks - melihat seperti apa, bagaimana prosesnya dan kesenangan yang didapat selama seks.
Menurut Koordinator Sekolah Family Planning WA Sexual Health Service, Sue Dimitrijevic, banyak anak muda menonton pornografi namun tidak bisa benar-benar mengarti tentang seks itu sendiri, bahkan banyak yang salah mengerti.
"Kami pernah ditanya seorang gadis berumur 13 tahun, apakah ia bisa berhubungan seks jika ia bukan orang Brazil," ungkap Sue.
Bahkan ada seorang pria muda berusia 15 tahun yang frustrasi dan menanyakan mengapa pacarnya marah saat ia memanggilnya "Jalang!"
Hal tersebut menggambarkan bahwa pendidikan seksual harus diajarkan sedini mungkin, karena bagaimanapun suatu saat mereka bisa mencari jawabannya sendiri, dan jika mereka mendapatkannya dari tempat yang salah, maka mereka akan salah arah.
Jika di Australia yang merupakan sebuah negara yang cukup moderat dan sistem pendidikan yang cukup moderen mengalami kesulitan dalam membendung masalah pornografi, terlebih Indonesia yang seringkali pendidikan seks di sekolah masih banyak yang menganggapnya tabu. Bahkan banyak orangtua tidak mengajarkannya dengan baik dan benar, sehingga anak-anak semakin penasaran dan mencari jawabannya sendiri dengan cara mereka. Jika mereka pada akhirnya jatuh pada jerat pornografi dan seks bebas, siapa yang harus disalahkan?
Baca juga artikel lainnya :
Tes Keperawanan, Ancam Siswi Kehilangan Hak Untuk Enyam Pendidikan
Tulisa Menyesal Sudah Tidak Perawan di Usia 14
Umat Kristen Protes Akun Facebook 'Perawan Maria Seharusnya Aborsi'
Kumpulan Renungan Profesional Bisnis Google, Microsoft, Coca-Cola dll
6 Langkah Merdekakan Diri Dari Label "Pegawai"
Sumber : Watoday.com.au