Mengonsumsi terlalu banyak alkohol dapat merusak perasaan empati pada kaum pria, demikian hasil dari sebuah penelitian.
Para ilmuwan telah menduga bahwa minum minuman beralkohol dalam jumlah besar dapat merusak bagian otak yang berfungsi untuk menerjemahkan emosi orang lain dan memproses humor, terutama ironi.
“Penyalahgunaan alkohol kronis tampaknya berpengaruh pada kemampuan pengamatan dan penerjemahan ekspresi emosional,” kata Simona Amenta, ilmuwan pasca-doktoral dari University of Milano-Bicocca di Italia, sekaligus dosen di Catholic University of Milan. “Alkohol berkaitan dengan berkurangnya kepekaan emosi dan verbal, yang akhirnya memicu kesulitan dalam membedakan dan memahami kondisi emosi seseorang.”
Menurut Amenta, beberapa studi telah menunjukkan bahwa pengguna alkohol cenderung sulit memahami emosi orang lain yang sedang berinteraksi dengan mereka. Jadi, kesedihan akan diartikan sebagai kemarahan, dan kebahagiaan bisa diartikan sebagai emosi negatif.
Amenta dan rekan-rekannya melakukan penelitian terhadap 22 pria yang sedang menjalani program detoksifikasi alkohol di minggu ke-3. Para responden itu dibandingkan dengan 22 pria yang tidak mengonsumsi alkohol.
“Hasilnya sangat menarik, dimana pengguna alkohol cenderung menganggap sepele emosi negatif dan terlalu menganggap penting emosi positif,” ujar Amenta. Dalam jangka panjang, pengguna alkohol akan meremehkan konsekuensi negatif dari sebuah kondisi kurang baik, misalnya hubungan yang kacau dengan sesama.
Penelitian ini baru diterapkan pada kaum pria, sehingga efek alkohol pada kaum wanita belum tentu sama. Menurut Marlene Oscar-Berman, ahli saraf dari Boston University School of Medicine, terdapat perbedaan besar antara pengonsumsi alkohol pria dan wanita, terutama di bagian otak yang mengendalikan emosi.
Oscar-Breman juga menyatakan bahwa alkohol tidak benar-benar hilang pengaruhnya pada diri seseorang yang telah berhenti. “Ada penelitian yang menunjukkan bahwa alkohol tidak hilang dari tubuh selama minimal 3 minggu setelah seseorang berhenti mengonsumsinya. Jadi, Anda harus menunggu sampai alkohol itu benar-benar hilang dari sistem tubuh,” katanya. Menurutnya, orang-orang yang telah berhenti minum alkohol selama 6 bulan memiliki kemampuan emosi yang kembali normal.
BACA JUGA:
Alkohol Tidak Menghilangkan Stress
Penelitian: Lebih dari 60 Penyakit Timbul Akibat Konsumsi Alkohol
8 Efek Negatif Mengonsumsi Alkohol secara Berlebihan
Detoksifikasi bagi Pecandu Alkohol dengan Makanan Sehat
Sulitnya Keluar dari Kebiasaan Buruk
Kisah Nyata Tedy: Tabrakan Remukkan Kepala Anakku