Ayat Renungan: Keluaran 2: 16-17 – “Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.”
Setelah melarikan diri dari Mesir, Musa tiba di Midian dan duduk di dekat sebuah sumur. Di masa itu, sumur bukan hanya tempat untuk mendapatkan air, tapi juga pusat pertemuan dan kebutuhan hidup. Mungkin Musa sedang lelah dan bingung, tetapi justru di tempat yang asing dan dalam situasi yang tak pasti itu, sisi sejatinya mulai terlihat: Musa adalah seorang penolong.
Demikian apa yang dilakukan Musa saat itu, seperti disampaikan dalam Keluaran 2: 16-17 – “Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.”
Perhatikan bagaimana Musa bersikap saat dia melihat ketidakadilan dimana tujuh anak perempuan imam Midian diusir oleh para gembala ketika hendak memberi minum ternak mereka—Musa tidak tinggal diam. Ia bangkit dan membela mereka. Ini bukan kali pertama. Sebelumnya, ia menolong seorang Ibrani yang dipukuli oleh orang Mesir, dan juga mencoba mendamaikan dua orang sebangsanya yang bertengkar. Dalam setiap kesempatan, Musa selalu terdorong untuk campur tangan demi menolong yang tertindas.
Musa belum tahu bahwa kelak ia akan dipanggil menjadi pemimpin besar, pembebas umat Israel. Namun, sebelum panggilan besar itu tiba, ia sudah menunjukkan karakter yang sejati: ia peduli, ia bertindak, dan ia melayani. Tuhan sedang mempersiapkannya, bahkan dalam momen-momen kecil seperti di sumur Midian.
Dunia kita saat ini sangat membutuhkan penolong—bukan hanya yang hebat dan dikenal, tetapi orang-orang sederhana yang mau peduli, bertindak, dan hadir bagi sesamanya. Kita mungkin tidak memiliki gelar atau jabatan, tetapi kita bisa memilih untuk menjadi pribadi yang memperhatikan dan menjangkau.
Momen Refleksi:
1. Apakah Anda pernah merasa terpanggil untuk menolong seseorang bahkan ketika mereka membutuhkan sesuatu yang sangat sederhana?
2. Bagaimana Anda bisa menjadi tangan kasih Tuhan untuk menolong orang-orang yang ada di sekitar Anda?