Makna Matius 1:21–24, Ayat Alkitab yang Jadi Tema Natal PGI Tahun 2025
Sumber: Canva Teams | ericsphotography from Getty Images Signature

Kata Alkitab / 27 October 2025

Kalangan Sendiri

Makna Matius 1:21–24, Ayat Alkitab yang Jadi Tema Natal PGI Tahun 2025

Claudia Jessica Official Writer
4289

Setiap tahun, menjelang Natal, umat Kristen di seluruh Indonesia menantikan Tema Natal PGI sebagai arah perenungan bersama. Tahun 2025 ini, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengangkat tema dari Matius 1:21–24, yang berbunyi:

“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.”

Yesus, Juruselamat yang Datang karena Kasih

Pdt. Dr. Nico Pabayo Gading, M.Th, seorang dosen dan Ketua STT ATI Anjungan, Pontianak, serta hamba Tuhan yang aktif melayani di berbagai pelayanan rohani di Kalimantan Barat membagikan makna penting dari Matius 1:21–23.

 

BACA JUGA: Tema Natal 2025 PGI: Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga

 

Menurutnya, Matius 1:21–23 menegaskan bahwa kelahiran Yesus adalah bukti nyata kasih Allah bagi dunia yang berdosa. Yesus tidak datang hanya sebagai bayi mungil di palungan, tetapi sebagai Juruselamat yang membawa keselamatan kekal bagi manusia.

“Keselamatan yang diberikan Tuhan bukanlah sementara, melainkan kekal, abadi, dan sempurna,” tegasnya.

Kasih inilah yang menjadi dasar perayaan Natal. Bukan sekadar tradisi atau pesta, melainkan peringatan bahwa Allah rela turun tangan dalam sejarah manusia demi menebus dan memulihkan ciptaan-Nya.

Immanuel: Allah yang Hadir di Tengah Kita

Kata Immanuel berarti “Allah menyertai kita.” Dalam konteks Natal, makna ini menjadi sangat personal. Allah bukan hanya berkuasa dari jauh, tetapi hadir dan berjalan bersama kita di setiap musim kehidupan.

Pdt. Dr. Nico menjelaskan bahwa penyertaan Allah itu sempurna dan tidak terbatas oleh keadaan. “Kalau saudara sakit, Tuhan menyembuhkan. Kalau menghadapi penganiayaan, Tuhan memberi kekuatan. Ketika kita mengalami kesusahan, Tuhan memberikan sukacita dari sorga.”

Immanuel mengingatkan setiap orang percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan dalam penderitaan, kehadiran-Nya menjadi sumber pengharapan dan kekuatan kita.

 

BACA JUGA: Sulawesi Utara Siap Jadi Tuan Rumah Perayaan Natal Nasional 2025

 

Merayakan Natal dengan Kesederhanaan dan Sukacita

Matius 1:21–24 juga mengundang kita untuk meneladani sikap sederhana seperti yang terlihat pada malam pertama kelahiran Kristus. Pdt. Dr. Nico mengingatkan bahwa Natal bukan tentang kemegahan, melainkan untuk menyambut Yesus dalam hati dengan penuh sukacita dan iman.

Natal menjadi waktu yang sempurna untuk bersyukur atas penyertaan Tuhan sepanjang tahun, serta memperbarui komitmen untuk hidup dalam kasih dan ketaatan kepada-Nya.

Sukacita sejati lahir bukan dari perayaan besar, tetapi dari kesadaran bahwa Allah hadir dalam kehidupan kita setiap hari.

Ketaatan dan Ketulusan Hati Yusuf

Menariknya, ayat 24 menambahkan lapisan makna yang dalam tentang ketaatan dan ketulusan hati Yusuf. Setelah menerima pesan malaikat dalam mimpi, Yusuf segera melakukan apa yang diperintahkan Tuhan untuk mengambil Maria sebagai istrinya.

Keputusan ini jelas sangat tidak mudah. Secara sosial, keputusan ini berisiko besar, Ia bisa dicemooh, bahkan dianggap menodai hukum adat. Tetapi Yusuf memilih untuk tetap taat pada perintah Tuhan. Ia percaya pada suara Tuhan lebih daripada suara manusia.

Ketaatan Yusuf menunjukkan bahwa rencana keselamatan Allah tidak hanya digenapi melalui mujizat, tetapi juga melalui iman dan kesediaan manusia untuk tunduk kepada kehendak-Nya.

 

BACA JUGA: Ketaatan Maria dan Yusuf, Sebuah Pilihan Beresiko

 

Tanpa ketaatan Yusuf, kehormatan Maria bisa saja tercemar, dan nubuat tentang kelahiran Sang Mesias dari keturunan Daud mungkin tidak akan tergenapi sebagaimana yang telah dinubuatkan. Sikap Yusuf menjadi contoh bahwa iman sejati selalu diwujudkan dalam tindakan nyata.

Dengan demikian, Matius 1:21–24 tidak hanya membahas tentang kelahiran Yesus sebagai Immanuel, tetapi juga tentang bagaimana Allah bekerja melalui hati yang taat dan tulus.

Kiranya perayaan Natal tahun ini mengingatkan kita kembali bahwa kasih Allah nyata dalam Kristus, dan penyertaan-Nya terus berlangsung sampai akhir zaman.

Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami