Pernahkah Anda melihat mata buah hati Anda yang biasanya bersinar ceria tiba-tiba redup oleh kekhawatiran?
Kita ingin segera melindungi dan menyelamatkan mereka dari rasa tidak nyaman itu. Namun, apakah tindakan protektif kita justru secara tidak sengaja mengajarkan mereka untuk lari dari masalah? Tantangan terbesar kita bukanlah menghilangkan setiap sumber kecemasan dari hidup mereka, tetapi membekali mereka dengan ketahanan iman dan mental untuk tidak menyerah ketika kecemasan itu datang.
Kecemasan pada anak bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti takut akan kegagalan, khawatir dinilai teman-temannya, atau merasa tidak mampu menghadapi tekanan. Sebagai orang tua, respons pertama kita seringkali adalah menjadi "pahlawan" yang mencoba memperbaiki segalanya. Kita memberi janji-janji, mencari solusi instan, atau bahkan menuruti keinginan anak untuk menghindari situasi yang menakutkan. Sayangnya, pola asuh seperti ini, meski dilandasi niat baik, justru dapat memperkuat pesan bahwa kecemasan adalah musuh yang harus dihindari dengan segala cara, bukan sebuah emosi yang bisa dihadapi dan dikelola.
BACA JUGA: 3 Teladan Parenting dari Ayub yang Masih Relevan Hingga Kini
Lalu, bagaimana kita, sebagai orang tua yang percaya pada pemeliharaan Tuhan, dapat merespons dengan tepat?
Pertama, Jadilah Tempat yang Aman, Bukan Sekadar Pemberi Solusi
Ketika anak datang dengan kegelisahannya, hal pertama yang ia butuhkan bukanlah nasihat panjang lebar, melainkan telinga yang mau mendengar dan hati yang memahami. Tirulah teladan Bapa Surgawi kita yang selalu terbuka bagi keluh kesah kita. Dengarkan tanpa terburu-buru menyela atau menilai. Validasi perasaannya dengan berkata, "Ibu/Ayah mengerti bahwa ini menakutkan bagimu," atau "Wajar sekali untuk merasa gugup dalam situasi seperti ini." Pengakuan ini melegakan hati anak karena ia merasa diterima, bukan dihakimi. Dalam momen ini, kita mengajarkan bahwa mereka tidak sendirian, persis seperti janji Tuhan dalam Ulangan 31:6, "Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."
Kedua, Ajarkan untuk Melangkah dengan Iman, Bukan dengan Rasa Takut
Tujuan kita adalah membantu anak bergerak maju meski rasa takut masih ada, bukan menunggu rasa takutnya hilang total. Bantulah mereka memecah tantangan besar menjadi langkah-langkah kecil yang bisa dikelola. Misalnya, jika anak takut bersosialisasi, jangan paksa ia langsung bermain dalam kelompok besar. Ajaklah untuk menyapa satu teman terlebih dahulu. Di setiap langkah kecil ini, tanamkan kebenaran Firman Tuhan. Ingatkan mereka akan Filipina 4:13, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Tekankan bahwa kekuatan untuk menghadapi hal-hal menakutkan itu berasal dari Tuhan, bukan dari diri mereka sendiri. Doakan mereka secara spesifik, mintalah hikmat Tuhan untuk langkah berikutnya.
Ketiga, Fokus pada Proses, Bukan Hanya pada Hasil
Kecemasan seringkali berpusat pada ketakutan akan hasil yang buruk. Sebagai orang tua, kita dapat mengalihkan fokus ini. Pujilah usaha, ketekunan, dan keberanian anak untuk mencoba, terlepas dari hasil akhirnya. Katakan, "Ibu/Ayah bangga sekali melihatmu berusaha keras," atau "Yang penting kamu sudah mencoba yang terbaik, sisanya kita serahkan pada Tuhan." Dengan demikian, kita mengajarkan bahwa nilai mereka tidak ditentukan oleh kesuksesan atau kegagalan, tetapi karena mereka adalah anak-anak Tuhan yang dikasihi-Nya.
BACA JUGA: 4 Cara Merespon Anak yang Mengatakan Ingin Pindah Keyakinan
Parenting yang menangkal kecemasan bukanlah tentang menciptakan kehidupan yang bebas badai bagi anak-anak kita. Melainkan tentang membangun sebuah "pelabuhan jiwa" yang aman di dalam keluarga dan iman kepada Kristus, tempat mereka belajar untuk mempercayai Tuhan yang lebih besar daripada segala kekhawatiran mereka. Ketika kita konsisten mendengarkan, memvalidasi, dan menuntun mereka kepada sumber kekuatan sejati, kita tidak hanya mencegah mereka dari menyerah pada kecemasan, tetapi kita sedang membesarkan seorang pemenang iman yang mampu berkata, "Aku dapat menghadapi semuanya di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."
Menjadi orang tua memang tidak mudah, jika Anda membutuhkan topangan doa, kami mengundang Anda untuk menghubungi Layanan Doa CBN. Kami siap dengan senang hati memberikan bantuan dan dukungan untuk Anda.
Sumber : Jawaban.com