Cerita tragis Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana yang diduga menjadi korban perundungan sebelum meninggal dunia, menyentuh hati banyak orang. Meski tanpa diagnosis resmi, tekanan sosial, ejekan, dan isolasi yang dialaminya menggambarkan betapa rentannya manusia terhadap pergumulan mental. Kisah ini mengingatkan kita bahwa kecemasan dan tekanan batin adalah realita yang bisa dialami siapa saja, di segala usia dan latar belakang.
Mungkin Anda sendiri pernah merasakan gelisah yang tak jelas sumbernya, khawatir berlebihan tentang masa depan, atau merasa sendirian dalam menghadapi masalah. Dalam keadaan seperti ini, kita sering bertanya, Apakah Alkitab memahami pergumulan seperti ini? Jawabannya adalah ya, dan yang mengejutkan, bahkan tokoh-tokoh terbesar iman pun mengalami hal serupa.
BACA JUGA: Dari Luka Masa Kecil hingga Panggilan Tuhan yang Tak Terduga di Hidup Sam Phile
Wajah Kecemasan dalam Cerita Alkitab
Meski istilah "anxiety" tidak digunakan secara eksplisit, Alkitab penuh dengan gambaran tentang tekanan mental yang sangat mirip dengan apa yang kita kenal sebagai kecemasan masa kini.
BACA JUGA: Pelaku Bullying Dimulai Ketika Menjadi Korban dan 4 Hal Ini Jadi Peran Kunci Mencegahnya
5 Obat dari Alkitab untuk Luka yang Tak Terlihat
Melalui pengalaman para tokoh Alkitab dan ajaran langsungnya, kita menemukan prinsip-prinsip praktis untuk menghadapi kecemasan:
1. Doa sebagai Penawar Kecemasan
Filipi 4:6–7 menasihati: "Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." Doa bukan sekadar ritual, tetapi jalan untuk menyerahkan beban kita dan menerima damai sejahtera Allah yang melampaui akal.
2. Percaya pada Pemeliharaan Tuhan
Dalam Matius 6:25–34, Yesus mengajak kita memperhatikan burung-burung di langit dan bunga-bunga di ladang. Jika Tuhan memelihara mereka, apalagi kita yang adalah anak-anak-Nya. Kuncinya adalah fokus pada hari ini dan percaya bahwa Tuhan memegang kendali atas masa depan.
3. Mengisi Pikiran dengan Kebenaran
Mazmur dan Amsal penuh dengan janji Tuhan yang menenangkan hati. Dengan menghafal dan merenungkan firman Tuhan, kita secara aktif menggantikan pikiran cemas dengan kebenaran yang memberikan pengharapan.
Sumber : Jawaban.com