5 Kebohongan Mental Health yang Sering Kita Percaya vs Kebenaran yang Tuhan Katakan
Sumber: Canva Teams

Health / 13 May 2025

Kalangan Sendiri

5 Kebohongan Mental Health yang Sering Kita Percaya vs Kebenaran yang Tuhan Katakan

Claudia Jessica Official Writer
1838

Sebagai orang Kristen, mungkin kita pernah merasa ragu atau malu untuk berbicara tentang kondisi kesehatan mental kita. Ada suara-suara di sekitar atau bahkan dari dalam hati sendiri yang menyebutkan bahwa kita seharusnya “lebih kuat”, “lebih beriman”, atau “lebih bersyukur.” Tapi benarkah seperti itu?

Kesehatan mental adalah bagian penting dari kehidupan kita sebagai manusia. Namun, banyak orang Kristen masih merasa ragu untuk membicarakan kondisi mental mereka karena adanya stigma, mitos, atau pemahaman yang keliru.

 

BACA JUGA: Apakah Tokoh Alkitab Ada yang Mengalami Mental Health?

 

Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 kebohongan tentang kesehatan mental yang sering dipercayai, dan mengungkap kebenaran Firman Tuhan yang memberi harapan dan pemulihan bagi jiwa kita.

1. “Kalau saya benar-benar percaya kepada Tuhan, saya nggak akan merasa cemas, takut, atau depresi.”

Ini adalah salah satu kebohongan yang paling sering menghantui umat Kristen. Kita mengira bahwa iman yang kuat harus selalu dibuktikan dengan hati yang tenang dan bahagia. Padahal, tokoh-tokoh besar dalam Alkitab pun bergumul secara emosional.

Lihatlah Daud. Dalam Mazmur 42:6a, ia dengan jujur menulis: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?”

Ini bukan tanda bahwa Daud kurang beriman, tapi justru bukti bahwa ia membawa perasaannya kepada Tuhan.

Daud tahu ke mana harus mencari pertolongan. Perasaan sedih atau gelisah tidak mengurangi iman kita. Yang penting adalah kemana kita pergi mencari pertolongan saat merasa seperti itu.

 

BACA JUGA: Moms Tahu Nggak Anak Remaja Anda Rentan Terkena Mental Health?

 

2. “Kalau saya terbuka soal kondisi mental saya, orang akan menilai saya lemah.”

Budaya kita sering mengajarkan untuk menyembunyikan luka dan ‘tampil kuat.’ Kita khawatir dianggap lemah, tidak beriman, atau terlalu banyak drama.

Tapi mari kita perhatikan apa yang Paulus katakan ketika ia sendiri mengalami penderitaan, “Karena justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”
(2 Korintus 12:9b)

Tuhan tidak ingin kita bersikap kuat oleh karena kuat dan gagah kita sendiri. Justru Dia ingin kita datang kepada-Nya. Ketika kita mengakui bahwa kita lemah, dari sanalah kasih karunia-Nya bekerja.

Keterbukaan adalah bentuk keberanian dan iman, bukan kelemahan.

3. “Saya sendirian dan nggak ada yang ngerti saya.”

Rasa sepi bisa menjadi sangat menyakitkan. Ketika kita mengalami kecemasan, depresi, atau trauma, kita bisa merasa seperti orang asing, bahkan di tengah keramaian.

Tetapi Tuhan memberi janji yang luar biasa dalam Ibrani 13:5b, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

Meskipun orang lain mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang kita rasakan, tetapi Tuhan selalu dekat dengan kita.

 

BACA JUGA: Mengapa Mengizinkan Istri Bercerita Baik untuk Mentalnya, Ini Alasannya...

 

Dia adalah Allah yang hadir, mendengar tangisan dalam doa, bahkan ketika tak ada kata yang bisa terucap. Kita tidak pernah benar-benar sendirian.

4. “Saya akan selalu seperti ini. Tidak ada harapan bagi saya.”

Kebohongan ini sangat menghancurkan kita. Ketika kita merasa stuck dalam kondisi mental yang buruk, iblis mencoba menanamkan kebohongan bahwa kita tidak akan pernah sembuh.

Tapi Tuhan punya janji pemulihan seperti yang disampaikan melalui Yeremia 29:11, Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Rencana Tuhan bagi hidup kita tidak berhenti di titik gelap ini. Ada masa depan yang penuh harapan.

Proses penyembuhan memang tidak instan, tapi itu bukan berarti tidak mungkin. Tuhan bekerja di balik layar, sekalipun ketika kita merasa tidak ada yang berubah.

 

BACA JUGA: Sedang Depresi? Ini 4 Bukti Tuhan Peduli dengan Kesehatan Mental Anda

 

5. “Kalau saya cari bantuan profesional atau konselor, berarti saya tidak mengandalkan Tuhan.”

Sayangnya, ada stigma di sebagian komunitas Kristen bahwa mencari bantuan dari psikolog, konselor, atau tenaga profesional dianggap tidak beriman.

Padahal sebaliknya, dalam Amsal 15:22 Firman Tuhan berkata, “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.”

Tuhan bisa memakai konselor, dokter, maupun komunitas untuk menjadi alat-Nya untuk membantu kita dalam proses pemulihan.

Mengandalkan Tuhan tidak berarti menolak pertolongan manusia. Tuhan seringkali bekerja melalui orang lain yang diberi hikmat dan pengetahuan dalam bidangnya.

Jadi, kesehatan mental bukanlah hal yang tabu dalam kekristenan. Justru, Tuhan ingin memulihkan hati yang hancur, memberi damai dalam kecemasan, dan menuntun kita dalam proses penyembuhan.

Jangan biarkan kebohongan-kebohongan itu menguasai pikiranmu. Firman Tuhan penuh dengan janji dan harapan bagi mereka yang lelah dan terluka.

Jika Anda sedang bergumul saat ini, jangan jalan sendiri. Carilah teman, komunitas rohani, atau profesional yang bisa mendampingi seperti Layanan Doa dan Konseling CBN yang bisa Anda hubungi setiap saat di nomor 0822-1500-2424 atau klik tombol di bawah:

Kemudian yang terpenting, datanglah kepada Tuhan dengan hati yang jujur.

Seperti Mazmur 34:19 berkata, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”

Tuhan melihat Anda. Tuhan mengasihi Anda dan dalam kasih-Nya, ada kesembuhan yang sejati.

 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami