Dalam episode terbaru Cahaya Bagi Negeri Podcast, kita diberi kesempatan untuk mendengarkan kisah hidup yang luar biasa dari Ibu Christina Wandini.
Perjalanan hidup beliau yang penuh dengan cobaan dan tantangan, tetapi juga penuh dengan harapan, memberi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang mungkin tengah berada dalam masa-masa sulit.
Bersama suami tercinta, Pak Gali A. Dharma, Ibu Christina berbagi cerita tentang bagaimana ia bisa mengatasi trauma, menerima kekurangan dirinya, dan menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup.
Kisah Pahit Sejak Usia Dini
Kisah Ibu Christina dimulai dari peristiwa tragis yang terjadi ketika ia berusia 8 tahun. Saat itu, rumah keluarga Christina hampir terbakar akibat kompor minyak tanah yang meledak.
Dalam kebakaran tersebut, Christina terjebak di kamar mandi dan terjatuh ke dalam kolam bak mandi. Ia mengalami luka bakar yang sangat parah, hampir 75% dari tubuhnya, termasuk luka di bagian kepala yang menyebabkan rambutnya terbakar habis, hingga luka di telinga dan rahangnya. Kejadian tersebut membuatnya koma selama satu bulan dan harus menjalani operasi berulang kali selama satu tahun.
“Dulu saya nggak bisa bicara, nggak bisa buka mulut,” ungkap Ibu Christina, mengenang masa-masa sulit tersebut. “Saya merasa sangat terpuruk, melihat diri saya yang rusak dan tidak seperti orang lain.”
Meskipun harus melalui serangkaian operasi dan proses pemulihan yang panjang, Ibu Christina tetap berjuang. Ia mengungkapkan bahwa ia sempat mengalami depresi yang berat, bahkan takut untuk melihat cermin karena tidak bisa menerima penampilannya. Namun, berkat dukungan orang tuanya dan keyakinannya pada Tuhan, ia tetap berusaha menjalani hidup dengan semangat.
Baca Juga: Pikir-Pikir Dulu Sebelum Pindah Agama, Tonton Video Ini Biar Tidak Menyesal
Perjuangan Melawan Depresi dan Menerima Diri
Ketika usia remaja, Ibu Christina harus berjuang dengan perasaan insecure nya. Ia tidak hanya merasa takut keluar rumah, tetapi juga sering menjadi sasaran ejekan dan bullying dari teman-teman sebayanya.
“Dulu kan saya enggak pakai masker, saya buka, orang selalu melihat saya dengan aneh,” katanya. Namun, meskipun harus berhadapan dengan rasa takut dan rendah diri, ia tetap dipaksa oleh orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Meskipun merasa dihantui oleh rasa takut dan penolakan dari orang lain, Ibu Christina terus berdoa kepada Tuhan, berharap suatu hari luka-lukanya akan sembuh.
“Tuhan, katanya Tuhan itu bisa nyembuhin orang dengan waktu sekejap, sekarang saya tagih janji itu, saya mau besok pagi saya bangun, luka-luka saya udah sembuh semua,” ucap ibu Christina.
Momen Ajaib dan Kekuatan Tuhan
Dalam perjalanannya yang penuh tantangan ini, ada satu pengalaman yang sangat berkesan dalam hidup Ibu Christina. Ketika ia koma dan tubuhnya berhenti bernapas di meja operasi, ia merasakan perjumpaan dengan Tuhan Yesus.
“Saya jalan di tempat yang gelap, lalu saya melihat ada cahaya terang banget dan saya nggak bisa lihat itu apa. Saya melihat ada jubah panjang terjulur panjang sekali dan saya menarik jubah itu sambil bilang, 'Tuhan, aku udah capek, aku mau ikut Tuhan aja,'” ungkap Ibu Christina.
Namun, tangan besar Tuhan yang memegang kepalanya memberitahukan bahwa itu belum saatnya bagi dirinya untuk pergi. Pengalaman spiritual ini menjadi titik balik dalam hidupnya dan semakin memperkuat imannya kepada Tuhan.
Pernikahan yang Dihadapi dengan Cinta dan Penerimaan
Setelah menjalani hidup dengan segala cobaan dan kesulitan, Ibu Christina akhirnya bertemu dengan Pak Gali A. Dharma, suami yang kini menjadi pendamping hidupnya.
Meskipun pada awalnya Ibu Christina merasa ragu dan sudah memutuskan untuk hidup sendiri, cinta yang tulus dan kesabaran Pak Gali akhirnya memenangkan hati Ibu Christina.
“Saya pernah bilang sama Gali, ‘Kamu banyak loh perempuan di luar sana, kenapa pilih aku?’” kata Ibu Christina, mengenang masa-masa awal hubungan mereka.
Setelah lebih dari 8 tahun berkenalan dan melalui banyak rintangan, keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka tidak hanya melibatkan dua orang, tetapi juga perjuangan dalam menerima diri dan menerima pasangan.
Ibu Christina, yang selama ini selalu memakai masker atau penutup wajah untuk menutupi luka bakarnya, akhirnya harus membuka diri di hadapan keluarga besar saat pernikahan mereka.
“Di altar tanpa masker, dia pegangin tangan saya 'tenang, tenang, tenang,'” ungkapnya. Momen ini menjadi simbol dari perjalanan hidup mereka yang penuh dengan penerimaan, pengorbanan, dan kasih sayang.
Baca Juga: Gereja vs Bisnis Keluarga, Warisan atau Kerajaan Tuhan?
Menerima Diri dan Berbagi Kebaikan Tuhan
Pada hari pernikahan mereka, Ibu Christina berbicara di depan banyak orang, menceritakan bagaimana ia akhirnya bisa melepaskan rasa takut dan ragu untuk tampil apa adanya.
“Ini adalah momen pertama kali saya buka masker dan tampil apa adanya di depan semua orang, dan saya bilang ini semua adalah untuk Tuhan Yesus,” katanya dengan penuh rasa syukur. Ia percaya bahwa Tuhan telah menyertainya melalui setiap langkah hidupnya, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
Bagi Anda yang mungkin saat ini sedang menghadapi cobaan atau merasa terpuruk, kisah Ibu Christina dan Pak Gali bisa menjadi inspirasi. Tuhan selalu punya rencana untuk setiap kehidupan kita, meskipun jalan yang dilalui tidak selalu mulus.
Seperti yang Ibu Christina katakan, “Jika bukan karena kekuatan dari Tuhan, saya pasti sudah tidak sanggup mengalaminya.”
Jika Anda membutuhkan dukungan atau doa, jangan ragu untuk menghubungi layanan doa dan konseling kami melalui nomor 0822-1500-2424 atau klik link Layanan Doa dan Konseling CBN (https://bit.ly/InginDidoakan)
Ada teman-teman Sahabat 24 yang siap mendoakan Anda.
Tonton videonya disini:
Sumber : YouTube Jawaban Channel