Pada Maret 2025, dunia kembali diguncang oleh kabar memilukan dari Suriah. Konflik sektarian yang memanas di wilayah tersebut menimbulkan dampak besar bagi komunitas Kristen setempat.
Banyak umat Kristen mengalami penganiayaan, kehilangan orang-orang terkasih, bahkan kehilangan nyawa.
Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, kita diingatkan kembali akan jejak panjang sejarah kekristenan di Suriah, yang sejak semula telah menjadi bagian penting dari perjalanan gereja mula-mula.
Alkitab mencatat bahwa kota-kota di Suriah, khususnya Damaskus, memegang peran strategis dalam perkembangan iman Kristen sejak masa para rasul.
Kota ini menjadi saksi bagi banyak peristiwa penting yang membentuk fondasi gereja, baik secara historis maupun rohani.
Damaskus: Titik Awal Perjumpaan Paulus dengan Kristus
Salah satu tokoh penting dalam sejarah kekristenan di Suriah adalah Ananias, seorang murid Yesus yang tinggal di Damaskus. Dalam Kisah Para Rasul 9:10, Tuhan memanggil Ananias untuk menemui Saulus—seorang penganiaya jemaat—dan menumpangkan tangan atasnya.
Meski awalnya merasa takut karena reputasi Saulus, Ananias akhirnya taat, dan menjadi alat Tuhan untuk memulihkan dan mengubahkan hidup Saulus.
Damaskus bukan hanya tempat tinggal Ananias, tetapi juga rumah bagi salah satu komunitas Kristen paling awal. Saulus sendiri awalnya datang ke Damaskus dengan maksud untuk menangkap para pengikut Kristus (Kisah Para Rasul 9:1–2).
Namun, di kota inilah ia mengalami perjumpaan ilahi yang mengubah arah hidupnya secara total. Setelah matanya dipulihkan melalui pelayanan Ananias, ia segera dibaptis (Kisah Para Rasul 9:18), dan mulai memberitakan Injil bahwa Yesus adalah Anak Allah (ayat 20).
Antiokhia: Kota Pertama yang Menyebut Pengikut Yesus sebagai “Kristen”
Selain Damaskus, kota Antiokhia di wilayah Suriah juga memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah gereja.
Dalam Kisah Para Rasul 11:26 disebutkan bahwa di kota inilah para pengikut Yesus pertama kali disebut dengan sebutan “Kristen.” Kota ini menjadi pusat pertumbuhan jemaat dan titik awal misi ke berbagai bangsa.
Pada masa Perjanjian Baru, Antiokhia termasuk dalam wilayah provinsi Romawi Syria. Dari kota ini, Rasul Paulus dan Barnabas diutus untuk melakukan perjalanan misi ke dunia non-Yahudi (Kisah Para Rasul 13:1–3).
Peristiwa ini menandai babak baru dalam penyebaran Injil, menjadikan Suriah sebagai ladang misi yang strategis dalam perluasan kerajaan Allah.
Jejak Kekristenan yang Terus Bergema di Tengah Penderitaan
Melalui kisah Ananias, jemaat Damaskus, dan pelayanan Paulus, dapat dilihat bahwa Suriah memiliki akar kekristenan yang sangat kuat. Tanah ini telah menjadi bagian dari karya besar Tuhan sejak abad pertama.
Namun ironisnya, tanah yang dahulu menjadi saksi awal pertumbuhan gereja kini dipenuhi oleh penderitaan umat Kristiani akibat konflik yang terus berlangsung.
Meskipun demikian, sejarah kekristenan di Suriah merupakan pengingat akan kuasa Injil yang sanggup mengubahkan hidup, membangun jemaat, dan menerangi kegelapan.
Gereja mula-mula pernah bertumbuh subur di wilayah ini, dan kasih karunia Tuhan tetap tersedia bagi siapa pun yang percaya kepada-Nya.
Mari, terus mendoakan saudara-saudara seiman di Suriah, agar mereka dikuatkan, dilindungi, dan tetap teguh dalam iman. Kiranya damai sejahtera Tuhan dinyatakan atas tanah yang sarat sejarah ini.
Video Sejarah Kekristenan di Suriah, Tempat Pertobatan Rasul Paulus:
Sumber : Jawaban Channel