14 Perhentian Jalan Salib Yesus Kristus yang Dimulai dari Getsemani Sampai Golgota
Sumber: Getty Images Signature | wwing

Kata Alkitab / 10 April 2025

Kalangan Sendiri

14 Perhentian Jalan Salib Yesus Kristus yang Dimulai dari Getsemani Sampai Golgota

Claudia Jessica Official Writer
2832

Setiap kali memperingati Paskah, umat Kristen di seluruh dunia mengenang kembali perjalanan sengsara Yesus menuju salib. Perjalanan ini dikenal dengan nama Jalan Salib, atau dalam tradisi Latin disebut Via Dolorosa, yang berarti “jalan penderitaan.”

Namun, Jalan Salib bukan hanya jejak penderitaan fisik saja, tetapi menggambarkan kerelaan Yesus Kristus yang mengesampingkan otoritas ilahi-Nya untuk memberikan jalan keselamatan bagi umat manusia melalui pengorbanan-Nya.

Melalui 14 perhentian Jalan Salib, kita diajak merenungkan setiap langkah yang diambil oleh Yesus, dari saat Ia dijatuhi hukuman mati hingga akhirnya dikuburkan.

Setiap perhentian menyimpan makna tersendiri yang bisa menjadi cerminan bagi hidup kita sebagai orang percaya.

Berikut ini adalah uraian lengkap dan sederhana dari 14 perhentian Jalan Salib:

Perhentian Pertama: Yesus di Bukit Zaitun (Lukas 22:39–46)

Yesus berdoa di Bukit Zaitun, memohon agar “cawan” penderitaan, yaitu salib dijauhkan dari-Nya. Ini menyingkapkan sisi manusiawi-Nya (Lukas 22:39–46).

Ia merasakan beratnya jalan yang harus ditempuh, sebagaimana setiap orang percaya pun akan menghadapi pilihan antara kehendak Allah dan keinginan pribadi.

Pilihan kita mencerminkan seberapa dalam ketaatan dan komitmen kita kepada Tuhan. Meski tahu penderitaan yang menanti, Yesus tetap menyerahkan diri pada kehendak Bapa.

Hingga nafas terakhir-Nya di salib, Ia mengajarkan pentingnya taat dan percaya penuh kepada Allah dalam segala situasi.

Perhentian Kedua: Yesus Dikhianati Yudas dan Ditangkap (Lukas 22:47–48)

Pengkhianatan Yudas menjadikannya sosok paling dibenci sepanjang sejarah, juga menjadi cerminan bagi setiap orang percaya bahwa dosa adalah bentuk pengkhianatan kita terhadap Yesus yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita.

Dosa adalah keputusan yang kita buat secara sadar untuk berlaku menyimpang dari iman percaya kita (Lukas 22:47–48).

Meskipun Yudas sudah hidup lama bersama Yesus dan mendengar langsung pengajaran-Nya, tetapi hatinya tidak benar-benar mau diubahkan oleh Roh Kudus. Akibatnya, ia jatuh dalam tipu daya Iblis.

Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk menguji diri, apakah kita masih teguh dalam iman (2 Korintus 13:5).

 

 

BACA JUGA: Selain Jalan Salib 5 Negara Ini Rayakan Jumat Agung Dengan Cara Berbeda, Dicek Yuk!

 

Perhentian Ketiga: Yesus Diadili di Hadapan Mahkamah Agama (Lukas 22:66–71)

Yesus dibawa ke Mahkamah Agama (Sanhedrin), lembaga tertinggi pada masa itu yang terdiri dari para imam, ahli Taurat, dan imam besar, yang kemudian menuntut hukuman mati bagi-Nya.

Peristiwa ini menjadi pengingat bagi orang percaya agar tidak mudah menghakimi. Memiliki jabatan rohani tinggi atau pengetahuan spiritual yang luas tidak otomatis membuat seseorang menjadi sempurna dan kudus di hadapan Tuhan.

Kesombongan justru bisa menjerumuskan, bahkan bagi mereka yang tampak saleh. Meski kita diajarkan untuk menghormati pihak berwenang, tetapi otoritas tertinggi dalam hidup kita tetap ada pada kehendak dan Firman Allah.

Perhentian Keempat: Petrus Menyangkal Yesus (Lukas 22:54–62)

Setelah Yesus ditangkap, Petrus menyangkal bahwa ia mengenal-Nya sebanyak tiga kali, tepat seperti yang telah Yesus nubuatkan (Lukas 22:54–62). Padahal, Petrus adalah murid yang dekat dengan Yesus dan telah menyaksikan banyak mukjizat, bahkan berjalan di atas air bersama-Nya.

Petrus adalah cerminan kelemahan manusia yang bisa merasa takut, diam, dan menyangkal iman saat tertekan. Hal ini masih relevan bagi orang percaya hari ini, ketika banyak yang menghadapi diskriminasi, bahkan penganiayaan karena iman mereka.

Kita mungkin menghakimi Petrus, tapi berapa banyak dari kita yang berani bersaksi di tengah tekanan?

Iman Petrus saat itu belum sempurna karena Roh Kudus belum tinggal di dalamnya. Namun setelah Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), Petrus diubah menjadi pribadi yang berani, tak lagi menyangkal. Ia menyatakan imannya dengan penuh keberanian.

 

Baca halaman selanjutnya →

Perhentian Kelima: Yesus Dihadili oleh Pontius Pilatus (Lukas 23:13–25)

Secara hukum, Yesus tak layak dihukum karena tidak ada bukti yang membenarkan dakwaan terhadap-Nya. Pilatus sendiri tak menemukan kesalahan pada Yesus dan ingin membebaskannya (Lukas 23:13–24), namun tekanan dari Mahkamah Agama membuatnya melakukan hal sebaliknya.

Bagi para pemimpin agama saat itu, ajaran Yesus tentang keselamatan oleh kasih karunia Allah mengancam otoritas mereka yang berdiri di atas Hukum Musa.

Pengajaran ini mengguncang sistem keagamaan mereka dan menantang cara hidup yang selama ini mereka lindungi.

Hingga saat ini, masih banyak yang sulit menerima bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia.

Padahal, keselamatan adalah milik Allah sepenuhnya, bukan sesuatu yang bisa kita peroleh atau bagi kemuliaannya (Yesaya 42:8).

Perhentian Keenam: Yesus Dicambuk dan Dimahkotai Duri (Markus 15:15–17)

Yesus dicambuk dan dimahkotai duri, hal ini menggenapi nubuatan yang tercatat dalam Yesaya 53:3–6. Penganiayaan ini bukan penderitaan fisik semata, melainkan bagian dari karya penebusan-Nya.

Yesaya telah menubuatkan ratusan tahun sebelumnya bahwa Mesias akan tertikam karena dosa-dosa kita, diremukkan karena kejahatan kita.

Melalui bilur-bilur-Nya, kita menerima kesembuhan, bukan hanya secara jasmani, tapi terutama kesembuhan rohani: pengampunan dan pemulihan hubungan dengan Allah.

Perhentian Ketujuh: Yesus Memikul Salib (Yohanes 19:17)

Ketika Yesus memikul salib-Nya, Dia tidak hanya menanggung beban kayu, tetapi Dia memikul dosa seluruh manusia dan hukuman yang menyertainya.

Di tengah sorotan orang banyak itu, Yesus menjalani jalan penderitaan demi menebus kita, umat manusia.

Yesus sendiri berkata, setiap orang yang mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salibnya (Matius 16:24). Ini bukan pilihan, Matius 10:38 berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”

Memikul salib berarti mematikan keinginan diri, menyerahkan seluruh hidup kepada Allah, dan hidup sebagai ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Kita tidak lagi mengejar kepuasan pribadi, melainkan dengan rela menyerahkan segalanya demi Kristus.

 

 

BACA JUGA: Para Saksi Mata Peristiwa Penyaliban Yesus

 

Perhentian Kedelapan: Simon dari Kirene Membantu Memikul Salib (Lukas 23:26)

Simon dari Kirene bisa dikatakan korban keadaan dalam peristiwa besar ini. Tidak seperti Yesus yang dengan rela memikul salib, Simon dari Kirene datang ke Yerusalem untuk Paskah, tetapi ia justru dipaksa tentara Romawi membantu Yesus memikul salib-Nya.

Meski namanya tidak lagi disebut setelah peristiwa ini, tindakan Simon menggambarkan bagaimana penderitaan karena Kristus bisa datang tanpa diduga.

Sebagai orang percaya, kita diajak bukan hanya mengenal Yesus, tapi juga ikut menderita bersama-Nya, seperti yang dikatakan Paulus, “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.” (2 Timotius 1:8)

Perhentian Kesembilan: Yesus dan Perempuan-Perempuan Yerusalem (Lukas 23:27-31)

Dalam perjalanan menuju Golgota, Yesus melihat perempuan-perempuan yang menangisi-Nya. Namun, Ia berkata, “Jangan menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu dan anak-anakmu.”

Meski menderita berat dan mengalami penghinaan, Yesus justru memikirkan kehidupan dan jiwa mereka yang akan mengalami hukuman kekal karena dosa-dosa mereka, bukan penderitaan-Nya sendiri.

Ini jadi pengingat bagi kita untuk tidak hanya tersentuh oleh penderitaan Yesus, kita harus berhati-hati agar tetap setia dan taat kepada Allah yang menjadi pusat perhatian kita, bukan dunia ini.

Seperti kata-Nya, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36), maka hidup kita pun harus berfokus pada kekekalan, bukan hanya yang fana.

 

Baca halaman selanjutnya →

Perhentian Kesepuluh: Yesus Disalibkan (Lukas 23:33-47)

Sulit dibayangkan betapa pilunya para murid dan orang-orang terdekat Yesus melihat Dia disalibkan. Ketika paku menembus tangan dan kaki-Nya, tubuh tergantung di kayu salib yang menjadi tempat terakhir-Nya menghembuskan nafas sebagai manusia. (Lukas 23: 44-46)

Saat itu, mereka belum memahami bahwa semua penderitaan ini adalah bagian dari rencana ilahi keselamatan Allah bagi semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

Kini, kita tahu bahwa salib bukan akhir, tapi awal keselamatan bagi siapa saja yang percaya. Oleh karena itulah, kita tidak bisa menyia-nyiakan kasih sebesar ini.

“Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu?” (Ibrani 2:3). Hanya di dalam Yesus ada keselamatan (Kisah Para Rasul 4:12).

Perhentian Kesebelas: Yesus Menjanjikan Kerajaan-Nya kepada Penyamun yang Bertobat (Lukas 23:43)

Di tengah penderitaan salib, seorang penyamun yang menyesali dosanya berkata, “Yesus, ingatlah akan aku...” dan Yesus menjawab, “Hari ini juga engkau akan bersama Aku di Firdaus.” Inilah gambaran paling jelas bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil perbuatan (Ef 2:8-9).

Meskipun penyamun itu tak sempat berbuat baik, tapi imannya kepada Yesus menyelamatkannya. Kasih karuniaNya tersedia bagi setiap orang, bahkan bagi mereka yang pernah menganiaya adan mengutuk Yesus sekalipun bisa menjadi orang percaya yang menerima anugerah keselamatan tersebut suatu hari nanti.

Perhentian Keduabelas: Yesus Berbicara dengan Ibu dan Murid-Murid-Nya (Yohanes 19:26-27)

Di tengah penderitaan-Nya di kayu salib, Yesus masih tetap memikirkan orang lain. Ia mempercayakan Maria, ibu-Nya, kepada murid yang dikasihi-Nya, Yohanes: “Inilah ibumu.”

Tindakan ini mencerminkan kasih dan tanggung jawab-Nya bahkan di saat terakhir.

Yesus memberi teladan bahwa kasih sejati tidak memikirkan diri sendiri, tetapi peduli dan bertindak untuk orang lain, sekalipun tengah mengalami penderitaan.

Hidup orang Kristen seharusnya mencerminkan kasih pengorbanan ini, setia, taat, dan rela melayani di tengah kesulitan.

Perhentian Ketigabelas: Yesus Mati di Kayu Salib (Lukas 23:44–46)

Ketika Yesus mengembuskan napas terakhir-Nya, tabir di Bait Suci terbelah dua dari atas ke bawah. Ini adalah tanda berakhitnya Perjanjian Lama dan awal mula Perjanjian Baru.

Melalui kematian Yesus Kristus, manusia tidak lagi terpisah dari Allah karena dosa. Yesus telah membuka jalan baru menuju Allah, tidak lagi dengan korban binatang atau hukum, tetapi melalui kasih karunia.

Kini kita dapat datang kepada Allah tanpa penghalang, melalui darah Kristus.

Perhentian Keempatbelas: Yesus Dikuburkan di Dalam Makam (Lukas 23:50–54)

Setelah Yesus mati di kayu salib, seorang pria bernama Yusuf dari Arimatea yang merupakan anggota Mahkamah Agama, diam-diam percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan oleh Alkitab, menguburnya di sebuah makam baru yang belum pernah dipakai, sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Rupanya, Yusuf menentang pengadilan dan penyaliban Yesus. Meski ia takut pada konsekuensi jika mengakui keyakinannya secara terbuka (Yohanes 19:38), pada akhirnya Yusuf memberanikan diri meminta tubuh Yesus kepada Pilatus untuk menguburkannya dengan layak.

Pengorbanan Yesus bukan hanya untuk menebus dosa manusia, tetapi juga merupakan kemenangan atas maut. Hukuman yang seharusnya ditanggung semua orang karena dosa.

Allah yang adil menuntut hukuman atas dosa, namun karena kasih-Nya, Ia memberikan Yesus sebagai pengganti, agar kita tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal (Yohanes 3:16).

Kasih dan pengampunan itu nyata ketika Yesus di kayu salib berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).

Sayangnya, banyak orang menolak taat kepada Allah karena kurangnya hikmat. Ironisnya, ketidaktaatan inilah yang menjadi alasan Yesus harus mati.

Masih banyak orang yang menolak untuk menerima karunia keselamatan yang hanya ada melalui pengorbanan Yesus Kristus. Sebagai orang Kristen, kita diutus untuk memberitakan keberan-Nya sehingga lebih banyak orang yang menerima karunia keselamatan ini.

Maukah Anda berpartisipasi dalam menyebarkan kebenaran ini sehingga ada lebih banyak orang yang menerima karunia keselamatan? Dukung pelayanan kami dengan bermitra bersama CBN. Daftarkan diri Anda dengan klik tombol di bawah:

Sumber : gotquestion
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami