Revolusi Yesus di Timur Tengah, Mencari Cahaya di Tengah Kegelapan
Sumber: Canva.com

News / 2 April 2025

Kalangan Sendiri

Revolusi Yesus di Timur Tengah, Mencari Cahaya di Tengah Kegelapan

Aprita L Ekanaru Official Writer
1187

Apa jadinya jika sebuah negara dengan 98% penduduk Muslim tiba-tiba mengalami gelombang pertobatan massal kepada Kristus?

Di tengah berita-berita tentang perang dan konflik di Timur Tengah, ada sebuah fenomena yang jarang diberitakan yaitu Revolusi Yesus sedang terjadi. Di balik tembok-tembok rezim otoriter, ribuan, bahkan mungkin jutaan umat Muslim mulai meninggalkan Islam dan menemukan harapan baru dalam Injil.

Iran, sebuah negara yang dikenal dengan pemerintahan teokrasi Islam yang ketat, justru menjadi pusat dari gerakan spiritual ini. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Dan mengapa begitu banyak orang mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk mengenal Yesus?

 

BACA JUGA: Apa itu Paskah Ortodoks dan Apa Bedanya dengan Paskah pada Umumnya?

 

Negeri yang Kecewa dengan Janji Kosong 

Selama lebih dari empat dekade, Iran diperintah oleh para ayatollah dengan janji-janji tentang masyarakat yang adil dan makmur di bawah syariat Islam. Namun, kenyataannya?

  • Korupsi merajalela.
  • Lebih dari separuh penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
  • Tingkat kecanduan narkoba tertinggi di dunia.

"Orang-orang Iran melihat ini dan berkata, 'Jika ini yang Islam bawa kepada kami dalam 45 tahun terakhir, kami tidak tertarik. Kami ingin tahu apa pilihan lainnya,'" ungkap Todd Nettleton dari The Voice of the Martyrs (VOM).

Dan pilihan itu adalah Yesus.

 

BACA JUGA: CBN Indonesia Hadir di Munas PGLII, Langkah Baru untuk Generasi Mendatang

 

Eksodus Massal Menuju Kekristenan

Menurut laporan, lebih dari satu juta Muslim Iran telah meninggalkan Islam dan beralih ke Kristen. Gerakan ini begitu masif hingga 50.000 dari 75.000 masjid di Iran dilaporkan tutup karena sepi jamaah.

  • Namun, rezim tidak tinggal diam.
  • Gereja-gereja rumah digerebek.
  • Para pemimpin Kristen ditangkap dan dipenjara.
  • Pengikut Kristus dipaksa menghadapi interogasi dan ancaman.

Tapi, ironisnya, justru keluarga dan teman-teman seringkali lebih toleran daripada pemerintah.

"Mereka bilang, 'Jika kamu menemukan sesuatu yang cocok, entah itu Yesus atau ateisme, aku senang untukmu. Aku tahu Islam tidak memberimu jawaban,'" jelas Nettleton.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA>>

Sumber : CBN NEWS
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami