Tagar #KaburAjaDulu sedang ramai dibahas di media sosial. Ini mencerminkan rasa frustrasi masyarakat terhadap ketidakpastian ekonomi, kesenjangan sosial, dan kurangnya apresiasi atas kerja keras mereka.
Akibatnya, muncul keinginan untuk pergi, mencari kehidupan yang dianggap lebih baik di tempat lain.
Namun, di Alkitab, ada seorang tokoh yang menghadapi situasi sulit di negerinya, tetapi memilih untuk tidak lari. Ia tidak mengabaikan panggilan Tuhan, meskipun tahu tantangan yang menantinya.
Tokoh itu adalah Nehemia, seorang pemimpin yang rela meninggalkan kenyamanan demi membangun kembali bangsanya.
Hati Nehemia untuk Bangsanya
Kisah Nehemia terjadi pada abad ke-5 SM, ketika bangsa Israel masih dalam masa pembuangan di Babel. Saat itu, Yerusalem, kota suci mereka, berada dalam kondisi yang mengenaska. Tembok kotanya hancur, pintu gerbangnya terbakar, dan penduduknya hidup dalam kesusahan.
Nehemia sendiri adalah seorang Yahudi yang memiliki kedudukan tinggi di istana Raja Artahsasta di Persia. Ia menjabat sebagai juru minuman raja, posisi yang bukan hanya terhormat tetapi juga sudah dipastikan kenyamanan dan keamanannya.
Di tengah hidup yang nyaman, Nehemia menerima kabar buruk dari saudaranya, Hanani, bahwa Yerusalem masih dalam kehancuran, dan orang-orang yang tinggal di sana hidup dalam penderitaan (Nehemia 1:1-3).
Mendengar hal itu, hati Nehemia sangat sedih. Ia tidak bersikap acuh lantaran sudah memiliki hidup yang nyaman. Sebaliknya, ia menangis, berpuasa, dan berdoa kepada Tuhan.
Dalam doanya, ia mengakui dosa-dosa bangsanya, meminta belas kasihan Tuhan, dan memohon agar Tuhan memberinya kesempatan untuk melakukan sesuatu bagi Yerusalem (Nehemia 1:4-11).
Keberanian untuk Bertindak
Nehemia bisa saja tetap tinggal di Persia, menjalani hidup yang nyaman tanpa harus memikirkan masalah yang dialami bangsanya. Namun, ia memilih untuk kembali dan melakukan sesuatu yang besar bagi bangsanya.
Dengan berani, ia menghadap Raja Artahsasta dan meminta izin untuk kembali ke Yerusalem.
Permintaan ini bukanlah permintaan yang remeh. Seorang hamba tidak bisa sembarangan meminta izin kepada raja, apalagi untuk meninggalkan pekerjaannya.
Namun, Tuhan berkenan atas permohonan Nehemia. Raja tidak hanya mengizinkannya pergi, tetapi juga memberikan surat perintah serta dukungan material bagi pembangunan kembali Yerusalem (Nehemia 2:1-8). Dengan restu dari raja, Nehemia pun berangkat untuk memulai misinya.
Setibanya di Yerusalem, ia tidak serta-merta mengumumkan rencananya kepada semua orang.
Sumber : Jawaban.com