Tidak Akan Takut Lagi! Begini Cerita Claresta Melawan Trauma
Sumber: Jawaban.com

Family / 13 January 2025

Kalangan Sendiri

Tidak Akan Takut Lagi! Begini Cerita Claresta Melawan Trauma

Lidya Dwi Apriliani Official Writer
1276

Nama saya Claresta Saragih. Saya seorang siswi berusia 10 tahun di program Paket A PKBM OBI Tanah Merah. Banyak yang menganggap saya penyendiri di kelas, tapi sebenarnya, saya hanya takut untuk terlalu dekat dengan orang lain. Luka masa lalu membuat saya merasa sulit mempercayai orang dan bergaul dengan teman-teman.

Sebelumnya, saya bersekolah di tempat yang mayoritas teman-temannya berbeda keyakinan dengan saya. Di kelas itu, saya satu-satunya yang memiliki agama berbeda, dan karena itulah saya sering menjadi sasaran ejekan. Mereka memanggil saya dengan sebutan-sebutan kejam, seperti “monyet,” hanya karena saya berbeda.

Baca Juga : Kecelakaan Memengaruhi Kemampuan Belajarnya, Begini Peran School of Life Bagi Viona!

Saya masih ingat betapa sakitnya hati saya mendengar kata-kata mereka. Saya pernah mencoba mengadu ke guru, tapi ejekan itu tidak pernah berhenti. Akhirnya, saya memilih diam dan memendam semuanya sendiri.

Saat itu, cobaan hidup saya tidak berhenti di situ. Ibu saya jatuh sakit dan harus dibawa ke Jakarta untuk berobat. Namun, Tuhan punya rencana lain, dan ibu meninggal dunia. Kehilangan ibu adalah pukulan besar bagi saya. Setelah itu, saya tinggal bersama tante saya di Jakarta, sementara ayah bekerja di Tangerang dan jarang pulang.

Ketika saya mulai belajar di PKBM OBI Tanah Merah, saya masih membawa trauma masa lalu. Saya lebih suka belajar sendiri dan menjauh dari teman-teman. Tapi, perlahan semuanya berubah ketika saya mengikuti kegiatan di sanggar belajar School of Life di Rawasengon.

Baca Juga : Aan, Anak Pemalu yang Menemukan Kepercayaan Diri Lewat Sanggar Belajar

Di sana, saya belajar tentang Self Awareness. Saya diajarkan untuk mengenali dan mengendalikan emosi saya, serta memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti saya. Awalnya, sulit sekali. Tapi, sedikit demi sedikit, hati saya mulai terbuka.

Sekarang, saya tidak lagi takut bergaul. Saya mulai bermain dan berbagi jajanan dengan teman-teman saya, meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Saya merasa bahagia karena akhirnya saya bisa memiliki teman yang peduli.

Perubahan Claresta menjadi bukti betapa pentingnya dukungan dan pendidikan yang membantu anak-anak mengatasi trauma dan mengajarkan mereka untuk mau mengampuni.

Claresta hanyalah satu dari banyak anak di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) yang membutuhkan pendidikan dan pemulihan emosional untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dengan dukungan Anda, layanan pendidikan tambahan secara gratis bisa terus diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Mari bersama-sama menjadi bagian dari perubahan positif ini. Klik di bawah ini untuk berdonasi sekarang dan bantu wujudkan harapan mereka! 

Sumber : oborberkat.com
Halaman :
1

Ikuti Kami