"Orang tua saya, khususnya, memiliki tuntutan tinggi. Sejak SD, saya sudah disuruh bekerja. Kalau saya tidak bekerja, orang tua mengatakan saya tidak perlu sekolah. Seharusnya, anak-anak fokus belajar, tetapi saya harus bekerja mencari botot (barang bekas). Sementara saudara saya yang lainnya tidak bekerja seperti saya..." ungkap Erwinsyah atau yang akrab disapa Erwin menceritakan luka batin yang ia miliki.
Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, ia mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya di masa lalu. Di saat anak-anak SD lainnya sedang asik bermain dan fokus belajar, Erwin dulu bekerja mencari barang bekas.
Tidak jarang ia mendapatkan beragam ejekan dari teman-teman sekolah yang tidak sengaja bertemu di jalan.
BACA JUGA : Saya Akhirnya Sadar, Kekerasan Bukan Cara Mendidik yang Tepat
Namun pengalaman tersebut bukan jadi penghambat bagi Erwinsyah dalam meraih prestasi dalam belajar dan meraih mimpinya. Ia selalu menjadi juara kelas dan mulai bekerja sejak usia belasan tahun. Sepulang sekolah, ia mencari barang bekas atau membantu di proyek bangunan demi mendapatkan uang. Meski lelah, pekerjaan rumah pun tetap harus ia selesaikan.
Meskipun beban ini pernah membuat Erwin berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun, pesan dari guru sekolah minggunya bahwa bunuh diri tidak akan membawa seseorang ke surga, selalu menghentikan langkahnya.
Sumber : Jawaban.com