Bayangkan malam yang sunyi di Bethlehem, di sebuah kota kecil yang nyaris luput dari perhatian dunia. Langit bertabur bintang, tetapi di sebuah tempat yang gelap, seorang ibu muda bernama Maria sedang bersiap melahirkan. Tidak ada kamar khusus, tidak ada kasur empuk, hanya sebuah kandang domba yang sederhana.
Maria dan Yusuf, suaminya, baru saja menempuh perjalanan panjang dari Nazaret. Mereka kelelahan, mungkin masih kebingungan dengan apa yang sedang Tuhan kerjakan melalui mereka. Namun, di tengah situasi itu, bayi Yesus, Sang Mesias, lahir. Ia tidak ditempatkan dalam buaian berlapis emas, tetapi dalam palungan—tempat makanan bagi ternak.
Kisah ini menyentuh hati, tetapi juga mengandung pesan teologis yang dalam. Mengapa Raja di atas segala raja memilih kandang domba sebagai tempat kelahiran-Nya?
Kandang domba mengingatkan kita bahwa Yesus tidak datang dengan kemegahan duniawi. Dia bisa saja lahir di istana Herodes atau dalam rumah megah seorang pemimpin agama Yahudi. Tetapi, Allah memilih tempat yang sebaliknya: sederhana, tidak mencolok, bahkan mungkin tidak layak menurut standar manusia.
Ini menunjukkan sifat Allah yang unik. Dia adalah Allah yang tinggi dan mulia, tetapi memilih merendahkan diri-Nya. Rasul Paulus mengungkapkan ini dengan indah dalam Filipi 2:6-7, “Sekalipun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba.”
Yesus lahir di kandang domba untuk menjangkau semua manusia, termasuk orang-orang kecil, mereka yang terlupakan oleh dunia. Ini adalah pesan bahwa tidak ada satu pun tempat terlalu hina bagi kehadiran Allah. Bahkan, tempat seperti kandang domba bisa menjadi saksi keajaiban kasih-Nya.
BACA JUGA: Fakta Menarik Film Mary yang Libatkan Pemuka Lintas Agama, Segera Tayang di Netflix!
Gembala yang Mengasihi Domba-Nya
Kandang domba juga memberikan simbolisme mendalam tentang peran Yesus sebagai Gembala yang Baik. Domba-domba adalah binatang yang bergantung sepenuhnya pada gembala mereka. Mereka mudah tersesat, rentan, dan membutuhkan perlindungan. Dalam kelahiran-Nya di tengah-tengah domba, kita melihat gambaran Yesus sebagai Raja yang bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Markus 10:45).
Dia adalah Gembala yang rela meninggalkan sembilan puluh sembilan domba untuk mencari satu yang hilang (Lukas 15:4-7). Dan di dalam kandang domba itu, Yesus memulai perjalanan-Nya untuk menjadi korban penebusan, sebagaimana domba yang dipersembahkan sebagai korban dalam ibadah Yahudi.
Yohanes Pembaptis menyebut-Nya “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Kandang domba adalah pengingat bahwa Dia lahir untuk mati, agar umat-Nya bisa hidup.
Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti