Proses Belajar Seorang Ayah Saat Menghadapi Anak di Masa Pubertas
Sumber: Jawaban.com

Family / 13 November 2024

Kalangan Sendiri

Proses Belajar Seorang Ayah Saat Menghadapi Anak di Masa Pubertas

Lidya Dwi Apriliani Official Writer
786

Petrus Zai (38 tahun), seorang ayah dari anak tunggal yang saat ini sedang dalam masa pubertas. Ia sangat sayang pada keluarganya, namun cara ia menunjukan rasa peduli pada anaknya cenderung salah. Beberapa kali ia menggunakan kekerasan, baik secara fisik maupun verbal. 

Saat ini anaknya sedang berada di masa pubertas dan membuatnya sering membangkang dan mengabaikan perintah orangtuanya. Salah satunya adalah saat anaknya beberapa kali pamit untuk bermain game di luar rumah dengan dalih mengerjakan tugas kelompok. Sehingga ia sering mengabaikan pekerjaan di rumah.  

Saat anaknya diminta untuk mengerjakan sesuatu, anaknya selalu mengabaikan permintaan tersebut dan sibuk bermain ponsel. “Pernah saya pulang kerja, pekerjaan rumah yang sebenarnya adalah tugasnya itu tidak dikerjakan. Bahkan, baju seragam sekolah yang ia pake saja masih belum ditanggalkan. Ia lebih memilih untuk bermain game. Ini membuat saya emosi dan akhirnya saya pukul dia pakai sabuk,” ujar Bapak Petrus.  

BACA JUGA : Pembelajaran Ini Membantu Lamniar untuk Memutus Rantai Trauma Masa Kecilnya

Di tengah pertengkaran itu, anak Bapak Petrus kerap kali membantah. Sampai kalimat “aku bukan anakmu lagi” terlontar dari mulut anaknya.

Tidak dapat dipungkiri kalimat itu menyakiti hati Bapak Petrus, sehingga ia memilih untuk tidak berinteraksi dengan anaknya selama tiga hari. 

Bertepatan di hari ketiga ia tidak beinteraksi dengan anaknya, Bapak Petrus mengikuti kegiatan Modul 1 The Parenting Project di GPdI Pinang Sebatang Timur. Modul pertama dari program tersebut mengajarkannya tentang pentingnya menjadi teladan yang baik. 

Dalam pelatihan itu, Bapak Petrus belajar bagaimana mengendalikan emosi dan berupaya menjadi pribadi yang lebih sabar, terutama saat berinteraksi dengan anak yang sedang melalui masa pubertas. Ia menyadari bahwa selama ini ia justru sering meluapkan amarahnya pada anak yang membuat hubungan mereka semakin renggang.  

BACA JUGA : Membina Keluarga Harmonis dalam Kasih Tuhan dengan Modul Satu Ini

Dari materi yang ia pelajari di The Parenting Project,  Bapak Petrus mulai merenungkan sikapnya dan perlahan membuang egonya.

“Setelah di hari kedua pertemuan, saya mulai mengambil komitmen untuk belajar untuk menggunakan bahasa yang lebih lembut. Walaupun tidak langsung mengerjakan, tapi akhirnya dia (anaknya) mau mengerjakan yang saya minta...”   

Perubahan ini membawa hasil yang positif. Hubungan mereka perlahan pulih, dan Bapak Petrus merasa bersyukur atas pelajaran yang didapatnya dari The Parenting Project. Kini, ia lebih bijaksana dan siap menjadi teladan yang lebih baik, demi masa depan anaknya yang lebih bahagia. 

Bapak Petrus sudah mengambil tindakan untuk sebuah perubahan, sekarang giliran Anda yang mengambil tindakan dimulai dari menonton video ini :  

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami