Presiden Joe Biden secara mengejutkan mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilu Amerika Serikat pada November mendatang.
Sebaliknya, Biden mendukung Wakil Presiden, Kamala Harris untuk maju sebagai kandidat dari Partai Demokrat dan bersaing melawan Donald Trump.
Kamala Harris, yang kini berusia 59 tahun, lahir di Oakland, California pada 20 Oktober 1964. Ibunya berasal dari India dan ayahnya dari Jamaika.
Kamala meraih gelar sarjana di Howard University dan kemudian mendapatkan gelar hukum dari University of California College of the Law, San Francisco. Karirnya di bidang hukum dimulai di kantor kejaksaan distrik Alameda County dan kemudian di San Francisco.
BACA JUGA: Ini Sisi Lain yang Bikin Para Pemimpin Gereja Ragukan Pemilihan Kamala Harris Jadi Wapres
Pada tahun 2003, ia terpilih sebagai jaksa wilayah San Francisco, sebelum menjadi Jaksa Agung California pada tahun 2010.
Kamala kemudian terpilih menjadi senator AS pada tahun 2016, di mana ia menjadi pengkritik vokal terhadap kebijakan imigrasi Donald Trump.
Kamala Harris sempat mencalonkan diri dalam pemilu presiden tahun 2020, namun ia memutuskan untuk mundur setelah penampilannya dalam debat dinilai kurang memuaskan.
Kemudian, Joe Biden memperkuat keunggulannya pada pilpres tahun 2020 dengan berjanji untuk memilih seorang perempuan sebagai calon wakil presiden. Pilihan Kamala dianggap sebagai upaya untuk menarik pemilih kulit hitam dan menghidupkan basis partai.
Pemilihan Kamala juga didasarkan pada kredensialnya dalam penegakan hukum dan pendekatan sentrisnya, meskipun hal ini juga memicu kontroversi di kalangan progresif dalam partai.
BACA JUGA: Biden - Harris Resmi Dilantik, Serukan Amerika Untuk Bersatu Dengan Warna Ungu
Kamala Harris telah menorehkan berbagai pencapaian bersejarah dalam karirnya. Ia menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjabat sebagai jaksa wilayah San Francisco, Jaksa Agung California, senator dari California, dan wakil presiden.
Selain itu, Kamala juga merupakan putri imigran pertama yang terpilih sebagai wakil presiden.
Sebagai wakil presiden, Kamala Harris mendukung berbagai kebijakan utama pemerintahan Joe Biden, termasuk undang-undang infrastruktur, imigrasi, pengendalian senjata, dan upaya melindungi hak aborsi.
Ia juga memimpin upaya untuk mengurangi migrasi dari Amerika Tengah. Namun, popularitasnya tidak terlalu tinggi karena kurangnya liputan media.
Pertanyaan besar yang kini dihadapi Partai Demokrat adalah apakah Kamala Harris dapat bersaing Donald Trump?
Alan Fisher dari Al Jazeera, melaporkan dari Washington, DC, mengatakan bahwa meskipun Biden telah mendukung Harris, hal tersebut tidak serta merta menjamin Kamala akan menerima dukungan penuh dari Partai Demokrat, yang memiliki waktu kurang dari sebulan hingga konvensinya dimulai.
BACA JUGA: Dukung Aborsi, Paus Fransiskus Ucapkan Ini ke Presiden AS Joe Biden
Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Kamala Harris memiliki peluang yang hampir sama dengan Biden untuk mengalahkan Trump.
Misalnya, jajak pendapat Economist/YouGov menunjukkan Biden akan kalah dari Trump dengan selisih 41 persen berbanding 43 persen, sementara Kamala Harris kalah 39 persen berbanding 44 persen.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos menemukan bahwa baik Biden maupun Harris memiliki peluang yang sama melawan Trump.
Sumber : aljazeera.com