Seiring dengan kemudahan informasi yang bisa kita dapatkan dari internet, semakin berkembang juga pengetahuan manusia. Melalui internet, kita bisa belajar banyak hal, termasuk 5 perilaku yang bisa meninggalkan trauma masa kecil anak.
Sebagai orangtua, tanggung jawab kita tidak hanya sebatas memberikan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Lebih dari itu, kita memiliki tugas penting untuk memenuhi kebutuhan emosional anak-anak kita.
Tanpa perhatian yang tepat, perilaku kita sehari-hari bisa meninggalkan trauma masa kecil anak. Untuk itu, hindarilah 5 perilaku berikut jika tidak ingin meninggalkan trauma masa kecil anak:
1. Lupa Mengisi Kebutuhan Emosi Anak Karena Fokus Pada Kebutuhan Dasar
Sebagai orangtua, sangat mudah terjebak dalam rutinitas untuk memenuhi kebutuhan fisik anak-anak. Namun, kebutuhan emosional mereka sama pentingnya.
Anak-anak membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan dukungan emosional. Jika kebutuhan ini diabaikan, mereka bisa merasa tidak dicintai dan tidak dihargai, yang dapat menyebabkan trauma emosional.
Dalam Efesus 6:4, kita diingatkan untuk "Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Ini berarti memberikan perhatian penuh pada setiap aspek perkembangan mereka, termasuk emosional.
2. Tidak Membuat Batasan (Boundaries) dengan Anak
Membuat batasan yang jelas dan konsisten adalah salah satu cara terbaik untuk mendukung perkembangan anak.
Batasan membantu anak merasa aman dan memahami apa yang diharapkan dari mereka. Tanpa batasan, anak-anak bisa merasa bingung dan tidak aman, yang bisa mengakibatkan masalah perilaku dan emosional.
Amsal 22:6 mengingatkan kita untuk "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Batasan (boundaries) adalah bagian dari pendidikan yang sehat dan penuh kasih.
3. Membebankan Impian Anda yang Tidak Tercapai kepada Anak
Setiap orangtua pasti memiliki impian dan harapan, dan terkadang kita tidak bisa mencapai impian tersebut. Perlu dicatat bahwa sangat penting untuk tidak membebankan impian yang tidak tercapai kepada anak-anak.
Anak-anak adalah individu dengan minat dan potensi mereka sendiri. Membebankan impian kita kepada mereka bisa membuat mereka merasa tertekan dan kehilangan identitas diri.
Kolose 3:21 memperingatkan kita, "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."
Marilah kita menghargai dan mendukung impian anak-anak kita, bukan memaksakan impian kita kepada mereka.
4. Menyangkal Emosi yang Dialami Anak
Anak-anak seringkali belum memiliki keterampilan untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Sebagai orangtua, kita harus membantu mereka mengenali dan memahami perasaan mereka.
Menyangkal atau meremehkan emosi mereka dapat membuat mereka merasa tidak dihargai dan kesepian. Roma 12:15 mengajarkan kita "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis."
Artinya, kita harus ikut merasakan dan memahami emosi anak-anak kita, membantu mereka melalui masa-masa sulit dengan kasih dan pengertian.
Sebagai orangtua, marilah kita fokus pada apa yang dibutuhkan anak, bukan pada keinginan pribadi kita. Ketika kita memberikan perhatian penuh pada kebutuhan emosional mereka, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan spiritual.
Dengan demikian, kita tidak hanya menghindari trauma, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dan penuh kasih dengan anak-anak kita, seperti yang diajarkan dalam 1 Korintus 13:4-7 tentang kasih yang sejati.
Sumber : jawaban.com