Jika kita pelajari Perjanjian Lama, kita akan menemukan kisah Elkana yang setiap tahun pergi ke Silo bersama isteri-isterinya untuk mempersembahkan korban. Mengapa di Silo? Karena saat itu Tabernakel atau Kemah Suci berada, di sana Tabut Allah yang melambangkan kehadiran Tuhan di simpan.
Tabernakel ini berada di Silo dari jaman Yosua, masa Hakim-hakim, hingga masa Samuel menjadi Hakim Israel. Jadi selama itulah bangsa Israel pergi ziarah ke Silo.
Namun pada jaman Raja Daud, ia sempat memindahkan Tabut Allah ke Gilgal, lalu setelah tabut Allah direbut orang Filistin dan menyebabkan malapetaka, tabut itu ditarik dua lembu tanpa kusir sampai di Bet-Semes. Namun orang Bet-Semes membuka dan melihat isi Tabut Allah yang menyebabkan tewasnya 70 orang rakyat. Tabut Perjanjian itu kemudian dipindahkan ke rumah Abinadab di Kiryat-Yearim, dan berada di sana selama 20 tahun.
Setelah itu Daud memindahkan Tabut Perjanjian itu ke Yerusalem, tanpa Kemah Suci. Hingga akhirnya di jaman Salomo dibangut Bait Allah Pertama, dan Tabut Allah disimpan di sana. Sejak itulah Yerusalem menjadi tujuan ziarah bangsa Israel.
Dalam Perjanjian Baru, kita akan menemukan Kisah Yusuf dan Maria membawa Yesus untuk berziarah ke Yerusalem. Dalam Lukas 2:41 dinyatakan, “Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.” Kemudian di ayat 42, dijelaskan bahwa Yesus saat usia 12 tahun di ajak untuk ke Yerusalem.
Namun setelah tahun 70 Masehi dimana Bait Allah yang kedua dihancurkan dan tekanan kepada orang Yahudi karena melakukan pemberontakan, maka orang Yahudi tidak melakukan ziarah lagi.
Di masa Israel modern saat ini, orang Yahudi berdoa di Tembok Barat atau Tembok Ratapan sebagai bagian dari ziarah, untuk itu mereka melakukan perayaan-perayaan umat Yahudi di sana.
Jika kita kembali kepada Keluaran 32:23-24, tujuan ziarah adalah untuk menghadap ke hadirat Tuhan dengan membawa korban. Bagi kita orang percaya, melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib kita telah ditebus. Saat penyalibannya itu tabit Bait Allah terbelah dua, menjadi lambang bahwa melalui Yesus Kristus hubungan kita dengan Allah telah dipulihkan, tidak ada lagi tirai pemisah.
Sekarang kita dapat datang ke hadirat Tuhan kapanpun dan dimana dengan penuh keberanian. Dengan demikian ziarah kita bukan lagi ke Israel atau secara khusus ke Yerusalem, namun tiap-tiap hari dimana kita membangun hubungan dengan Bapa kita.
Apakah Anda memiliki pertanyaan seputar keselamatan di dalam Yesus Kristus atau tentang ziarah yang dibahas kali ini? Mari hubungi kami dengan KLIK DISINI, kami dengan senang hati menjelaskan kepada Anda.
Sumber : Puji Astuti | Jawaban.com