Waspada Ya! Banyak Tidur Bisa Jadi Tanda Depresi Lho...
Sumber: canva.com

Health / 8 June 2023

Kalangan Sendiri

Waspada Ya! Banyak Tidur Bisa Jadi Tanda Depresi Lho...

Claudia Jessica Official Writer
987

Depresi memiliki banyak gejala, salah satunya adalah ketika Anda sering ketiduran, atau frekuensi tidur lebih banyak daripada biasanya. Namun, banyak tidur belum tentu menunjukkan bahwa Anda sedang mengalami depresi. Lantas “tidur” seperti apa yang bisa menjadi tanda dari gejala depresi?

Banyak orang akan merasa lelah hingga ketiduran setelah melakukan aktivitas berat. Saat seseorang ketiduran atau tidur lebih lama sesekali atau setelah melakukan aktivitas berat masih bisa dikategorikan sebagai hal yang normal. Tetapi bagaimana jika ketiduran atau tidur berlebihan terjadi dalam jangka waktu panjang dan menjadi kebiasaan? Ketiduran atau tidur berlebihan bisa menjadi tanda kondisi kesehatan tertentu.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Current Sleep Medicine Report, individu yang mengalami depresi memiliki kecenderungan untuk tidur dengan frekuensi yang lebih tinggi.

 

BACA JUGA: 9 Bahaya Ini Mengintai Jika Anda Terlalu Banyak Tidur

 

Oleh karena itu, mari kita bahas hubungan antara kebiasaan tidur ini dengan depresi.

Tidur berlebihan atau hipersomnia seringkali dikaitkan dengan gejala depresi atipikal (atypical depression). Menurut penjelasan dari Ikhsan Bella Persada, M.Psi., seorang psikolog, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi individu yang mengalami depresi untuk mengalami hipersomnia.

“Mereka yang depresi itu cenderung merasa hopeless atau tidak berdaya dalam menghadapi masalah kehidupan yang ada. Oleh karena itu, ketiduran atau tidur berlebih bisa menjadi salah satu cara mereka untuk lari dari masalah yang ada,” jelas Ikhsan.

Ikhsan juga menjelaskan bahwa terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan orang yang mengalami depresi cenderung mengantuk atau tidur lebih lama. Mereka seringkali berpikir bahwa tidur dalam jangka waktu yang lebih lama dapat mengurangi rasa lelah yang mereka rasakan.

Namun, setelah bangun tidur, orang yang mengalami depresi tetap merasa lelah. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kelelahan yang dirasakan oleh mereka bukanlah semata-mata kelelahan fisik, melainkan kelelahan secara emosional yang merupakan faktor utama dalam depresi.

 

BACA JUGA: 7 Mazmur untuk Melawan Rasa Depresi

 

“Tidur berlebihan juga bisa disebabkan oleh waktu tidur yang berantakan. Contohnya, saat malam tidak bisa tidur, akhirnya pas menjelang pagi dia baru tidur dan akhirnya tidur lebih lama dari biasanya karena ritme sirkadian (circadian rhythm) sudah berantakan,” terang Ikhsan.

Ritme sirkadian adalah jam internal yang bertanggung jawab mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk waktu tidur. Contohnya, saat siang hari, otak dan ritme sirkadian berkolaborasi untuk menjaga tubuh tetap waspada, sehingga rasa ngantuk berkurang.

Pada saat malam hari, ketika cahaya mulai redup atau berkurang, otak dan ritme sirkadian bekerja bersama untuk menghasilkan hormon yang menyebabkan rasa kantuk.

Tidur berlebihan pada seseorang yang mengalami depresi dapat memperburuk gejala gangguan mental mereka. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gangguan tidur hipersomnia, disarankan untuk segera mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau psikiater.

 

BACA JUGA: Pemeran Film Black Panther Ini Sembuh Dari Depresi Berat Sejak Ikut Yesus

 

Tidak perlu merasa takut atau terpuruk jika mengalami depresi dan membutuhkan bantuan dari tenaga profesional. Selain itu, penting untuk tetap mengandalkan Tuhan karena hanya Dia yang dapat memenuhi kekosongan dalam hati kita dan menyembuhkan jiwa kita.

Sumber : klikdokter.com
Halaman :
1

Ikuti Kami