Di seluruh Perjanjian Baru, hanya ada dua bagian yang secara langsung berbicara kepada anak-anak: Efesus 6:1-2 dan Kolose 3:20. Dalam kitab Efesus, anak-anak diperintahkan untuk taat kepada orang tua mereka. Ketaatan berbeda dengan sikap tunduk dan hormat.
Ketaatan (bahasa Yunaninya hupakuou, berarti berada di bawah perintah seseorang karena wajib) digunakan dalam Firman Tuhan untuk berbicara pada anak-anak, hamba, prajurit dan pelayan. Secara tidak langsung ini merupakan suatu mandat, suatu kewajiban moral. Menundukkan diri (bahasa Yunaninya hupotasso, yang berarti berada di bawah karena mengabdi) digunakan untuk para isteri dan berbicara soal keinginan untuk menundukkan diri. Ini merupakan tanggung jawab moral.
BACA JUGA: Dua Sikap yang Harus Dihindari Agar Tidak Menjadi Orang Tua yang Ekstrim untuk Anak
Dalam mendidik anak, orang tua harus membantu anak-anaknya merubah ketaatan menjadi penundukan diri. Hati seorang anak yang tidak dididik mencerminkan sikap yang mementingkan diri sendiri dan kurang pengendalian diri. Ketaatan diperlukan untuk membentuk sikap anak dalam membangun sistem kepercayaan. Kewajiban yang disertai dengan ketaan merupakan suatu alat untuk mengajar anak. Ketaatan bertindak sebagai guru. Sama seperti hukum Taurat adalah guru (penuntun) kita, sampai Kristus datang (Galatia 3:24), jadi ketaatan adalah guru yang menuntun anak-anak kepada kemerdekaan yang tertinggi. Kemerdekaan berarti demi kebenaran dan bukan karena takut dihukum. Ketaatan barulah titik awal dari sikap menghormati, bukan merupakan puncaknya.
Sebagai seorang guru, ketaatan akan membawa seorang anak dari kecenderungannya yang mementingkan diri sendiri kepada suatu pengendalian diri. Guru ini akan memindahkan anak tersebut dari ikatan hukum Taurat kepada kemerdekaan iman. Ketaatan mengangkat hukum Taurat yang ditulis di atas loh batu dan merubahnya menjadi hukum Taurat yang ditulis dalam hatinya, memindahkannya dari motivasi yang dibentuk dari luar menjadi kendali dari dalam dirinya. Pada akhirya, ia tidak lagi memerlukan pagar perlindungan yang berasal dari luar dirinya untuk melindungi dirinya, karena orang tuanya telah membantunya meletakkan pagar moral dan etika di dalam dirinya melalui pembentukan karakter ketaatan.
Jadi, apakah tujuan ketaatan? Ketaatan adalah guru sementara yang mengarahkan anak kepada suatu pelaksanaan tugas yang dimotivasi oleh kendali dari luar dirinya sampai secara moral ia siap melaksanakannya dengan kendali dari dalam dirinya. Pada saatnya nanti, ia harus mengganti ketaatan dengan penundukan diri. Tunduk kepada orang tua berarti melakukan hal yang benar karena mengabdi kepada orang tua. Sikap ini mulai nampak pada sat seorang anak mulai menerima Allah sebagai otoritasnya yang paling tinggi. Kemudian ia taat karena ingin menyenangkan hati Allah, yang berarti tunduk kepada kepemimpinan orang tuanya.
BACA JUGA: 3 Cara Membangun Keluarga Ilahi yang Berpedoman pada Nilai-Nilai dalam Alkitab
Setelah anak menikah, satu-satunya hal yang dituntut darinya adalah menghormati orang tuanya sesuai dengan mandat etika Firman Tuhan. Ketika hal ini terjadi, peran orang tua sebagai mediator tidak diperlukan lagi. Pemindahan otoritas telah berhasil dilaksanakan. Pada saat terjadi pemindahan dan pemisahan, struktur otoritas baru terbentuk melalui perginya seorang anak meninggalkan rumah serta otoritas orang tuanya. Ketaatan dan penundukan diri pergi dan yang tinggal adalah sikap menghormati orang tua.
Sumber : Anne Marie Ezzo and Gary Ezzo | Jawaban.com