Ps. Raguel Lewi: Lebih Baik Hard Conversation Daripada No Conversation
Sumber: Jawaban.com

Marriage / 17 April 2023

Kalangan Sendiri

Ps. Raguel Lewi: Lebih Baik Hard Conversation Daripada No Conversation

Bella Tiurma Official Writer
1793

Tak jarang setiap pasangan ketika mendengar hard conversation akan membencinya, hingga sampai waktunya mereka sadar bahwa sulitnya menghadapi situasi yang no conversation. Di dalam hubungan pernikahan, pembicaraan mengenai permasalahan hubungan suami istri dan finansial adalah dua aspek yang masih harus banyak diperbincangkan. Namun begitu, tidak ada satupun yang tersinggu bahkan untuk solusipun dicari bersama-sama. 

Hubungan pernikahan yang dapat berbicara tentang apapun secara bebas akan terasa tenang, dan pasangan yang menjadi pendengar bisa dengan netral menangkap hal yang baik dari topik pembicaraan. Memulai hard conversation bersama pasangan memang suatu hal yang tidak mudah, tetapi dampak dari hal itu akan membuat kehidupan pernikahan akan lebih mudah. 

“Gimana kalau sebaliknya yang terjadi? What if there’s no conversation?” Pikir Ps. Raguel Lewi dalam kutipan postingan di instagramnya. 

Dengan tidak adanya komunikasi dalam sebuah hubungan pernikahan, akan menimbulkan permasalahan-permasalahan. Seperti ketidakpuasan yang bertumpuk, kemarahan yang tersembunyi, beban di hati, ditahan, dan berakhir mati rasa. Hal ini pun akan berdampak kerusakan pada hubungan pernikahan. 

Mati rasa sebagai bentuk dampak dari no conversation tidak terjadi secara langsung, tetapi sebuah perjalanan. Dimana beberapa pasangan pasti akan mencoba untuk mempertahankan dan memperjuangkan, tapi ketika salah satu pasangan tidak nyambung atau tidak mengerti atau bahkan tidak bisa akan berakhir kacau balau. 

Hard conversation is hard, but no conversation is a complete destruction.” ucap Ps. Raguel. 

Fakta dalam kenyataannya, waktu untuk berdiskusi, negosiasi, bahkan hard conversation bukanlah suatu hal yang alami dimiliki oleh setiap pasangan. Tetapi harus dipelajari dan tidak dapat dengan cepat untuk dipahami dan dipraktekan. Bahkan alangkah lebih baik jika kebiasaan hard conversation dilakukan setiap pasangan sebelum menikah. 

Ketika pasangan tidak dapat belajar dengan baik mengenai hard conversation, dan mendapatkan sebuah pembicaraan yang tidak mengenakkan hati, mereka akan langsung cepat emosi dan dapat melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Hal ini berarti, tidak semua yang dirasakan harus ditindak lanjuti, kadang apa yang dirasakan dapat menjadi data untuk diri sendiri untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam diri kita. 

Disisi lain, Ps. Raguel mengungkapkan bahwa ketika adanya emosi di dalam diri akan muncul self-awareness, yang berarti kemampuan dan kerelaan untuk memperhatikan dan mengkritisi respon esmosi di dalam diri sendiri. Hal ini akan merubah pola pikir dari “saya emosi dan tersakiti” menjadi “kenapa saya merasakan rasa ini? Apa yang mentrigger saya? Apa emang saya yang salah makanya sampai berespon seperti ini?” 

Oleh karena itu, hard conversation sudah secara jelas lebih baik dibandingkan dengan no conversation. Hard conversation akan lebih mudah dilakukan jika setiap pasangan memiliki kepala dingin ketika menghadapi sebuah masalah, dan kunci untuk memiliki kepala dingin adalah self awareness dan mengkritisi perasaan diri sendiri. 

“Apa yang kita rasakan berasal dari apa yang pikiran kita percaya, dari mengkritisi perasaan, kamu bisa cek apa yang sebenarnya kamu percaya akan sesuatu.” Jelas Ps. Raguel. 

Ketika salah satu pasangan tersinggung saat melakukan hard conversation, daripada emosi meledak-ledak lebih baik cek kembali perasaan di dalam diri. Dan dapat bertanya mengapa dapat tersinggung dan bagian mana yang tersinggung. Dari sinilah setiap pasangan akan bisa lebih mengenal tentang dirinya sendiri dan itu akan membantu menjaga hubungan pernikahan.

Sumber : Instagram Ps. Raguel Lewi
Halaman :
1

Ikuti Kami