Rahasia Paulus Bambang Widjanarko, Lejitkan Karir Dari Staf Hingga Jadi Direktur Astra

Memulai karir sebagai staf Teknologi Informasi di Astra pada tahun 1982, tak ada sedikitpun terbersit dibenak Paulus Bambang Widjanarko Santoso menduduki posisi tertinggi perusahaan itu. 

Berkat keinginan belajar, Paulus Bambang sampai di puncak karir Direktur PT Astra International Tbk. 

Lalu bagaimana Paulus Bambang meraih posisi tersebut?

Berikut 4 pelajaran penting dari perjalanan karirnya.

1. Mendeteksi kelemahan diri

Rupanya memulai karir sebagai staf Teknologi Informatika tidaklah mudah bagi Bambang Widjanarko. Di tahun 1982, komputer masih sangat langka. Saat itu dia tak punya komputer dan juga ilmu yang memadai seputar komputer.

Satu-satunya cara yang dia lakukan adalah mencuri ilmu dari rekan-rekan kerja lainnya.  Biasanya dia akan meminta diajarkan hal-hal yang dia belum pahami dan dengan menyadari kekurangan ini, Bambang bisa mengejar ketertinggalan.

 

2. Belajar Lebih Banyak Dari yang Lain 

Menyadari pengetahuannya soal komputer begitu minim, Bambang memilih untuk terus belajar. Jika orang lain belajar 2 jam sehari, maka dia memilih untuk belajar 4 jam sehari. 

“Saya harus belajar lebih karena saya weak. Kalau saya gak bisa catch up saya gak bisa. Saya gak ngerti marketing, saya gak ngerti production, as an IT apa yang saya lakukan? When you are weak you are strong,” ungkap Bambang.

 

3. Punya Prinsip A, B dan C

Sepanjang menjalani karir, sosok petinggi perusahaan multinasional ini ternyata memiliki prinsip yang selalu dipegang teguh yaitu A, B dan C.

Pertama, aspirasi. Saat menduduki satu jabatan baru, Bambang Widjanarko selalu memiliki target yang jelas dalam karirnya. Misalnya, menetapkan target ingin menjadi manajer dalam waktu 5 tahun. Untuk mencapai ini ia harus bekerja lebih keras.

“Setelah targetnya tercapai, mulai aspirasi berikutnya. Apa aspirasi berikutnya? Dari Manager pengen jadi General Manager. Apa yang dilakukan? Sebelum jadi Manager saya harus tahu banyak. Sebelum jadi Manager saya perlu tahu Marketing. Artinya apa? Baik belajar maupun saya kuliah lagi. Lalu saya kuliah di UI untuk belajar Marketing, Finance, itu yang equip saya,” terangnya.

Kedua, be unique, be different. Saat posisi semakin tinggi, saat itulah dibutuhkan kemampuan untuk membangun sesuatu yang unik. 

“Kalau saya gak jadi manager yang unik, yang be different, be unique, saya gak mungkin naik ke atas. Jadi apa yang unik yang saya lakukan? Contohnya, saya jadi HRD, begitu saya masuk HRD saya be different dengan apa? Saya membuat sistem yang gak dipunyai oleh sekitar saya. Kita buat gebrakan yang baru. Saya lihat dari angle yang baru,” ungkap Bambang Widjanarko.

Ketiga, competitive. Menduduki posisi sebagai direktur tidak membuat Bambang berhenti untuk belajar. Salah satu ilmu paling penting yang harus ia miliki yaitu membawa perusahaan yang dipimpinnya bisa bersaing dengan perusahaan lain.

 

4. Performa Tidak Pernah Bohong

Sepanjang karir yang dia jalani, Bambang mengaku jika setiap pencapaian karirnya merupakan hasil dari performa kerja yang baik. “Your performa yang define your future, relationship memang penting tapi bukan itu (yang menentukan). From the beginning orang-orang lihat saya berbeda, bukan hanya soal pekerjaan, bukan hanya soal kompetensi, my value juga berbeda. Oh saya gak mau nyogok, gak mau gini, gak mau segala macam. Saya udah set from the beginning my value itu my branding. Di Astra semua orang tahulah Paulus keg gimana,” jelasnya.

Kesuksesan Paulus Bambang Widjanarko dalam berkarir bisa jadi pengingat bahwa kesuksesan harus diusahakan dan dikerjakan dengan penuh kerja keras. Seperti disampaikan dalam Pengkhotbah 9: 10, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.”

Sumber : Jawaban.com

Halaman :

1

1. Cahaya Bagi Negeri
2. Tema Paskah 2024
3. Daily Devotional
4. Ayat Alkitab
5. Kisah Nyata

Related Articles