Bukan Hanya Suami yang Punya Otoritas, Ketahui Juga Otoritas Istri Dalam Keluarga
Sumber: canva.com

Relationship / 23 October 2022

Kalangan Sendiri

Bukan Hanya Suami yang Punya Otoritas, Ketahui Juga Otoritas Istri Dalam Keluarga

Claudia Jessica Official Writer
2661

Kesehatan mental anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarganya. Salah satu faktornya ditentukan dari apakah orang tua berfungsi dengan semestinya. Bagaimana seorang pria menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah, serta bagaimana seorang wanita menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu.

Sistem keluarga yang sehat dapat dikategorikan saat suami dan istri sehati, sekata, dan se-iya dalam mencapai tujuan keluarga. Suami dan istri adalah pasangan yang sama, tetapi masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Tidak ada yang lebih berkuasa di antara keduanya, meskipun ordi suami dalam keluarga sebagai kepala keluarga. Paulus menulis dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Efesus menegaskan, suami dan istri harus saling merendahkan diri di hadapan Tuhan, dan menjalankan fungsinya masing-masing.

 

Identitas seorang istri

Dalam hirarkinya, suami adalah pemimpin rumah tangga, tetapi seorang istri memiliki identitas dan otoritas Ilahi yang unik. Hal ini dijelaskan oleh Rasul Petrus saat ia mengingatkan para suami untuk hidup bijaksana dan melindungi istrinya dengan rasa hormat yang tinggi. Sedangkan identitas seorang istri adalah seorang sahabat seperjalan bagi suami untuk menikmati kasih karunia Tuhan, serta mendapatkan jawaban doa keluarga (1 Petrus 3:7).

Identitas seorang istri memiliki posisi yang unik dan istimewa, yaitu sebagai penolong suami. Menolong artinya bukan menggantikan. Seorang istri tentu tahu kelemahan suaminya, baik itu secara fisik, mental, sosial, spiritual, bahkan finansial. Maka dari itu, seorang istri haruslah menjadi penolong yang menguatkan pasangannya. Ia memberikan hiburan, semangat, dan dorongan agar suami dapat terus bertumbuh sekalipun dalam keterbatasannya. Bukannya menyalahkan, menuntuk, menyerah, atau bahkan mengkritik suami.

 

Otoritas seorang istri

Rasul Paulus menganalogikan seorang suami sebagai seorang Jenderal yang mengatur strategi dan membuat kebajikan dalam situasi perang, sementara istrinya yang dilukiskan sebagai seorang kolonel yang berada di medan perang secara langsung, memimpin para prajurit.

Saat keputusan dibuat berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh kolonel dan jenderal, maka sang kolonel (istri) memiliki otoritas untuk mengambil keputusan teknis di medan perang, tentunya dengan menghormati kebijakan yang telah disepakati dengan sang jenderal (suami).

Analogi yang menarik ini membuktikan bahwa seorang istri memiliki otoritas dalam keluarga meski terbatas. Otoritas ilahi yang diberikan kepada seorang istri orang percaya sangat istimewa dan perlu digunakan dengan hati yang tenang.

Dalam kitab Efesus, Rasul Paulus mengingatkan bahwa seorang wanita wajib dilindungi oleh suaminya termasuk saat melakukan kesalahan dalam mengeksekusi keputusan suami. Tidak memojokkan ataupun menyalahkan istri seolah-olah kesalahan tersebut hanya kesalahannya sang istri.

Seorang istri memiliki beberapa hak atau otoritas dalam menjalankan fungsinya, yaitu:

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA -->

 

1. Menjadi teman diskusi sebelum suami mengambil keputusan

Seorang suami tidak boleh mengambil keputusan penting sebelum bertanya atau membahasnya dengan sang istri. Seorang istri memiliki hak dan otoritas dalam memberikan ide, saran, maupun masukan. Contohnya, saat memutuskan pendidikan anak, memberi sumbangan dalam nilai besar, ataupun belanja kebutuhan.

2. Pengelola peran-peran domestik

Pengelola peran domestic seperti urusan belanja, menu makan keluarga, hingga mengatur asisten rumah tangga memiliki peran dan otoritasnya dalam mengatur semua ini. Meski tetap harus memberitahu suami, seorang istri memiliki kapasitas dalam memimpin serta memutuskan setelah mendapatkan masukan dari suami.

3. Mendisiplin anak-anak saat suami tidak berada di rumah

Salah satu kebiasaan buruk seorang ibu adalah mengancam anak bahwasannya akan mengadukan perilaku sang anak kepada ayahnya. Hal ini tentu tidak benar. Saat sosok ayah tidak ada di dalam rumah, seorang ibu memiliki otoritas untuk mendisiplin anak-anaknya. Tentu saja dengan menerapkan pola asuh dan cara disiplin yang telah disepakati Bersama suami.

Seorang ayah bisa berpesan kepada anaknya agar mereka mendengarkan dan tidak meremehkan ibu mereka.

4. Otoritas di area privasi

Salah satu contoh otoritas dalam area privasi adalah menikmati pertemanan pribadi yang sehat, menikmati hobi, memiliki jenis makanan kesukaan atau belanja kebutuhan pribadi dengan jumlah yang telah disepakati.

 

Keempat hal di atas hanyalah beberapa contoh dari banyaknya otoritas seorang istri atau ibu di dalam keluarga. Ada lebih banyak lagi otoritas yang dimiliki oleh seorang istri ataupun ibu dalam keluarga orang percaya. Ingatlah bahwa seorang istri perlu berdiskusi terlebih dahulu dengan suami, serta ada waktu-waktu tertentu seorang istri harus bisa mengambil keputusan.

Terlebih lagi, selalu libatkan Tuhan dalam rumah tangga Anda dan biarkan Tuhan yang memimpin rumah tangga Anda sehingga apapun yang terjadi dalam hidup Anda, selalu berada dalam kontrolnya Tuhan.

 

Sumber: Julianto Simanjuntak, Roswitha Ndraha

Sumber : keluargakreatif.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami