Apa Kata Tuhan Soal Pernikahan Beda Agama?
Sumber: IDN Times

Relationship / 14 September 2022

Kalangan Sendiri

Apa Kata Tuhan Soal Pernikahan Beda Agama?

Lori Official Writer
2959

Di Indonesia, pernikahan beda agama secara umum tidak dilegalkan oleh negara. Keputusan ini ditimbang berdasarkan pandangan agama maupun hukum yang berlaku. Namun belakangan ini, kasus nikah beda agama pun semakin marak.

Bahkan baru-baru ini, pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) mengizinkan pernikahan beda agama pasangan Kristen Protestan dengan Katolik. Sebelumnya, pernikahan antara Muslim dan Katolik juga mendapat izin serupa dari pemerintah.

Dengan diizinkannya pasangan menikah beda agama, artinya mereka diizinkan membangun bahtera rumah tangga dengan dua keyakinan yang berbeda. Entah istri beragama Muslim dan suami Katolik ataupun suami Katolik dan istri Kristen Protestan. 

Jika dilihat dari sudut pandang Kristen, apakah pernikahan berbeda keyakinan ini diizinkan? Apa sebenarnya yang Tuhan sampaikan tentang pernikahan beda agama?

 

Beda Agama Menurut Alkitab

Jika merujuk pada Alkitab, kita bisa menemukan beberapa bagian Alkitab yang berbicara tentang hal ini. Seperti kita temukan di kitab Kejadian, Ulangan dan Yosua, dimana Allah secara tegas melarang bangsa Israel untuk tidak menikah dengan suku lain yang tidak percaya (para penyembah dewa).

“…supaya aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.” (Kejadian 24: 3-4)

Nabi Maleakhi memberikan peringatan keras tentang pernikahan beda agama kepada suku Yehuda. “Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing.” (Maleakhi 2: 11)

Peringatan ini juga diulang di Perjanjian Baru. Rasul Paulus memperingatkan jemaat di Korintus tentang pernikahan beda agama. Katanya, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6: 14) 

Jika kita sudah beriman di dalam Kristus, kita memang tak lagi terikat dengan hukum Musa atau suku Lewi. Tetapi kita harus tetap memperhatikan nasihat bijak dari Paulus ketika mempertimbangkan untuk melangkah ke pernikahan beda agama. Sementara bagi pasangan yang memilih menikah beda agama, itu artinya kita perlu memegang teguh kepada iman kita supaya tidak goyah atau bahkan menyatakan iman kita untuk membawa pasangan kepada kehidupan yang menghormati Tuhan. Dan sebagai catatan, menikahi pasangan berbeda agama sama sekali bukanlah alasan yang tepat untuk memilih bercerai.

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Kita juga tidak bisa menghakimi dengan berkata jika menikah beda agama itu berdosa. Tetapi kita perlu bertanya, sebagai pengikut Kristus apakah pilihan menikah dengan pasangan yang berbeda keyakinan akan menghormati Tuhan? Sama halnya seperti kita memakai ponsel sepanjang hari tanpa melakukan apa-apa, tetapi apakah kebiasaan itu menghormati Tuhan? Tentu saja tidak! Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di dalam hidup kita dan hal itu belum tentu dosa, tetapi bisa jadi hal itu merusak kehidupan kita sendiri.

Di beberapa kasus, kita memang tidak menyangkali jika pasangan berbeda agama pun bisa memiliki hubungan pernikahan yang bahagia dan kuat walaupun mereka pastinya akan menghadapi masalah. Tetapi perbedaan ini bisa merembet pada anak dan pada akhirnya muncul masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan.

 

Hal-hal yang bisa terjadi di tengah pernikahan beda agama

Berdasarkan studi ditemukan beberapa fakta menarik seputar pernikahan beda agama:

1. Sepertiga dari pernikahan para misionaris berakhir dengan perceraian. Tetapi saat seorang misionaris menikah dengan orang yang tidak percaya, tingkat perceraian naik menjadi 50%.

2. Terdapat dua pertiga dari orang Kristen berusia 36-45 tahun menikah beda agama. 

3. 80% dari pasangan beda agama percaya bahwa memiliki nilai-nilai kehidupan yang sama lebih penting daripada memiliki keyakinan yang sama.

4. Anak-anak dari pernikahan beda agama dua kali lebih mungkin dibesarkan dengan iman sang ibu daripada sang ayah.

5. Saat salah satu pasangan lebih aktif secara rohani daripada pasangannya, maka tingkat ketidakpuasan dalam pernikahan pun meningkat.

6. Risiko perceraian meningkat saat seorang suami menghadiri ibadah lebih sering atau seorang istri memiliki pandangan agama yang lebih konservatif.

Jika ternyata Anda sedang berada dalam hubungan beda agama, atau akan memutuskan untuk menikah beda agama, Anda perlu merenungkan beberapa pertanyaan ini.

1. Apakah pernikahan ini akan menghormati Tuhan?

2. Apakah hubungan ini akan memperkuat hubunganku dengan Tuhan?

3. Bisakah aku mengesampingkan iman dan tidak terlalu menonjolkannya di dalam pernikahan?

Jika Anda sedang menghadapi pergolakan batin untuk memilih antara iman atau cinta Anda kepada pasangan, datanglah kepada Tuhan. Tanyakan tentang kebenaran apa yang harusnya Anda ambil. Jika Anda sedang menjalani pernikahan beda agama, maka Anda tidak bisa memutar waktu. Yang dapat Anda lakukan adalah bagaimana iman Anda bisa mempengaruhi kehidupan pasangan. Lakukanlah itu. 

Memilih antara kebenaran dan keinginan kita memang sulit. Tetapi jika kita mengaku sebagai murid Kristus, kita perlu mempertimbangkan untuk mengambil tindakan yang menghormati Tuhan. 

Pesan ini mungkin keras, tetapi ini adalah kebenaran Tuhan yang harus kita dengarkan.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami