Ada begitu banyak karakter narsis (mencintai diri sendiri secara berlebihan) di Alkitab. Bagaimanapun juga, Alkitab penuh dengan orang-orang berdoda yang membutuhkan kasih karunia penebusan Yesus. Meskipun tampak aneh, sebenarnya ada yang dapat kita pelajari dari tokoh-tokoh Alkitab yang narsisistik.
Dari mereka, kita bisa menemukan bagaimana cara menghindari keinginan untuk berbuat dosa. Dengan kata lain, kita bisa belajar melalui perilaku buruk yang mereka lakukan untuk mencegah diri kita melakukan hal yang sama. Mereka adalah contoh dari apa yang tidak boleh kita lakukan.
Mari kita lihat 4 karakter Alkitab yang narsis beserta kisah dan perilakunya yang tidak menyenangkan Tuhan.
1. Izebel
Yang pertama adalah Izebel. Izebel adalah karakter narsis pertama yang akan kita bahas. Izebel merupakan orang yang kerap melakukan tindakan manipulasi, menyakiti orang lain, bahkan dia tak segan-segan membunuh seseorang untuk mendapatkan keinginannya.
Suaminya adalah Raja Ahab, yang sama jahatnya seperti Izebel. Di dekat istana mereka, terdapat sebuah kebun anggur miliki seorang bernama Nabot. Ahab hendak membeli kebun anggur itu, tetapi Nabot menolaknya karena mengikuti perintah Tuhan untuk menjaga kebun anggur itu dalam garis keluarga. Tidak senang dengan respon Nabot, Izebel pun membuat rencana jahatnya.
Izebel dan Ahab memerintahkan penjahat untuk membunuh Nabot, dan mereka pun mendapatkan kebun anggur milik Nabot (1 Raj. 21: 1-16). Selain melakukan pembunuhan berencana kepada Nabot, Izebel juga melakukan berbagai kejahatan lain yang membuktikan narsismenya.
Dari Izebel, kita belajar bahwa keserakahan dapat mendatangkan kejahatan. Alih-alih menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginan kita, sebaiknya kita bertindak bijak. Apa yang menjadi milik orang lain, tidak bisa kita ambil secara paksa hanya untuk memenuhi keinginan daging kita.
BACA JUGA: Tokoh Alkitab Ini Dihina Istri, Marah Gak Ya?
2. Nabal
Tokoh berikutnya adalah Nabal, suami pertama Abigail sebelum dia bertemu dan menikah dengan Raja Daud. 1 Samuel 25: 3 mengatakan, “Nama orang itu Nabal dan nama isterinya Abigail. Perempuan itu bijak dan cantik, tetapi laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang keturunan Kaleb.”
Nama “Nabal” secara harfiah artinya adalah “bodoh.”
Nabal membuktikan kebodohannya melalui perilaku narsisnya. Ketika Abigail dan Nabal bertemu Daud pertama kali, Daud dan anak buahnya sedang bepergian dan membutuhkan perbekalan. Alih-alih memberikan bekal kepada Daud dan anak buahnya, Nabal justru bersikap angkuh dan mengejeknya. 1 Samuel 25: 10-11 menceritakan, “Tetapi Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: “Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya. Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?””
Bukannya membantu Daud dan anak buahnya, Nabal justru meremehkan mereka dan memilih untuk tidak membantu mereka. Bahkan banyak juga orang mengenal Nabal sebagai pribadi yang suka memanfaatkan orang lain.
Dari karakter Nabal yang narsis, kita bisa belajar bahwa pelit dan sombong adalah sifat buruk dan tidak mencerminkan kita sebagai orang percaya. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita tidak dikenal seperti Nabal, melainkan sebagai orang yang bersinar bagi Kristus.
BACA JUGA: 4 Tokoh Alkitab yang Paling Taat Sama Tuhan, Belajar dari Mereka Yuk!
Selain itu, kita juga bisa belajar dari kehidupan Nabal bahwa narsisme hanya membuat kita terlihat seperti orang bodoh yang tidak bermoral, dan kita akan kehilangan orang-orang di sekitar kita jika kita terlibat dalam narsisme.
Kemudian, dalam 1 Samuel, Abigail mengirimkan David dan anak buahnya perbekalan dan Abigail menjadi istri Daud. Karena narsisme dan perilaku jahat Nabal, ia kehilangan pasangannya. Oleh karena itu, kita harus menjauhkan diri dari menjalani kehidupan narsis seperti yang dialami Nabal karena hanya membuat orang lain menjauh. Tidak ada yang ingin berada di sekitar atau berteman dengan seseorang yang narsis. Jangan sekali-kali kita memperlakukan orang lain seolah-olah mereka berada di bawah kita.
Sumber : iBelieve