Apa Itu Toxic Parenting? Yuk Temukan di Sini
Sumber: asian parent

Parenting / 28 April 2022

Kalangan Sendiri

Apa Itu Toxic Parenting? Yuk Temukan di Sini

Lori Official Writer
3039

Menurut seorang Human Development Trainer, Stefvy Pattikawa, toxic parenting merupakan dampak atau pengaruh orang tua terhadap anak. 

Dalam hal ini Stefvy menyebutkan ada 4 tahapan dari toxic parenting. Pertama, orang tua tidak punya waktu. Kedua, orang tua selalu menyalahkan anak. Ketiga, orang tua yang tidak bisa mengontrol emosi. Keempat, orang tua yang selalu menyalahkan anak dalam kondisi apapun.

Jika orang tua melakukan salah satu atau bahkan keseluruhan dari tahapan di atas, maka hal itu bisa disebut dengan toxic parenting. Apalagi saat tindakan tersebut terjadi setiap hari di dalam keluarga, maka hal inilah yang akan menyebabkan dampak tertentu terhadap kehidupan anak.

Yang paling disayangkan dari toxic parenting adalah ketika orang tua mengalami vibrasi emosi atau kerap marah dan emosi kepada anak tanpa sebab. 

“Contoh yang paling sering begini, papanya di kantor sebagai pemimpin perusahaan yang keren banget. Masalahnya di kantor banyak banget tapi begitu sampai di rumah, masalah di kantor itu terbawa emosi oleh papanya dan begitu anaknya buat salah kecil saja maka blow up (meledak). Marah yang di kantor itu munculnya di rumah,” ungkap Stefvy.

 

Baca Juga:

Biar Hubungan Sama Anak Harmonis, Jangan Toxic Seperti Ini Ya!

Apakah Anda Orangtua yang Toxic? Begini Dampak Buruknya Bagi Anak…

 

Saat orang tua melampiaskan kemarahan besar kepada anak, saat itulah anak mengalami traumatic yang berlebihan dan menimbulkan ketakutan dalam diri anak. Pengalaman traumatis pun akan menjadi persoalan mental yang akan dihadapi anak dalam jangka waktu yang panjang.

Toxic parenting juga bisa dilakukan tanpa sadar oleh orang tua. Misalnya saat orang tua terbiasa menyalahkan anak atas kondisi buruk yang terjadi di rumah.

“Mamanya, misal masak gitu kan dalam kondisi anaknya rebut dan sebagainya, tiba-tiba masakan jadi asin dan segala macam. “Kamu sih, gara-gara kamu.” Nah, anaknya jadi salah padahal anaknya tidak melakukan apa-apa. Itu toxic banget, sangat toxic sekali,” jelasnya.

Di zaman ini, gadget menjadi salah satu tantangan parenting. Meskipun orang tua punya waktu yang cukup di rumah, namun orang tua tidak benar-benar terkoneksi dengan anak karena terlalu sibuk dengan gadget masing-masing.

“Kumpul sih, bareng-bareng sih, tapi tidak ada interaksi. Itu bukan quality time buat saya. Dan itu yang membuat anak jadi seperti tidak berharga,” lanjutnya.

Berikut beberapa dampak toxic parenting terhadap perkembangan anak:

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

1. Anak akan sulit bersosialisasi dengan teman-temannya di luar

Dalam hal ini, anak tidak memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain karena dia tidak mendapatkan rasa aman di rumah.

Jadi jangan heran jika menemukan anak mulai berperilaku sangat nakal di sekolah. Namun saat di rumah dia lebih mencari aman supaya tidak menjadi sasaran toxic orang tua.

“Bayangkan, kalau orang itu sudah teracuni berartikan secara kehidupan kedepannya akan lebih kacau lagi,” ungkap Stefvy.

 

2. Anak tidak nyaman atau betah tinggal di rumah

Dampak fatal dari toxic parenting adalah ketika rumah yang harusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman menjadi tempat yang paling ditakuti oleh anak. 

“Dari survey saya, kenapa anak-anak yang SMA itu mereka mau keluar dari rumah? Karena buat mereka gini, “Mendingan gue keluar dari rumah deh. Gue gak mau di rumah.” Itu terjadi,” terangnya.

 

Baca Juga: Ini Cara Agar Pernikahan Kita Menjadi Role Model untuk Anak

 

Apa yang harus dilakukan untuk menyadarkan orang tua terkait dampak toxic parenting?

1. Penting bagi sekolah-sekolah untuk mengadakan lebih banyak kegiatan parenting, minimal 3 bulan sekali atau 4 kali setahun. Dalam hal ini, baik ayah maupun ibu harus terlibat bersama-sama sehingga keduanya bisa belajar tentang pola pengasuhan yang benar di rumah.

2. Buat lebih banyak program parenting di media-media arus utama dan bahkan di gereja-gereja. Karena orang tua Kristen sendiri masih banyak yang tidak memahami pola pengasuhan yang baik.

Menurut Stefvy Pattikawa, program parenting itu sangat penting di tengah perubahan zaman dari generasi millenial menuju generasi Z. Karena itulah dia berharap program parenting yang konsisten bisa hadir, khususnya di gereja-gereja di Indonesia.  

Sumber : Youtube.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami