Silent Treatment, Sikap Mendiamkan Yang Tidak Sesuai Dengan Hukum Kasih, Ini 4 Alasannya
Sumber: kompasiana

Single / 21 April 2021

Kalangan Sendiri

Silent Treatment, Sikap Mendiamkan Yang Tidak Sesuai Dengan Hukum Kasih, Ini 4 Alasannya

Inta Official Writer
10965

Kita pasti pernah dong mendapati seseorang yang sepertinya memang sengaja mendiamkan kita. Silent treatment biasanya dilakukan oleh seseorang saat merasa kalau ada sesuatu yang salah dalam hubungannya.

Alasan seseorang melakukan hal ini bisa jadi karena orang tersebut kecewa, marah, atau karena kesalahan lain yang kita buat. Karena sikapnya yang diam dan cenderung dingin, biasanya orang yang bersikap ini akan sangat membingungkan orang yang didiamkan tersebut.

Apakah kita pernah menerima sikap ini? Atau jangan-jangan, kitalah yang punya kebiasaan mendiamkan orang lain saat ada yang nggak beres dalam hubungan? Berikut adalah 4 alasan kenapa sikap silent treatment sebenarnya buruk untuk dilakukan dalam menjalani sebuah hubungan

 

1.  Salah satu bentuk kekerasan emosional

Sikap silent treatment merupakan bentuk kekerasan emosional yang bersifat pasif agresif. Pasif agresif di sini merupakan cara seseorang untuk menyampaikan kekecewaan atau amarah dengan cara yang tidak langsung.

Saat kita mendiamkan orang lain, maka orang tersebut akan bertanya-tanya tentang kesalahan yang telah diperbuatannya. Ada banyak orang yang mengaku kalau didiamkan jauh lebih menyiksa daripada kena omelan, lho.

Pasalnya, orang yang bersikap silent treatment ini tidak mau mendengarkan atau bicara tentang masalah yang sedang dihadapi. Bukankah hal ini menjadi beban tersendiri buat orang yang didiamkan?

 

2.  Bikin orang sakit hati walau nggak berniat menyakiti

Tanpa berkata apa pun, sikap ini bisa saja menyakiti orang lain. Orang lain sering merasa keberadaannya sama sekali tidak dianggap saat didiamkan. Biasanya, orang yang bersikap seperti ini merupakan mereka yang tidak bisa mengumpat, memarahi, atau mengekspresikan rasa kecewanya pada orang lain. Padahal, secara biologis, orang yang terkena silent treatment tanpa sadar mengaktifkan anterior cingulate cortex, yaitu bagian di otak yang memproses rasa sakit yang dialami fisik.

 

Baca juga: Suka Dicuekin? Lakukan 3 Cara Ini Untuk Responi Perlakuannya

 

3. Cara klasik untuk memutuskan sebuah hubungan

Baik itu dalam hubungan pertemanan, keluarga atau dengan pasangan, komunikasi merupakan fondasi atau dasar yang penting dalam sebuah hubungan. Orang yang bersikap silent treatment menolak untuk berargumen, minta maaf, atau menjelaskan mengenai kesalahan yang ada dalam sebuah hubungan.

 

4. Memendam dendam

Pernah mendengar cerita bahwa ada seorang suami yang mendiamkan istrinya selama puluhan tahun karena cemburu pada istri yang lebih memperhatikan anaknya? Iya, selama puluhan tahun itulah sang suami sebenarnya sedang melakukan silent treatment pada istrinya. Selama itu pula lah sang suami memendam dendam pada istrinya.

Seringkali kita memilih diam saat menghadapi konflik dengan seseorang. Namun, benarkah kalau mendiamkan orang tersebut adalah cara yang baik? Bukankah sebenarnya mendiamkan orang lain hanya akan berpotensi membuat kita salah paham, memendam amarah, bahkan dendam terhadap orang tersebut?

Memang, kita harus menjaga perkataan kita dengan hal-hal yang manis untuk didengar. Benar juga kalau kita butuh waktu saat mengahadapi sebuah konflik dengan orang lain. Namun, mendiamkan dalam waktu yang lama juga tidak akan memastikan kalau konflik tersebut akan selesai.

Dalam Lukas 17:3-4 kita membaca, "Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."

Jadi, ada baiknya kita hanya mengambil sedikit waktu untuk menenangkan diri. Setelah tenang dan punya penguasaan diri yang baik, membicarakan masalah tersebut akan memberi kelegaan baik bagi kita maupun orang lain. 

 

Baca juga: Saat Pernikahan Bikin Kita Bersungut-sungut, Kembalikan Sukacita Dengan 4 Cara Ini

 

Sumber : psychologytoday
Halaman :
1

Ikuti Kami