Sahabat adalah figur yang biasanya sangat kita kasihi dan bahkan sangat kita percaya. Hampir semua orang memiliki sahabat. Figur yang bisa menjadi teman sekaligus tempat untuk kita mencurahkan isi hati kita yang terdalam mulai dari hal-hal pribadi hingga masalah keluarga.
Namun apa jadinya jika sahabat kita yang justru membocorkan rahasia atau bahkan aib keluarga kita kepada banyak orang? Inilah yang dialami oleh Naomi Priscilla.
Nyaman, inilah yang Naomi rasakan ketika dirinya bersama sahabatnya. Menjalanin hubungan persahabatan yang lama dan perasaan nyaman ini, membuat Naomi tak segan untuk membagi kisah kehidupannya bahkan rahasia keluarganya kepada sahabatnya.
“Waktu SMP itu, aku cerita ke dia semua kejadiannya tentang masalah keluarga aku itu. Setelah waktu berlalu, aku sempat pindah ke US, terus dia tetap di sini (Indonesia). Terus waktu itu aku pulang ke Indonesia, dan finally waktu SMA kita ketemu lagi,” cerita Naomi.
Sayang, ketika bertemu di SMA, sahabat Naomi justru membocorkan rahasianya, membocorkan masalah pribadi Naomi yang seharusnya tidak disebarluaskan.
“Aku inget banget waktu sekolah itu, siapapun yang lihat aku, rasanya kayak pasti tau tentang masalah itu. Itu (membuat) aku benar-benar hancur banget sih. Aku jadi susah untuk percaya sama orang lagi. Istilahnya tuh, muka mau taro dimana lagi?”
Awalnya, Naomi tidak berpikir untuk mengampuni sahabatnya hingga suatu ketika dirinya beribadah di sebuah gereja, pendeta yang berkhotbah membawakan Firman Tuhan tentang memaafkan.
“Aku tuh beneran ngga ada mikirin maafin anak itu, aku juga ngga terlalu dekat lagi sama dia. Tapi, aku terpukul banget sama kata-kata pendetanya,” terang Naomi.
Dari khotbah yang ‘pas’ dengan dirinya, Naomi menemukan kedamaian dengan orang yang telah membocorkan rahasianya. Berdamai dengan masalahnya, berdamai dengan temannya bahkan juga berdamai denga orang-orang yang telah mengetahui masalahnya.
“Jadi, aku sekarang sudah benar-benar memaafkan, yaudah akhirnya aku maafin, dan kemarin pas lulus kemarin, aku udah maaf-maafan sama dia,” terang Naomi.
Dari kejadian ini, Naomi tak lantas metutup mata dan melupakan segalanya. Justru sebaliknya, dia melakukan refleksi kembali tentang mengapa Tuhan mengizinkan masalah ini terjadi dalam hidupnya.
Dia merubah cara pandangnya dan menyadari bahwa Tuhan mengizinkan suatu masalah terjadi untuk menempanya dan Tuhan tidak akan memberikan masalah yang melewati kapasitas kita.
“Tuhan menangkap potensi diriku lebih dari ini, aku masih bisa ngelewatin ini. Aku harus belajar dari masalah ini, karena Tuhan mau aku jadi lebih kuat lagi,” pungkasnya.
Tidak hanya itu, Naomi juga jadi menangkap arti pertemanan yang sehat.
“Dulu, aku menganggap pertemanan itu hanya pertamanan aja, untuk have fun aja. Kalau sekarang, pentingnya pertemanan yang sehat tuh seperti apa? Kita membutuhkan tempat untuk safe place dan safe zone untuk kita nyaman. Nyaman berpendapat, nyaman bercerita dan kita menjadi apa adanya,” katanya.
“Kembali ke diriku lagi, aku pasti liatnya, membaca something good ga for myself, atau encourage myself ga kalau ada dalam pertemanan seperti ini? Progres diriku akan seperti apa (dengan berteman dengan orang itu), dan how I will grow in this friendship? Apakah aku menjadi lebih baik, atau aku menjadi lebih buruk?” tutupnya.