Di masa
wabah COVID-19 ini, gereja mau tidak mau mengalihkan ibadahnya ke media online.
Namun bagaimana setelah wabah ini berlalu, apakah gereja dengan tatap muka akan
kembali berkembang atau malah tergantikan dengan ibadah online? Bisakah ibadah
online dan tatap muka berjalan berdampingan, bukan malah melakukan kanibalisasi
atau mematikan satu sama lain?
Pertanyaan
itu dijawab oleh Pastor Tan Seo How pendiri Heart Of God Chuch (HOGC)
Singapura.
“Saya terus
mendengar orang berkata, ‘Kapan hal ini kembali normal..’” demikian tulisnya
dalam artikel berjudul, “How to differentiate your online & on-site church
to prevent cannibalization” di websitenya www.pastorhow.com.
Menurut
Pastro How, bahkan saat kondisi kembali normal, semua tidak akan sama lagi, itu
sebabnya kondisi ini disebut “new normal” atau normal yang baru.
“Gereja
yang dulu kita kenal berakhir.
Debat tentang gereja online berakhir. Online menang.
Berhentilah
mencoba memasukan jin online kembali ke botol.
Sebaliknya,
gunakan tiga permintaanmu dengan bijak,” demikian tulisnya.
Apa saja tiga
permintaan itu menurut sudut pandang Pastor How?
Permintaan #1
: Aku berharap gerejaku kuat dalam kedua hal, baik ibadah online maupun tatap
muka.
Ya
DUA-DUANYA!
Gereja
online telah bergerak dari pelayanan sampingan menjadi yang garis depan.
Sekarang
kamu harus membangun dua garis depan.
Sifat alami
konsumsi konten telah berubah dari tatap muka menjadi online.
Jemaat
setiamu telah terekspos kepada gereja online.
Pelanggan
setiamu yang selama ini bertatap muka telah diperkenalkan kepada layanan pesanan
dan antar online.
Mereka kini
telah merasakan madunya dan mereka suka.
Dilain
pihak jemaat yang dilayani secara tatap muka biasanya lebih setia dengan gereja
“rumah” mereka, sedangkan penonton online adalah poligami (menonton beberapa
tayangan ibadah gereja yang berbeda-red).
Jika kamu
tidak memberi pilihan online, mereka akan minum dari sumur yang lain.
Mereka yang
tidak bergereja juga telah mengambil setengah langkah menuju gereja dan kekristenan
seperti itu.
Kamu tidak
bisa memutus kebiasaan mereka itu setelah krisis corona virus.