Kisah
tentang seorang atlit senam berusia 17 tahun yang dipulangkan dari pelatnas SEA
Games 2019 karena isu keperawanan menimbulkan
keprihatinan banyak pihak. Selain hal itu tidak patut, karena prestasi olahraga
tidak berkaitan dengan keperawanan ataupun keperjakaan, namun juga karena
pernyataan tersebut merendahkan serta bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
Gadis
remaja itu adalah Shalfa Avrila Siani asal kota Kediri. Bahkan karena tidak
terima dengan tuduhan tersebut, orangtua Shalfa membawanya ke rumah sakit untuk
memastikan bahwa ia masih perawan. Hal ini pasti membuatnya mengalami tekanan
psikologis, sekalipun hasil pemeriksaan membuktikan ia masih perawan.
"Akibat
isu yang beredar, keluarga merasa tidak terima, anaknya yang berstatus atlet
senam Provinsi Jawa Timur dan akan berlaga di SEA Games tapi tiba-tiba
dipulangkan begitu saja, apalagi hasil pemeriksaan organ intim masih sehat dan
baik-baik," demikian penuturan panasihat hokum keluarga Shalfa, Imam
Mukhlas seperti yang dirilis oleh Detik.com.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah melarang
tes keperawanan
Tes keperawanan
atau pemeriksaan gynecological untuk memastikan apakah seseorang perempuan sudah
atau belum pernah melakukan hubungan intim telah di larangan oleh Perserikatan
Bangsa-bangsa. Hal tersebut dianggap mempermalukan perempuan, merendahkan,
melanggar hak asasi manusia dan tindakan traumatis yang harus diakhiri.
Kata “perawan” sendiri bukanlah istilah kedokteran ataupun ilmiah. Konsep tentang “keperawanan” sendiri muncul dari pandangan social, budaya dan agama – yang seringkali diskriminatif terhadap perempuan dan anak gadis.
Baca juga :
Keperawanan di Masa Kini, Harapan, Stigma dan Realita
Kehilangan Keperawanan Sebelum Menikah, Gimana Menurut Kamu?
Hadapi diskriminasi dengan cara ini
Diskriminasi
dan stereotipe terhadap perempuan yang
masih sering terjadi di Indonesia ini, yuk kita lawan dan ubah keadaan mulai
dari diri kita. Begini caranya :
1# Jangan
mudah terintimidasi
Diskriminasi
biasanya terjadi sebagai bentuk intimidasi, seperti yang dialami oleh atlit senam
Shalfa di atas. Untuk itu jangan biarkan moralitas dan rasa percaya diri kamu
hancur karena kata-kata yang dilontarkannya, hadapi dengan senyum dan
keberanian.
Ingatlah
bahwa kamu berharga di mata Tuhan, seperti yang Tuhan katakan dalam Yesaya
43:4, “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi
engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai
ganti nyawamu.”
2# Sadari
kecantikan dan kekuatanmu
Ketahui dan
sadari jati dirimu di dalam Tuhan, yaitu sebagai anak Tuhan (Yohanes 1:12) yang diciptakan dengan kecantikan rohani dan
juga jasmani. Kamu memiliki keunikan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Jadi, jangan
merasa rendah diri.
Jika kamu
merasa sedih dengan diskriminasi atau bullying yang kamu alami, carilah teman
atau kakak rohani yang bisa kamu percaya yang bisa mendukungmu dan memberikan
dorongan semangat dan juga doa sehingga kamu tidak jatuh dalam depresi.
3# Tetaplah
positif dan teruslah bertumbuh
Dengan
memiliki sikap positif dan terus mengembangkan diri adalah cara perlawanan terbaik terhadap
segala bentuk diskriminasi. Dirimu itu sangat penting bagi Tuhan, jadi kamu
harus hidup dengan iman dan sikap positif. Jaga kesehatanmu dengan berolahraga
dan makan sehat, belajarlah hal-hal baru untuk mengembangkan diri, dan bangun
hubungan dengan sesama dan tetaplah bersukacita.
4# Konsultasilah
dahulu sebelum lakukan perlawanan
Ya, jangan
bertindak sendiri karena emosi. Jika memang tindakan diskriminasi atau
perkataan orang tersebut sudah melewati batas, konsultasilah dengan lembaga bantuan
hukum atau lembaga perlindungan perempuan dan anak.
Dengan
bantuan pihak professional, kamu akan lebih jelas dalam membuat tindakan, mungkin itu dilakukan
mediasi, atau juga tuntutan hukum.
Perlu diingat bahwa diskriminasi tidak hanya terjadi kepada kaum perempuan, namun juga kepada kelompok minoritas atau ras tertentu. Sekecil apapun tindak diskriminasi, ataupun intimidasi tidak diperkenankan. Jadi, mari kita saling menghormati dan menghargai siapapun dia, tidak memandang usia, latar belakang, agama, ras atau bahkan gendernya.
Baca juga :
Video Ini Sebut Siswa Kristen Bengkalis Alami Diskriminasi, Kepala Sekolah Ungkap Faktanya
Mengerikan! Bullying, Diskriminasi dan Radikalisme Warnai Dunia Pendidikan