Sebagian orangtua pasti pernah mengalami masa-masa membingungkan waktu anak mengajukan pertanyaan yang gak biasa.
Semua orangtua pasti senang karena jenis pertanyaan yang mereka ajukan menentukan seberapa cerdas anak-anak mereka.
Tapi ada saatnya orangtua mendapati dirinya gak mampu
menjawab pertanyaan anak yang kadang suka nyeleneh. Di saat inilah orangtua perlu menerapkan strategi yang tepat.
Seorang psikolog anak dari Alabama Wayne Fleisig, Ph.D berpendapat
bahwa dalam kondisi itu, tidak apa orangtua bernegosiasi lebih dulu dengan
anak. Meminta supaya memikirkan jawaban dari pertanyaan itu lebih dulu dan akan
membicarakannya nanti. Dia juga menyarankan supaya menghindari sikap menolak mentah-mentah
pertanyaan tersebut karena alasan waktu yang tidak tepat, kelelahan atau sedang dalam masalah.
Ada beberapa pertanyaan anak yang mungkin bisa orangtua jawab dengan jawaban yang tepat.
1. Kenapa Mama/Papa harus kerja?
Saat anak mengajukan pertanyaan ini, dia sebenarnya hanya mau
mama atau papanya tidak perlu pergi kerja. Anak kemungkinan hanya ingin bersama orangtuanya lebih lama.
Daripada menjelaskan bekerja untuk mendapatkan uang untuk
membeli makan dan sebagainya, lebih baik akuilah perasaannya dan arahkan percakapan ke hal yang positif.
Orangtua bisa bilang begini: ‘Aku tahu kamu maunya mama/papa tidak
pergi kerja kan. Tapi, sayang, mama/papa juga selalu meridukan kamu. Karena itu mama/papa menaruh foto kamu di atas meja kerja.”
Jangan sampaikan kalau kamu juga berharap harusnya kamu gak perlu
kerja. Karena jawaban itu hanya membuat anak berpikir kalau bekerja itu sesuatu yang gak menyenangkan.
2. Semua orang punya ponsel, kenapa aku tidak bisa?
Dalam hal ini, anak tampak bingung kenapa dia gak bisa punya ponsel sementara saudara-saudaranya yang sudah beranjak remaja diberikan ijin.
Menjawabnya dengan pernyataan yang persuasif atau memarahinya hanya akan memperburuk keadaan.
Cobalah mengatasinya dengan menyampaikan alasan yang rasional.
Seperti, ia kakak kamu kan sudah punya tanggung jawab yang lebih besar sekarang.
Karena itu dia harus membutuhkannya. Atau sampaikan bahwa kalau dia mau memilikinya, minta dia untuk menabung sampai uangnya cukup untuk membeli ponsel.
Tapi kalau alasan itu justru membuatnya semakin menggila, tegaslah berkata, “Jangan pernah bahas ini lagi oke!”
Baca Juga:
3. Apa kita orang kaya?
Kebanyakan anak kecil gak tahu apa itu artinya ‘kaya’. Pertanyaan
mereka tentang keuangan sebenarnya adalah karena sikap membandingkan mereka. Mungkin
mereka membandingkan mainannya dengan teman-temannya, atau rumahnya dengan rumah tetangga.
Untuk menjawab pertanyaan ini, sampaikanlah bahwa kalian
punya lebih banyak uang daripada yang lain, tapi bisa juga punya lebih sedikit dari yang lainnya.
4. Apa nenek akan mati?
Membohongi anak soal kondisi penyakit seseorang sangat tidak dianjurkan. Semuda apapun anak, dia berhak tahu kondisi keluarganya.
Anak bisa saja memahami keadaan yang terjadi. Tapi jangan biarkan dia berpikir bahwa yang terjadi dengan keluarganya adalah kesalahannya.
Saat anak mengajukan pertanyaan ini, sampaikanlah begini. “Nenek
mengalami masalah di tubuhnya dan kita berharap dia akan hidup lebih lama. Kita gak pernah tahu tapi para dokter sudah berjuang keras untuk membantunya.”
5. Apakah mama dan papa akan bercerai?
Pertanyaan ini bisa muncul dari kabar atau berita dari temannya. Jadi, berhati-hatilah menjawab pertanyaan ini.
Jawablah pertanyaan ini dengan menjelaskan kepada anak bahwa perceraian
bukanlah pilihan bagi pasangan yang sudah menikah di depan Tuhan. Sampaikan bahwa
bagaimana mungkin kalian bercerai karena kamu dan pasangan saling mencintai dan terpenting sudah memiliki anak secerdas dia.
Ya, ada kalanya orangtua pasti gak akan merasa puas dengan
jawaban mereka. Tapi seburuk apapun itu, gak ada kata terlambat untuk meluruskannya.
Buka kembali percakapan tentang hal itu dan sampaikanlah dengan jawaban yang tepat.
Hal ini penting untuk membuat anak gak mengalami kesalahpahaman sampai dia tumbuh
besar.
Jika kamu merasa sangat terbatas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
anak, segeralah mendapatkan bimbingan dari seseorang yang kamu tahu ahli dalam hal
ini. Bisa saja dari pihak gereja atau teman-teman dekatmu.