Belakangan ini, banyak orang
menyuarakan soal gaya hidup minimalis. Gaya hidup minimalis membuat seseorang
jauh lebih fokus dan memikirkan apa yang ia gunakan. Minimalis berarti menentang
sikap konsumtif dengan mengurangi barang-barang yang dimiliki, dengan mengingatkan diri bahwa kesederhanaan itu penting.
Sekarang, kalau kita lihat di sekitar, coba deh lihat berapa banyak barang yang sebenarnya kita beli hanya karena termakan diskon? Kalau suatu barang itu nggak pernah tersentuh lebih dari satu bulan, mungkin aja sebenarnya kita nggak benar-benar butuh barang tersebut.
Minimalis sangat berbeda dengan hemat. Minimalis lebih berpikir soal apa yang digunakan, sehingga nggak banyak barang yang kemudian jadi sampah atau dibuang. Lantas, apakah minimalis ini cocok dengan kekristenan? Yuk kita simak bahasannya di bawah ini.
1. Ajakan Yesus untuk hidup sederhana
"janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut..." (Lukas 10:4a)
Ayat di atas dikatakan oleh Yesus saat dirinya mengutus tujuh puluh muridNya. Pada pasal sebelumnya, Ia mengutus kedua belas murid di Lukas 9:3, "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti, atau uang, atau dua helai baju."
Dari ayat di atas, kita tahu kalau Yesus mau para murid tidak membawa apa pun. Dengan kata lain, Yesus, sejak semula, juga mengajarkan kesederhanaan. Gaya hidup minimalis juga adalah soal kesederhanaan.
Yesus mengajarkan untuk hidup cukup. Pada jaman itu, ada banyak misionaris Kristen yang percaya kalau Tuhan itu menyediakan. Tuhan yang akan memenuhi setiap kebutuhan mereka. Mungkin kita bukanlah misionaris, tetapi itu nggak berarti kita tidak bisa hidup seperti mereka. Yesus memang mengatakan kalau kita yang bekerja memang layak mendapat upah.
Kehidupan yang sederhana, lewat gaya hidup minimalis, bisa membuat kita lebih fokus kepada Tuhan daripada hal-hal dunia. Sebagai orang yang dikelilingi oleh hal-hal bersifat matrealistis, kita selalu punya banyak pilihan untuk bersikap bijak, kok.
2. Mengajarkan kita untuk lebih fokus pada memberi
"Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin." (Amsal 22:9)
Sepanjang Amsal 22, penulis memberikan banyak saran kepada pembacanya, termasuk ayat di atas. Saat kita punya sikap hati yang sederhana, kita menyadari kalau apa yang dimiliki saat ini merupakan milik Tuhan.
Dengan begitu, kita nggak pelit untuk memberi kepada orang lain. Minimalis mengajarkan kita untuk menyimpan uang lebih banyak, sehingga uang tersebut bisa kita berikan kepada orang yang lebih membutuhkan.
Daripada kita menghabiskan uang untuk beli tas baru, bukankah lebih baik uangnya disimpan dan sebagiannya diberikan untuk pekabaran Injil atau pemberian lainnya?
3. Tidak ada yang kekal di dunia ini
"Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." ( 1 Timotius 6:7-8)
Mungkin saat ini kita sering khawatir karena belum bisa dikatakan sebagai orang sukses. Padahal, kita semua tahu kalau kita merupakan pewaris Kerajaan Tuhan. Asal kita pegang janji itu, kita nggak lagi punya alasan buat boros-boros atau khawatir karena belum juga punya apa-apa untuk dibagikan.
Hidup minimalis mengajarkan kita untuk nggak berlebihan memiliki. Sebab, uang merupakan sesuatu yang mengikat hati kita. Bukankah ayat di atas merupakan pernyataan yang sangat tepat? Saat kita terlahir ke dunia ini, kita nggak membawa apa pun. Pada saat kematian datang nanti, kita juga nggak akan membawa apa-apa. Ayat ini menjadi pengingat buat kita agar nggak tamak.
4. Minimalisme ajarkan kita untuk lebih percaya pada Tuhan dan melepas ikatan dengan uang
“Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah
terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak
barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini
juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata
kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.
Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.”
Terkadang kita seperti orang kaya yang ada di dalam perikop ini. Kita punya banyak perencanaan soal mau kemana hidup ini harus mengalir. Di usia berapa kita harus punya rumah, kendaraan, dan mulai berinvestasi.
Namun, kita harus ingat kalau hidup kita ini bukan milik kita. Hidup kita adalah milik Tuhan, dan Tuhan bisa mengambilnya kapan saja. Jadi, buat apa kita khawatir? Bukankah Tuhan adalah pribadi yang menyediakan setiap kebutuhan kita ini?
5. Minimalisme mengajarkan kita untuk bersykur atas apa yang dimiliki
"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5)
Setiap kita pasti menyukai setiap barang yang dimiliki. Baik itu rumah, buku-buku kesukaan, kendaraan, atau pekerjaan yang ada saat ini. Namun, ada waktu dimana kita mendengar teman punya sesuatu yang banyak dan besarannya dua kali lipat dari yang kita miliki.
Hal ini kemudian membuat kita sedikit iri hati dan pengin juga seperti teman tersebut. Lewat gaya hidup minimalis, kita bisa dengan cepat mengarahkan fokus pada waktu atau hal lain yang jauh lebih berharga. Sebab hidup bukan cuma soal apa yang kita miliki saat ini.
Jadi, apakah kamu tertarik untuk menjalani gaya hidup minimalis ini?