Kabar duka kembali muncul karena
kematian seorang pendeta dari Harvest Christian Fellowship Church, Jarrid Willson
yang secara tragis tewas karena bunuh diri. Pastor Jarrid Willson, adalah
seorang associate pastor di bawah kepemimpinan pendeta senior Greg Laurie, dan Willson memang memiliki masalah kesehatan mental sejak lama.
“Jarrid mencintai Tuhan dan
memiliki hati seorang hamba. Dia bersemangat, positif, dan selalu melayani dan
membantu orang lain. Jarrid juga berulang kali berurusan dengan depresi dan
sangat terbuka tentang perjuangannya yang berkelanjutan itu. Dia sangat ingin membantu
mereka yang juga bermasalah dengan pikiran untuk bunuh diri,” demikian penjelasan yang diberikan oleh Greg Laurie.
Jarrid Willson sendiri baru
bergabung menjadi pendeta di Harvest satu tahun ke belakang. Selama ia
melayani, ia sangat konsen dengan masalah kesehatan mental. Ia dan istrinya
Juliane bahkan mendirikan lembaga nirlaba bernama “Anthem of Hope” untuk membantu mereka yang mengalami masalah yang sama dengan dirinya.
Pernyataan Jarrid satu hari sebelum bunuh diri
Satu hari sebelum ia bunuh diri,
yaitu pada Selasa (10/09/2019) Jarrid di akun resminya baru saja mengunggah pernyataan, "Mencintai Yesus tidak
selalu menyembuhkan pikiran ingin bunuh diri. Mengasihi Yesus tidak selalu
menyembuhkan PTSD. Mengasihi Yesus tidak selalu menyembuhkan kegelisahan.
Tetapi bukan berarti Yesus tidak menawarkan persahabatan dan penghiburan kepada kita. Dia selalu menawarkannya.”
Sedangkan aktivitas terakhir di Twitternya
adalah me-retweet postingan akun Anthem of Hope yang mengajak mereka yang kesepian dan depresi untuk menghubungi layanan konseling mereka.
Ungkapan kesedihan sang istri
Jarrid meninggalkan seorang isteri dan dua
orang anak. Pada akun Instagram istrinya memposting foto Jarrid dan ungkapan duka atas kepergian suaminya.
“Tidak ada lagi rasa sakit, Jerry-ku, tidak ada lagi pergumulan,” demikian secuplik pernyataan Juliane.
“Kamu membuatku sempurna dan kamu akhirnya
bebas. Bunuh diri dan depresi mencekokimu dengan kebohongan, tetapi kamu tahu kebenarannya bahwa Yesus dan aku tahu bahwa kamu ada disisi-Nya saat ini.”
Jarrid Willson percaya bunuh diri tidak akan membawanya ke neraka
Jarrid Wilson membagikan pergumulannya dengan
masalah kesehatan mental pada bukunya yang berjudul “Love Is Oxygen: How God Can Give You Life and Change Your World.”
Pada blog pribadinya Jarrid juga pernah
menuliskan bahwa dia menghadapi depresi berat hampir di sebagian besar hidupnya dan telah beberapa kali berpikir untuk bunuh diri.
Ia juga tidak sepaham dengan pemikiran kebanyak
orang Kristen bahwa mereka yang bunuh diri pasti masuk neraka. Ia menganggap
penyakit mental sama seperti kanker, dan orang yang sakit kanker tidak langsung di vonis masuk neraka karena penyakitnya.
“Mereka yang berkata bunuh diri otomatis masuk
ke neraka jelas tidak mengerti secara keseluruhan isu kesehatan mental di dunia
saat ini, lebih lagi mengerti dasar teologi dibalik belaskasihan dan anugerah Tuhan yang besar,” demikian tulisnya.
Untuk itu ia menekankan pentingnya edukasi tentang kesehatan mental di kalangan Kristen.
Pastor Greg Laurie mengingatkan bahwa pendeta juga manusia biasa
Dalam postingan di Facebook, Pastor Greg
Laurie mengingatkan, “Kadang banyak berpikir bahwa sebagai pendeta atau
pemimpin spiritual kami sepertinya tidak tersentuh oleh rasa sakit dan
pergumulan orang biasa. Kami haruslah yang memiliki semua jawaban. Tetapi kami
tidak. Pada akhir hari, pendeta hanyalah orang-orang yang butuh untuk
menjangkau Tuhan untuk mendapatkan pertolongan-Nya dan kekuatan-Nya, selalu dan setiap hari.”
Kematian Jarrid Willson, seorang pendeta yang
tewas karena bunuh diri ini bukanlah kasus pertama pendeta bunuh diri. Pada Januari 2019 lalu, Jim Howard
dari gereja Real Life
Church (RLC) California ditemukan tewas di rumahnya dengan luka tembak di bagian kepala. Selain itu pada September 2018 lalu, Pendeta Andrew Stoecklein yang merupakan pemimpin Gereja Inland Hills di Chino, California juga tewas karena
bunuh diri. Bahkan Oktober 2018, seorang pendeta di Perancis juga ditemukan
tewas karena bunuh diri.
Hal
ini memperlihatkan bahwa, pendeta dan rohaniawan hanyalah manusia biasa. Untuk
itu, mereka juga membutuhkan jamahan dan pertolongan Tuhan untuk menjalani
kehidupan ini. Untuk itu, mari berdoa bagi gembala-gembala, para hamba Tuhan,
dan rohaniawan, kiranya kekuatan dan kasih Tuhan memenuhi kehidupan mereka.